Oleh: Aulia Halsa
Sekolah Kita Menulis (SKM) Cabang Langsa
Mungkin hampir setiap orang di belahan dunia tak mungkin tidak mengetahui kopi atau coffe bahasa inggris nya, entah itu jenis seperti espresso, capuccino, latte, arabika, dan sebagainya. Biji hitam yang kaya akan kafein serta membuat orang semangat habis meminum nya telah menjadi minuman wajib setiap pagi nya hampir setengah masyarakat dunia.
Kopi dalam sejarahnya bukan hanya sekedar biji hitam lalu di seduh dengan air hangat lalu di nikmati akan tetapi ikut andil dalam tatanan dinamika yang ada di dunia, tradisi kopi dan politik serta oposisi di mulai ketika Selama periode Revolusi Prancis, banyak kedai kopi di Paris yang menjadi pusat aktivitas intelektual dan politik. Kedai kopi seperti Le Procope, Café de Foy, dan Café de la Régence menjadi tempat berkumpulnya tokoh-tokoh terkemuka, termasuk para jurnalis, penulis, politisi, dan anggota kelompok radikal.
Kedai kopi, seperti Le Procope di Prancis memiliki peran yang penting dalam menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pertemuan, diskusi, dan pertukaran ide, yang berkontribusi pada perkembangan Revolusi Prancis. Tokoh-tokoh terkemuka pada masa itu, termasuk Voltaire, Robespierre, Georges Danton, dan Jean-Paul Marat, sering kali berkumpul dan berdiskusi di Le Procope. Kedai kopi ini, yang didirikan pada tahun 1686 di Paris, menjadi salah satu yang paling terkenal pada masa Revolusi Prancis, menjadi tempat favorit para politikus, filsuf, penulis, dan intelektual Prancis.
Di sini, mereka bisa bertemu, berdiskusi, dan membahas berbagai topik, termasuk politik, filsafat, dan revolusi. Tokoh-tokoh seperti Robespierre, Danton, dan Marat dikenal sering bertemu dan berdiskusi di Le Procope. Mereka merupakan bagian dari pergerakan revolusioner Prancis dan memiliki peran penting dalam peristiwa-peristiwa seperti Pengadilan Revolusioner dan Teror Revolusioner.
Diskusi dan pertemuan di kedai kopi seperti Le Procope memberikan ruang bagi ide-ide revolusioner untuk berkembang dan dipertukarkan. Para pemikir dan revolusioner saling mempengaruhi, menguatkan visi mereka, dan merencanakan langkah-langkah yang membentuk arah Revolusi Prancis.
Di kedai kopi, mereka berdiskusi tentang masalah sosial, politik, dan filosofis, termasuk kebebasan, kesetaraan, hak asasi manusia, dan struktur politik yang lebih adil. Diskusi-diskusi ini memainkan peran penting dalam membentuk opini publik dan mempengaruhi semangat revolusioner di kalangan masyarakat.
Selain itu, kedai kopi juga menjadi tempat bagi para pemimpin revolusioner untuk bertemu dan merencanakan strategi pergerakan mereka. Mereka dapat berdiskusi tentang taktik revolusioner, membahas kebijakan politik, dan mengatur protes serta aksi-aksi massal. Kedai kopi menciptakan ruang untuk kolaborasi dan pertukaran ide di antara para pemimpin dan aktivis revolusioner.
Lebih dari sekadar tempat diskusi, kedai kopi juga menjadi sumber informasi. Para jurnalis dan penulis sering kali berkumpul di kedai kopi untuk berdiskusi dan menulis artikel yang mempengaruhi opini publik. Mereka menggunakan kedai kopi sebagai basis operasi untuk menyebarluaskan ide-ide revolusioner melalui tulisan dan media. Kedai kopi memainkan peranan penting dalam Revolusi Prancis sebagai tempat pertemuan, diskusi, dan pertukaran ide yang mempengaruhi gerakan revolusioner.
Bagi Indonesia kopi serta gerakan perlawanan menarik untuk kita bahas yaitu daerah ujung barat negeri kita yaitu Provinsi Aceh, Provinsi yang sarat akan nilai keislaman serta narasi berpikir untuk perjuagan baik senjata atau pena, kopi terbaik konon katanya terlahir daerah yang berjulukan serambi mekah ini, kopi dan perjuagan serta pergerakan bagi masyarakat Aceh tak lepas dari sebuah kata yang mengilhami pergolakan Aceh itu sendiri melawan kafee Belanda pada saat itu.
Stemen dari Teuku Umar yang terkenal sampai detik ini adalah “sigeh ta jep kupi di meulaboh atau tanyoe akan mati syahid” yang memiliki arti besok kita minum kopi di Kota Meulaboh atau kita akan mati syahid sebuah hal menarik untuk di jelaskan bagaimana kopi dan perjuagan adalah hal tak bisa di lupakan dalam apapun juga.
Tak munafik dan tak berlebihan kopi sepertinya sudah menjadi intelijen dalam kebijakan politik, baik yang pro dan kontra. Mengapa demikian, karna dalam setiap melakukan kebijakan pasti ada kopi yang hadir di meja untuk menentukan arah kebijakan tersebut dan kopi tak mungkin di pisahkan dalam apapun juga.
Leave a Review