Sosok Profesor Tumbuhan: Belajar dan Mengajar dari Satu Hutan ke Hutan

Prof. Ibrahim (Cek Him), peneliti menyebutnya sebagai sosok “Profesor Tumbuhan”.

Oleh: Mukhlis Akbar
Pegiat Lingkungan.

Prof. Ibrahim, ya begitulah nama beliau yang di kenal orang-orang di luar sana. Sedangkan kami memanggil beliau Cek Him, dari sekian banyak tulisan yang sangat menginspirasi dan memotivasi yang mengangkat tentang kelebihan beliau. Saya juga mencoba menulis tentang beliau walau tak sebagus tulisan-tulisan lain, namun saya mencoba belajar dan memberanikan diri untuk menulis tentang jejak langkah beliau.

Cek him namanya, usia tak muda lagi, namun soal semangat dan tenaga jangan pernah kita meragukannya. Bagaimana tidak beliau mampu mendaki tanjakan Lae soraya yang memiliki ketinggian dan kemiringan yang sangat curam, dari beberapa pengalaman yang terjadi tak jarang juga, terkadang para mahasiswa atau mahasiswi yang masih berusia sangat muda dan bugar hampir kehabisan nafas saat mendaki tanjakan Soraya.

Untuk menuju lokasi penelitian Lae Soraya ini memang dikenal dengan dakian yang membuat kaki terasa berat, bagaikan diberi beban dua atau lima kilogram. Namun, semua itu tidak berlaku terhadap Cek Him yang telah memasuki usia di sekitar 60 tahun. Sebab kegiatan rutin yang biasa ia lakukan saat menanjak dan mengarungi bukit demi bukit dari usia mudanya, sehingga membentuk kekuatan fisik yang kuat di tubuhnya saat ini.

Beliau lahir pada tahun 1964 di Desa Akul, Kecamatan Kota Panjang, Kab. Gayo Lues. Dengan keterbatasan kala itu, sehingga beliau tidak mengenyam bangku pendidikan formal. Namun dengan tekad dan semangat belajarnya yang tinggi, siapa sangka pemuda hebat dari sebuah desa Akul ini mampu menambahkan gelar baru yang di anugrahkan kepadanya yaitu “Profesor Tumbuhan”. Gelar yang tak hanya di kenal di kancah peneliti lokal, namun juga peneliti luar, dengan keahliannya dan dedikasinya dalam dunia konservasi. Nama itu dianugrahkan kepada beliau bukan hanya sekedar nama tambahan atau panggilan saja, akan tetapi jelas tak mungkin tanpa alasan tertentu.

Berawal dari dari tahun 1986 awal mula perjuangan beliau menekuni kegiatan-kegitan di dunia konservasi perjuangan beliau tidak lah mudah untuk mencapai tahap seperti ini. Berawal dari mendaki gunung dengan beban tas yang lumayan berat. Namun tak sebanding beban hidup yang lebih berat, sehinggga beliau mau untuk memikul tas tersebut dan menebalkan tekad beliau untuk belajar lebih giat lagi.

Dakian satu ke dakian yang lain setiap harinya iya lakukan dan berhadapan langsung dengan tanjakan dan tumbuhan ataupun hewan. Kebiasaan membuat beliau tidak asing lagi dengan tumbuhan-tumbuhan yang sering iya lalui dan lihat. sehingga membuat tekad beliau untuk mempelajari semua jenis tumbuhan pun menuai sebuah hasil yang mengembirakan yang iya dapatkan. Tak hanya untuk diri sendiri, namun untuk banyak orang di dalam dunia konservasi dan para peneliti-peneliti muda baik peneliti dari dalam negeri maupun luar negeri.

Rasa cinta yang begitu dalam kepada alam dan tumbuhan membuat beliua mampu menghafal hampir kurang lebih seribu jenis tumbuhan yang ada di kawasan Ekosistem Leuser, baik itu tumbuhan yang memiliki ukuran diameter yang sangat besar maupun tumbuhan-tumbuhan kecil, baik yang menjalar seperti jenis-jenis akar-akaran, ataupun jenis-jenis spesies tumbuhan lainnya.

Tak kalah uniknya lagi, terkadang ketika mengikuti beliau memasuki hutan membuat kita terkesima dengan keahlian dan ketelatenan beliau dalam memahami jenis buah-buahan yang ada di hutan. Bagaimana tidak, kita yang serba takut dan serba keterbatasan ilmu untuk bisa mengkonsumsi buah-buahan yang ada di dalam hutan, namun rasa ragu itu hilang ketika Cek Him mendapingi kita saat masuk ke hutan. Beliau paham jelas dan paham betul yang mana buah-buahan yang bisa dan aman dikonsumsi serta tidak beracun, sehingga terkadang kita serasa memasuki kawasan wisata kuliner buah-buahan hutan yang ada wilayah Kawasan Ekosistem Leuser (KEL).

Dari beberapa kelebihan yang memang beliau miliki, disitulah kita mendapatkan seribu alasan mengapa gelar “Profesor Tumbuhan” itu di anugrakan kepadanya. Dengan penuh dedikasinya dalam belajar dan mengajar mahasiswa dan mahasiswinya yang menjadi murid atau anak didiknya di tengah hutan. Sehingga menghasilkan banyak sarjana atau peneliti-peneliti muda, baik itu dalam negeri maupun luar negeri yang berhasil oleh tempaan dan didikan keras beliau, sehingga membuahkan hasil yang berdampak positif.

Seiring berjalannya waktu, ketika saya menemuinya, walau usianya sudah tidak muda lagi, namun dari beberapa pertemuan dengan beliau, saya melihat Cek Him masih giat dalam belajar untuk memahami jenis-jenis tumbuhan baru. Dan mengulang-ngulang ingatannya kembali, terkait tumbuhan yang ia pahami selama ini yang perlahan mulai lupa. Tentu dengan ciri khas beliau yang tak bisa kita lupakan dengan segelas kopi yang selalu ada tersuguh di hadapannya yang membuat beliau penuh semangat. Sesekali terkadang beliau berkata ingatannya perlahan-lahan sudah mulai berkurang dan terkadang juga mulai lupa. Bisa jadi itu faktor usia yang sudah tidak muda lagi, “untung ada kopi sebagai penyambung ingatannya” ujarnya Cik Him dalam candaanya.

Mengulang-ngulang kembali ilmu yang sudah ada, semata-mata semua beliau lakukan hanya untuk lebih memperkuat daya ingatnya agar bisa fokus dalam mengajar dan mentransfer ilmunya kepada para peneliti-peneliti muda yang menjadi harapan beliau menjadi generasi penerus yang bisa melampaui beliau, atau setara dengannya. Sehingga para generasi ini pun kedepannya mampu menjadi guru-guru di masa sekarang dan yang akan datang.

Kecintaannya yang sangat besar untuk dunia konservasi, sehingga sampai sekarang beliau juga masih mendedikasikan hidupnya untuk konservasi dan terus belajar dan mengajar dari satu hutan ke hutan yang lain, yaitu dari Stasiun Riset Ketambe, Stasiun Riset Lae Sora dan beberapa wilayah stasiun baru yang akan berdiri seperti di Samar Kilang dan Menggamat.

Tekad beliau akan terus kuat dalam mendedikasikan dirinya untuk terus mampu berbagi wawasan terhadap lintas generasi yang peka dan paham akan konservasi. Karena dunia konservasi menurutnya bukan hanya tentang menjaga akan tetapi tetang bagaimana keberlangsungan hidup kita kedepannya. Semoga Cek Him selalu sehat agar terus bisa bersama kita mendidik generasi yang cinta alam, hewan dan tumbuhan untuk masa depan yang akan datang.

KataCyber adalah media siber yang menyediakan informasi terpercaya, aktual, dan akurat. Dikelola dengan baik demi tercapainya nilai-nilai jurnalistik murni. Ikuti Sosial Media Kami untuk berinteraksi