Puisi: In Memoriam Bang Ridha Ramli, Masih Ingatkah Kita?

Oleh: Syarifuddin Abe

masih ingatkah kita, siapa Bang Ridha Ramli?
masihkah terngiang-ngiang di telinga kita;
sapa, suara, kata, tawa dan petuah-petuahnya
getar suaranya, sorot matanya,
senyumnya, candaannya,
hingga pertanyaan-pertanyaannya,
atau ketika kita duduk-duduk sampai larut malam
mendiskusikan dan memetakan rencana
untuk mempersiapkan forum-forum
pelatihan di HMI?

masih ingatkah kita, cerita dan kisah tentang Bang Ridha Ramli?
masihkah kita baca tulisan-tulisannya
masihkah kita simpan coretan-coretannya
atau ketika kita membuka album-album foto
atau tanpa sadar kita menemukan secarik kertas
yang di sana ada gambar Bang Ridha Ramli;
masihkah kita tersimpan memorinya?
di pikiran, di mata, di imajinasi atau di hati kita, kawan?

masih ingatkah kita, pergumulan-pergumulan,
senda gurau, guyonan, humor-humor melewati malam-malam
serta bermacam keseriusan dan harapannya
menggodok materi-materi pelatihan HMI?

aku masih ingat, seorang mahasiswa
dengan rambut ikal berwarna rambut roy marten
aku masih ingat misai pirang alakadarnya bak misai pemuda eropa
aku masih ingat, dengan sepeda motor warna kuning
berputar-putar di jalan kampus IAIN Ar-Raniry
terparkir diikat kunci stang di depan fakultas adab

aku masih ingat, bagaimana kelembutan kata-katanya
mewarnai setiap diskusi dan diskusi
ia rangkai kata dan kalimat hingga menjadi alinea-alinea
agar sampai dalam senyum ranumnya
aku masih ingat bagaimana ia memainkan batang sigaret
sambil menghembus asap untuk kita mampu menangkap
imajinasi dan cita-citanya

aku masih ingat, aku masih ingat, aku masih ingat;
bang Ridha Ramli, di tengah malam yang sunyi
dalam pergumulan penuh harapan
lewat mulut-mulut yang meragukan kesetianku kepada HMI
tanpa patah semangat dalam pemberontakanku
Bang Ridha Ramli setuju kepada bisikanku:
HMI milik umat
siapa pun berhak menjaganya
jangan kau patahkan semangat
orang yang yakin akan berubah, kawan.

setiap kita punya kesetiaan kepada HMI, kawan
setiap kita punya jalan, setiap kita punya cerita
dan setiap kita akan memiliki kata akhir
jangan putus asa, kawan
jalan Tuhan adalah jalan kebenaran
kita pasti meraihnya
dengan arah dan petunjuk yang berbeda, kawan

(Bang Ridha tersenyum
matanya berkaca-kaca malam itu
Bang Ridha memeluk lelaki itu
dalam optimis, dalam harapan, dalam kasih dan sayangnya)

Bang Ridha Ramli masih ada
nafasnya bersama perjuangan kita
ia masih bercakap-cakap bersama kita
ia masih berbisik-bisik di telingan kita
ia masih bermain kata-kata di mata kita
ia masih mencintai kekasihnya
sebagai laki-laki yang memiliki harapan dan cinta

ya Allah, Engkau panggil sahabat kami itu
lagi ikhlas dan lembutnya
membahasakan cinta dan sayang kepada kami
ya Allah, sungguh kami merasa kehilangan
orang yang selalu santun bersama kami
yang penuh kemurahan ilmunya
dalam keridhaan namanya
menabur benih-benih kehidupan kepada kami
seperti banyaknya pasir di pantai hatinya
betapa kehilangan itu tak terhitung dan tak terkira
betapa kehilangan itu mewujud dan tak mewujud
ia laksana sebatang pohon bagi kami
akarnya menancap di tanah
batangnya menari-nari bersama kami di bumi
dahan, ranting dan daunnya sepoi di sorga;
Bukan kematian benar menusuk kalbu, kata Chairail Anwar
Keridhaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu di atas debu
dan duka maha tuan tak bertahta

Banda Aceh, 29 September 2024

KataCyber adalah media siber yang menyediakan informasi terpercaya, aktual, dan akurat. Dikelola dengan baik demi tercapainya nilai-nilai jurnalistik murni. Ikuti Sosial Media Kami untuk berinteraksi