Cerita Bunga Mawar dan Matahari

Oleh: Kaila Azura
Prakrisi Sekolah Kita Menulis Cabang Aceh Tenggara

Di sebuah taman yang megah, tumbuhlah sebatang bunga mawar yang cantik. Dengan kelopak merah merona, aroma harumnya menyebar ke seluruh penjuru taman. Setiap pagi, bunga mawar bangun dengan ceria, menyambut sinar matahari yang memancar dari langit. Matahari, sang penguasa cahaya, menemani hari-hari mawar dengan sinarnya yang hangat dan indah.

“Selamat pagi, Bunga Mawar!” sapa Matahari, bersinar lebih terang seolah untuk menyenangkan sang bunga.

“Selamat pagi, Matahari! Terima kasih telah menyinari hariku,” jawab bunga mawar dengan lembut, menggerakkan kelopaknya yang berwarna cerah.

Hari-hari berlalu dalam kebahagiaan, hingga suatu ketika cuaca mulai berubah. Hujan turun dengan derasnya. Bunga Mawar merasa cemas dan merindukan kehangatan sinar Matahari. Dalam pikirannya, hanya sinar matahari yang membuatnya merasa hidup dan indah. Hujan, bagi Bunga Mawar, adalah gangguan yang tak terduga.

“Pergilah, Hujan! Kamu mengganggu keindahan taman ini,” keluh Bunga Mawar.

Hujan, yang mendengar keluhan Bunga Mawar, hanya tersenyum dengan lembut. “Bunga Mawar, tanpa aku, kamu takkan mendapatkan air yang kamu butuhkan. Aku datang untuk menyirami dan memberi kehidupan, bukan untuk menyengsaramu.”

Namun, Bunga Mawar tak mengerti. Ia hanya ingin melihat ke atas, menantikan sinar Matahari yang semestinya memancarkan keindahan. Ketika Hujan terus turun, Bunga Mawar semakin tertekan. Ia merasa dirinya tak secantik dulu, dan harumnya mulai pudar.

Suatu saat, Matahari muncul kembali usai hujan. Melihat Bunga Mawar tampak layu, ia menanyakan keadaan sang bunga, “Apa yang terjadi, Bunga Mawar? Kenapa kamu tampak tidak bersemangat?”

“Bukan salahmu, Matahari. Hujan datang dan membuatku tidak nyaman. Aku merasa keindahanku hilang,” ungkap Bunga Mawar dengan suara putus asa.

Matahari tersenyum, “Ingatlah, Bunga Mawar. Seindah apapun sinar yang aku berikan, kamu juga membutuhkan air untuk tumbuh dengan baik. Jangan hanya melihat ke atas; terkadang kamu perlu melihat ke bawah untuk menemukan kekuatan dari dalam dirimu sendiri.”

Mendengar kata-kata Matahari, Bunga Mawar mulai merenung. Ia menyadari bahwa keindahan tidak hanya ditentukan oleh sinar Matahari, tetapi juga oleh sapaan lembut Hujan yang memberinya kehidupan. Dengan semangat baru, Bunga Mawar mulai merasakan kehadiran Hujan sebagai sahabat, bukan musuh.

Setelah hujan reda, Bunga Mawar tampak lebih segar, warna kelopaknya semakin cerah, dan aromanya pun semakin harum. Ia belajar bahwa keindahan semesta terletak pada keseimbangan antara terang dan gelap, antara sinar dan air.

Dari saat itu, Bunga Mawar tidak hanya menantikan sinar Matahari, tetapi juga bersyukur atas kehadiran Hujan. Ia memahami bahwa keindahan alam semesta tidak hanya ada di atas, tetapi juga tersembunyi di bawah, di tempat ia tumbuh dan berkembang.

Kerinduan pada warnanya yang cerah kini tidak lagi berada pada kulitnya. Bunga Mawar merasa ditemukan kembali, dan dengan hati yang penuh syukur, ia menari di bawah sinar Matahari dan dampingan sejuk Hujan, merayakan keindahan semesta yang beragam.

KataCyber adalah media siber yang menyediakan informasi terpercaya, aktual, dan akurat. Dikelola dengan baik demi tercapainya nilai-nilai jurnalistik murni. Ikuti Sosial Media Kami untuk berinteraksi