Aku Tertawa, maka Aku Ada

Oleh: Syarifuddin Abe

Sebagaimana pernah saya sampaikan pada artikel sebelumnya, tertawa merupakan ciri khas manusia. Dengan tertawa menunjukkan bahwa sebagai manusia kita ada. Tertawa merupakan bagian dari aktivitas manusia dan memiliki kebebasannya sendiri. Silahkan anda tertawa, tidak yang berhak melarang anda untuk tertawa. Kecuali pada moment tertentu dan pada situasi tertentu yang memang bila ada yang tertawa (khususnya yang terbahak-bahak) dianggap dapat mengganggu kegiatan yang sedang berlangsung. Seperti tertawa pada saat kegiatan ujian nasional, sedang ada seminar atau lagi dalam keadaan beribadah atau di tempat orang lagi berduka.

Dalam Alquran surah an-Najm, ayat 43, Allah Swat., berfirman, “Dan bahwa Allah-lah yang menciptakan tertawa dan menangis”. Tertawa merupakan fitrah manusia, sebagaimana sepanjang kehidupan masyarakat, tertawa dilakukan sejak usia bayi sampai menjelang menutup mata (mati). Menjadi aneh, kalau ada orang yang takut tertawa. Ada yang menganggap tertawa akan mengurangi, kalau tidak mau dianggap menghilangkan; wibawa dan kharisma. Sehingga jangan bingung, kalau ada orang berhadapan dengan sebuah lelucon, lalu ada yang mencoba menahan tertawa, sampai tampak urat lehernya, saking mencoba sekeras mungkin agar ia tak tampak tertawanya, sehingga ia terus berusaha sampai tidak nampak giginya.

Tertawa adalah salah satu produk lisan manusia. Tertawa merupakan sebuah kelaziman pada setiap manusia. Tertawa milik semua orang, tidak memandang usia, keadaan dan latar belakangnya (Azizah Helmi, 2015). Menjadi aneh dan sangat aneh, kalau ada manusia takut tertawa, walau dengan berbagai alasan. Biasanya, orang yang takut tertawa adalah orang-orang yang dalam hidupnya dihinggapi penyakit ketakutan kepada neraka, atau hidupnya selalu dibiyangi oleh neraka. Bukankah orang yang tidak takut mati, ia juga tidak perlu takut kepada neraka, padahal orang yang tidak takut mati adalah orang-orang yang sudah meyakini bahwa surga Allah sudah pasti ia raih.

Manusia adalah makhluk yang memahami dan menciptakan sejarah dan manusia adalah satu-satunya makhluk sejarah. Sejarah merupakan bagian dari hakekat manusia Dengan sejarah, manusia telah mengukir berbagai karya inovasi dan kreatif. Oleh Peter L, Berger, dunia baginya adalah “yang tidak terprogramkan secara sempurna”. Dunia harus dibentuk sesuai dengan keratif dan inovasi manusia. Dengan kekuatannya, dunia mempunyai kesempatan untuk membentuk dunia yang baru, sesuai dengan inovasi dan kreatif yang dimilikinya; termasuk tertawa. Karena dunia manusia adalah dunia yang “tidak terprogramkan secara sempurna”, maka dunia manusia adalah dunia yang terbuka, yakni dunia yang harus dibentuk melalui kegiatan-kegiatannya. Manusia harus memiliki kemampuan untuk membentuk dunia baru yang sesuai dengan kodrat kemanusiaannya (Kasdin Sihotang, 2009).

Ke mana pun manusia itu pergi, dengan penuh kesadaran yang melingkupi dirinya, tetap ia ingin kembali kepada hakikat terdasar dirinya. Manusia ingin selalu bahagia, bahkan demi mendapat kebahagiaan, apa pun dikorbankannya, apa pun akan dilakukannya. Manusia adalah makhluk yang berakal-budi, yang memiliki perasaan, berkeinginan bebas, serta berhati-nurani. Manusia adalah makhluk yang berbicara dan berbicara merupakan perbuatan khusus manusia, tujuannya adalah untuk mengisyaratkan perasaan-perasaan atau pikiran-pikirannya. Dengan bersuara yang disertai dengan gerak sejumlah alat-alat di tubuhnya atau disebut dengan pangkal tenggorokan dan mulut. Semua hal itu adalah sebagai bentuk untuk mengemukakan perasaan dan pikiran melalui perantara tanda-tanda. Berbicara dan mengisyaratkan merupakan ciri dari keunggulan manusia, selain manusia, seperti hewan, tidak demikian (Louis Leahy: 1989).

Selain berbicara, manusia juga sebagai makhluk yang tertawa. Tertawa adalah kodrat, seni dan merupakan ranah manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk selain manusia. Tertawa dikatakan sebagai seni, karena antara seseorang dengan orang lainnya memiliki ciri khas tertawanya. Kita sering mendengar suara tertawa seseorang ketika sebelum seseorang itu sampai di tempat kita, kita sudah tahu dan dapat menebak bahwa seseorang tersebut tinggal menghitung detik atau menit sampai di tempat kita. Dengan tertawa kita dapat tahu keberadaan seseorang, dengan tertawa juga dapat dikenali sifat seseorang. Ada kata-kata begini, “dari irama dan cara tertawa seseorang, kita dapat menebak, seseorang itu kaya atau miskin”.

Tertawa merupakan rahmat dari Tuhan, tidak semua orang dapat tertawa dengan sepuas-puasnya. Bahkan ada orang yang takut tertawa apalagi terbahak-bahak, karena alasan tertawa terbahak-bahak adalah tertawanya syetah. Mungkin, bagi orang yang berpikir seperti ini, Tuhan terlalu memaksakan bahkan terlalu mubazir yang tak karuan memberikan kenikmatan tertawa bagi orang ini. Padahal kenikmatan tertawa bila tepat pada tempat dan waktunya, merupakan anugerah dan rahmat dari Tuhan yang tiada duanya. Tertawa sebagai rahmat Tuhan, merupakan kenikmatan yang dapat memuaskan. Tertawa adalah suatu permainan yang menampilkan ekspresi diri, menjadi hiburan yang tak pernah mengenal jemu, sebagai obat yang dapat menyembuhkan, dapat memuaskan batin. Tertawa dapat bersumber dari mana saja, lebih-lebih dapat diperoleh dalam bentuk humor yang bagaimana pun.

Pada orang-orang yang penuh kreatif, tertawa dapat menjadi sumber penghasilan, terkhusus bagi orang-orang yang mau menekuninya. Sangat banyak orang yang karena tertawa uangnya tak pernah berhenti mengalir. Hampir semua chanel televise, radio, menyajikan program lawak, bahkan program tersebut sering mendapat rating tertinggi dari respondennya. Pada sisi yang lain, seperti penceramah-penceramah, biasanya yang menjadi kegemaran orang terhadap ceramahnya karena ada sisi humor ketika menyampaikan ceramahanya. Penceramah-penceramah yang menyisip humor dalam setiap ceramahnya bias laku di waktu-waktu tertentu, seperti lakunya kacang goreng pada acara-acara konser. Orang seperti halnya dunia, dua sangat gandrung pada sesuatu yang membangkitkan gelak-tawa. Tertawa adalah salah satu suplemen agar hidup menjadi lebih hidup. Tidak ada dunia tanpa ada tertawa di dalamnya. Tanpa tertawa dunia ini akan sunyi dan sepi. Seorang anak bayi mungkin tidak akan disukai oleh siapa pun, bila si bayi itu tidak membuat orang lain gemas atau tertawa.

Humor itu kekuatannya pada kata-kata sebagai sebuah ekspresi untuk mencapai kedamaian jiwa agar dapat menghibur diri sendiri serta orang lain. Humor dapat menjadi suatu wadah untuk menyentil secara halus terhadap hal yang dianggap timpang dalam kehidupan manusia. Boleh dikata sebagai ‘aku tertawa maka aku ada’, rideo ergo sum. Manusia juga sebagai makhluk yang suka bermain, karena gemarnya bermain, maka humor menjadi salah satu bentuk kegemarannya atau permainannya. Dengan humor, persahabatan dan persaudaraan dapat dijalankan dengan penuh keindahan bahkan dapat juga terjalin dengan manusia lain-ridens homini socius. Humor dapat menjadi santapan rohani bagi jiwa serta menjadi suatu inspirasi bagi sesama yang memiliki rasa cinta kepada Yang Ilahi-ridens sacra homini (Yulius Eko Priyambodo:2014).

Tertawa dapat menjadi salah satu ciri khas manusia. Manusia bahkan merasa tanpa tertawa seolah-olah ia tidak ada. Adanya ‘aku’ karena aku tertawa. Tanpa ‘tertawa’ maka aku sama saja tidak ada. Tertawa menjadi kekuatan banginya. Tertawa adalah suplemen dalam hidupnya. Tertawa telah memberikan nuansa yang berbeda baginya. Tertawa juga tidak pernah dapat terjadi dengan sendirinya, tertawa memiliki unsur anygerah di dalamnya. Bukankah, banyak orang yang menghabiskan uang demi untuk dapat menonton sebuah pertunjukan komedi, jauh-jauh dating hanya untuk ingin menonton film lucu. Di kesempatan yang lain dengan sengaja pergi ke took buku hanya untuk membeli buku humor dan komik agar ia dapat tertawa. Di pojok-pojok gedung, di pinggi-pinggir jalan, atau di tertas-teras rumah ada orang yang sibuk tertawa sendiri sambil menonton sesuatu dari ponselnya. Manusia tidak mau hidupnya berjalan dan pergi begitu saja, ia memerluka tertawa agar ia puas dengan kehidupan yang dijalaninya.

Sebagaimana diungkapkan oleh Yulius Eko Priyambodo (2014), semakin lama manusia semakin menyadari, bahwa ia adalah salah satu insan humoris, karena tertawa adalah tabiatnya. Tertawa telah menjadi bahagian dari hidup manusia. Tertawa gtelah memberi kebahagiaan dalam hidupnya. Oleh orang-orang yang menyadari bahwa tertawa adalah kebahagiaan; manusia semakin dapat menyadari filosofi hidupnya, rideo ergo sum – aku tertawa, maka aku ada. Salah satu kecenderungan dasar hidup manusia adalah kebebasan berekspresi, maka ‘aku’ adalah sebuah kenyataan dari kebebasan itu sendiri. Maka manusia juga memiliki kebebasan dalam menyuarakan kebebasannya.

Karena manusia itu memiliki kebebasan mengekspresi dalam hidupnya, maka manusia itu betul-betul merasakan bahwa dirinya ‘ada’. Tidak ada orang yang berhak untuk melarang dan menghapus cara mengekspresikan hidup seseorang; maka pilihan dan cari hidup seseorang itulah hidupnya, dengannya pula seseorang itu merasakan hidupnya. Ketika orang betul-betul merasakan dan memahami dirinya, bahwa ia sebagai makhluk yang humoris (homo ridens), orang-orang juga harus mampu memahami dan menerima dirinya, bahwo humor adalah bagian dari hakikat hidupnya.

KataCyber adalah media siber yang menyediakan informasi terpercaya, aktual, dan akurat. Dikelola dengan baik demi tercapainya nilai-nilai jurnalistik murni. Ikuti Sosial Media Kami untuk berinteraksi