Rahasia Rumah Sakit

Oleh : Eno Malaka

“Gedebrug” suara benda jatuh dengan lumayan cukup keras, “Bragggg” suara benda jatuh tadi semakin menimbulkan suara yang kencang karena benda tersebut menabrak meja dan kursi.

“Tolong, tolong, tolong.” Suara Perempuan berteriak meminta bantuan, jelas ada peristiwa yang cukup kritis. “Suara apa itu?” Ucap Putra. “Ngga tau, tapi suaranya dari kelas sebelah” Seru Susi menimpali. “Yaudah, ayo kita kesana dulu.” Ujar Erlangga.

Tiga orang sahabat yang kebetulan sedang berjalan menyusuri lorong kampus itu kemudian berbondong-bondong menghampiri suara terikan tersebut, suara itu berasal dari salah satu kelas di lantai 4 gedung kampus. Saat dihampiri terlihat seorang dosen perempuan, satu mahasiswi dengan wajah merah panik dan satu mahasiswa yang berbaring di lantai dengan posisi wajah terbenam di ubin. Jelas itu adalah alasan teriakan minta tolong tersebut.

“Bu Nadya, ada apa?” Seru Susi menghampiri dosen muda tersebut.

“Ini tadi Aris tiba-tiba jatuh, tolongin Mas-Mba.” Jawab Bu Susi dengan wajah panik yang ketara.

Kedatangan tiga mahasiswa tersebut cukup membuat suasana menjadi sedikit tenang, dari penjelasan yang ada dapat disimpulkan bahwa kejadian tersebut cukup mengagetkan. Bu dosen muda dan satu mahasiswi yang berada di kelas tersebut nampak terkena shock terapi karena kejadian tersebut.

“Erlang, kamu pesen grab car. Kita bawa Aris ke rumah sakit terdekat.” Ujar Putra yang sudah berada di samping badan Aris.

Saat itu Aris dalam kondisi yang tidak sadarkan diri, suhu tubuhnya sangat tinggi hingga telapak tangan yang menyentuh badan Aris seperti sedang menyenttuh panci yang sedang merebus air. Badan nya menggigil kedinginan, bibirnya biru dan wajahnya terlihat ungu kemerah-merahan.

“Aris-aris, bangun. Aris bangun!” Seru Putra sambil menepuk-nepuk pipi Aris.

Aris sama sekali tidak merespon ucapan Putra, dia hanya menggigil dengan mata yang terbelalak. Lima menit kemudian grab car yang dipesan sudah sampai ke titik penjemputan, Aris segera digendong keluar menuju grab car yang sudah menunggu. Kondisi saat itu tidak ada tandu sehingga Aris digotong oleh empat mahasiswa yang berada di kelas.

“Ayo Pak segera berangkat.” Ujar putra ke sopir grab car

Aris ditemani Putra di dalam mobil sedangkan teman yang lain mengantar menggunakan sepeda motor. Sesaampainya di rumah sakit Aris langsung dibawa menuju IGD untuk mendapatkan penanganan. Erlang yang sudah sampai menyusul di rumah sakit bergegas mengurus administrasi rumah sakit. Setelah diperiksa ternyata kondisi Aris cukup parah suhu tubuhnya mencapai 42,7 derajat celcius dan trombositnya berada di angka 23 sehingga Aris harus mendapatkan penanganan rawat jalan di rumah sakit.

Hari-hari di rumah sakit berjalan dengan lancar beberapa teman Aris silih berganti menjaga Aris, keluarga Aris sudah mendapatkan kabar dari Putra dan pada hari keempat pihak dari keluarga sudah ada yang menemani Aris di rumah sakit.

“Hallo Aris, gimana kabarnya.” Tanya Putra yang sedang menjenguk Aris

“Udah baikan ini, Cuma kata dokter leukositku turun drastis dan trombositnya belum ada trend kenaikan.” Ujar Aris yang sudah bisa duduk.

“Yaudah perbanyak minum air putih, jus jambu sama madu. Itu ampuh untuk menaikan trombosit.” Ujar putra sambil berajak duduk di kursi samping ranjang tempat tidur Aris.

“Oh ya, yang nemenin siapa?” tanya Putra

“Ada Ibu, sekarang lagi beli minum di Indomaret.” Ujar Aris

Rumah sakit tempat Aris menjalani rawat jalan merupakan salah satu rumah sakit dengan pelayanan paling baik yang ada di kota, rumah sakit tersebut bekerja sama dengan Perusahaan farmasi asal Jepang dan Rumania sehingga peralatan, obat-obatan dan penanganannya memenuhi standar Internasional. Walaupun punya standar Internasional rumah sakit tersebut selalu mematok biaya pengobatan yang murah bahkan ketika pasien tidak punya bpjs sekalipun.

 “Oh ya, aku ngerasa ada yang aneh sama rumah sakit ini.” Ujar Aris

“Aneh kenapa Ris?” Tanya Putra

“Mas Aris, kita suntik dulu ya untuk penguatan lambung sekaligus cek darahnya.” Ujar suster yang tiba-tiba dating.

“Oh iya Sus.” Ujar Aris

Suster yang datang untuk melakukan cek kesehatan kepada Aris mempunyai perawakan sedang dan wajah manis yang tidak ditutupi masker. Uniknya walaupun terkenal sebagai rumah sakit dengan mayoritas pengunjung masyarakat tionghoa hingga dikenal sebagai rumah sakit China tapi kebanyakan suster yang ada di rumah sakit tersebut mempunyai wajah seperti masyarakat Turki dan Arab.

“Nah itu keanehannya Put.” Ujar Aris setelah lima menit suster pergi.

“Loh ko aneh?” tanya Putra

“Jadi setiap hari aku selalu disuntuk dengan cairan yang entah apa tapi jumlahnya banyak, dan darahku juga selalu diambil. Aku sudah empat hari di sini dan sudah sebelas kali aku disuntik dan diambil darah.” Aris menjelaskan

“Itumah wajar, kamu kan kena DB sama Tipes. Jadi darahmu selalu diambil untuk dicek di Lab.” Ujar Putra

“Ya tapi tetap saja aneh.” Aris masih saja ngeyel

Setelah berbicara cukup lama tentang keanehan di rumah sakit itu, Erlangga dengan Susi datang bersama untuk menjenguk Aris. Kebetulan mereka adalah pasangan kekasih sehingga mereka melakukan banyak kegiatan bersama termasuk saat menjenguk Aris.

“Halo gimana kabarnya si penakluk wanita ini? Wihhh tambah ganteng ya kamu di rumah sakit” Ujar Erlangga

“Helleh ya gini aja, udah bugar tapi masih belum pulang.” Jawab Aris

“Bugar gimana, ituloh wajahmu masih pucat.” Ucap Susi sambil berjalan kearah meja samping kanan Aris.

“Ini ada Jus Jambu sama pisang dimakan ya Aris.” Ujar Susi

“Makasih, ga usah repot-repot lah” Ujar Aris

“Oh ya Ris, aku tadi sama Susi lihat keanehan pas masuk ke rumah sakit ini.” Ucap Erlangga sambil menekan-nekan Pundak Aris.

“Keanehan apa?’ Tanya Aris sambil minum air putih dan mengambil pisang yang tadi diletakan Susi di meja.

“Tadi kita lihat banyak suster yang membawa banyak sekali darah dari setiap kamar.” Ujar Susi

“Hallah itumah biasa, Namanya juga rumah sakit wajarlah kalo ada pemeriksaan pasien melalui darah.” Ujar Putra yang berada diseberang Erlangga.

“Ya masa semuanya diambil darahnya sih, soalnya banyak banget loh.” Sanggah Erlangga.

“Aku juga mengalami hal yang sama, tadi baru aja suster mengambil darahku. Berarti aku sudah diambil darahnya dua belas kali sejak aku masuk ke rumah sakit ini.” Ujar Aris.

“Udah ga usah mikir aneh-aneh, kamu fokus aja nyembuhin diri ga usah banyak pikiran nanti malah nambah drop.” Pungkas Putra

“Ya mungkin saja semua orang di rumah sakit ini sedang menderita demam berdarah kaya Aris.” Ujar Susi

Perbincangan mereka dilanjutkan dengan membahas hal-hal random khas mahasiswa, mereka terlalu asik sehingga tidak sadar bahwa jam jenguk sudah habis. Mereka diperingatkan oleh satpam yang masuk ke ruang perawatan Aris.

“Maaf Mas-Mba jam jenguk sudah habis, sekarang Mas-Mba bisa pulang.” Ujar satpam yang sekali lagi mempunyai wajah seperti orang Turki atau Arab.

“Oh iya Pak.” Ujar Susi

“Yaudah Ris, sehat-sehat ya. Besok kita datang lagi” Ujar Putra

“Iya makasih ya gais, besok-besok ga usah bawa apa-apa. Ngerpotin kalian nanti aku.” Ujar Aris.

“Hallah santai.” Ujar Putra

Mereka bertiga keluar dari kamar Aris, kamar Aris kebetulan berada di lantai lima sehingga mereka bertiga harus menggunakan lift untuk sampai ke prakiran kendaraan di lantai bawah. Namun pada saat itu kondisi lift sedaang penuh dengan antrean pengunjung. Sehingga Susi yang tidak sabaran mengajak Putra dan Erlangga untuk menuruni tangga.

“Eh kurang berapa lagi darahnya?” Ucap seorang suster yang kebetulan berada di depan mereka bertiga saat menuruni tangga.

“Masih kurang banyak.” Jawab suster di sebelahnya yang lagi-lagi mereka mempunyai wajah orang Turki.

Erlangga dan Putra saling bertatap-tatapan bingung dengan pembicaraan kedua suster tersebut. Sampai di lantai tiga kedua suster tersebut berjalan ke arah lain mereka berjalan lurus lalu belok kiri.

“Lang, kita harus ikutin mereka. Aku ko curiga yah.” Ujar Putra

“Iya ini aneh, apa Aris benar ya.” Ujar Erlangga

Mereka bertiga menyusul kedua suster itu, kebetulan lantai tiga adalah kantor suster dan tidak ada kamar perawatan. Menariknya di lantai tig aitu tidak ada satupun cctv sehingga Putra, Erlangga dan Susi merasa tidak apa-apa jika mengikuti suster itu. Sesampainya di depan ruangan tempat suster tadi masuk mereka bertiga langsung mencoba masuk ke ruangan tersebut sambil bergerak pelan-pelan agar tidak diketahui.

“Susi buka hpmu kita rekam kegiata mereka.” Ujar Putra

Ruangan tesebut mempunyai konsep ruangan berlapis sehingga setelah masuk satu pintu ada pintu berikutnya, mereka mencoba memasuki ruangan kedua. Saat mereka berhasil sedikit membuka pintu di ruangan kedua bertiga menunduk dan mengarahkan hp Susi untuk merekam percakapan antara dua suster dengan seseorang yang sedang berbaring di ranjang perawatan.

“Gimana darah 0 nya apakah sudah ada lagi?” tanya orang yang sedang berbaring.

“Belum madam, terakhir tadi pasien bernama Aris namun trombositnya masih menurun berbahaya jika kita terlalu banyak mengambil darahnya. Nyawanya pasti terancam.” Ujar salah satu suster.

Putra sangat kaget dan ingin segera masuk ke ruangan tersebut, namun ditahan sama Susi.

“Bentar jangan dulu.” Ujar Susi yang berbicara pelan-pelan.

“Hahhhh Ap akita utus lagi nyamuk setan itu untuk menjangkit orang-orang lagi?” Ujar Perempuan yang sedang berbaring di ranjang dengan menghela nafas dalam dan memandang ke arah langit-langit.

Tiba-tiba Erlangga memasuki ruangan dengan membuka paksa pintu sehingga pintu terbuka dengan kuat dan menghasilkan suara yang keras.

“Apa-apaan ini, kalian ngapain?” Bentak Erlangga

“Haduuuuhhhhh malah” Keluh Susi.

“Kami bisa melaporkan kalian ke polisi dan kami punya bukti percakapan kalian yang sudah kami rekam.”

Penghuni ruangan tersebut kaget dengan kedatangan tiga orang itu, Perempuan yang sedang berbaring di ranjang tersebut mempunyai paras seorang Perempuan berusia 40 tahun dan mempunyai wajah seorang perempuan Turki yang mempunyai hidung mancung, mata berwarna hijau rambut lebat berwana coklat namun dengan wajah yang snagat pucat.

“Kalian siapa?” Tanya seorang suster yang tiba-tiba berubah parasnya yang awalnya berwajah normal tiba-tiba berubah dengan mata merah terang gigi taring atas yang memanjang dan wajahnya yang berubah menjadi putih terang.

Mereka bertiga terkejut dengan kejadian tersebut dan sempat membuat mereka gentar namun mereka berhasil mebguatkan diri.

“Sudah Esmeralda. Hentikan perangaimu.” Ujar Perempuan di ranjang yang beralih posisi dari berbaring menjadi setengah duduk.

“Maafkan sikap pelayan saya.” Ujar Perempuan itu.

“Kalian itu sebenarnya apa?” Ujar Erlangga yang berbicara dengan bibir bergetar jelas itu ketakutan namun berusaha dikuatkan.

“Salam kenal saya Maria, Maria Tepes Behzat.” Ucap Perempuan itu

“Sepertinya kalian sudah terlanjur mengetahui rahasia kami. Baiklah saya akan mencoba menjelaskan kepada kalian tentang kami.” Ucap Perempuan itu dengan ramah, perempuan itu sangat anggun wajah turkinya sangat cantik dan suaranya menunjukan bahwa dia adalah Perempuan berpendidikan tinggi.

“Saya adalah keturunan terakhir keluarga Tepes, mungkin kalian pernah mendengar nama Vlad Tepes?” Tanya Perempuan itu

“Tidak siapa dia?” Tanya Putra.

“Baiklah saya jelaskan.” Ujar Maria

“Mungkin kalian asing dengan nama Vlad tapi dia cukup tekrkenal diseluruh dunia, tepatnya dia dikenal sebagai Dracula.” Lanjut Maria

Ketiga sahabat itu bengong dengan kata-kata Maria, mereka sangat kaget dengan nama yang disebutkan oleh Maria.

“Dulu pada abad ke 14 ketika Vlad The Dracula berperang dengan kekaisaran Ottoman dan kalah. Semua keluarganya ditahan namun ada satu yang berhasil kabur Namanya Bianca Tepes.” Lanjut Maria menjelaskan

“Bianca kabur melalui pegunungan dan sampai ke Turki, setelah itu dia bertemu dengan keluarga Turki yang baik dan dirawat keluarga itu. Bianca merasa beruntung karena keluarga itu memperlakukan Bianca dengan sangat baik dan penuh perhatian. Singkat cerita Bianca dijodohnkan dengan putra keluarga itu yang bernama Eymen Behzat. Eymen adalah seorang laki-laki perkasa yang nantinya diangkat menjadi seorang bangsawan milliter. ” Lanjut Maria

“Keluarga Bianca dan Eymen sangat harmonis hingga diusia Bianca yang ke 60 tahun Bianca tiba-tiba berubah menjadi muda lagi seperti seorang Perempuan berusia 22 tahun. Sontak hal itu mengagetkan untuk Eymen. Namun Eymen adalah pria terhormat dia tidak panik dan meminta penjelasan kepada Bianca.” Lanjut Maria menjelaskan

“Kamu sebenarnya siapa? Kenapa istirku berubah jadi remaja.” Tanya Eymen

“Maafkan aku suamiku, aku masih istrimu tapia da satu rahasia yang saya sembunyikan darimu.” Ujar Bianca

“Rahasia apa? Ayo ceritakan.” Ujar Eymen

“Nama asliku adalan Bianca Tepes, aku adalah kerabat Vlad Tepes pangeran Wallacia tepatnya putri bungsunya yang tidak pernah diperkenalkan ke siapapun karena aku adalah anak seorang selir. Saat Vlad Kalah kami semua ditahan oleh kekaisaran Ottoman. Kami ketakutan jika kami akan dieksekusi, sehingga Ibu saya menyuruh saya kabur dari kepungan prajurit Ottoman.” Bianca menjelaskan

“Tapi kan Sultan orang baik, dia sangat Sholeh dan tidak mungkin melakuakn hal buruk. Semua yang ditahan oleh Sultan diperlakukan dengan sangat baik, dan untuk keluarga Tepes mereka semua diberikan pilihan untuk diasingkan atau mengabdi kepada kesultanan dan mereka memilih untuk bunuh diri.” Ujar Eymen

“Saya tahu suamiku, itulah mengapa saya tidak dendam dengan kesultanan. Saya tahu beliau orang yang baik dan adil, saya memutuskan untuk masuk islam dan mengabdi padamu sebagai seorang istri juga karena kekagumanku pada kekaisaran Ottoman. Aku yakin akua man disini.” Lanjut Bianca menjelaskan.

“Dan keanehan yang kamu lihat suamiku ini adalah kutukan keluarga Tepes, kami dikutuk abadi dan setiap 100 tahun kami akan dikembalikan ke usia 20 tahun dan untuk kasusku aku berubah ketika umurku 60 tahun.” Ujar Bianca

“Eahhh Eaaaa” Terdengar suara bayi Perempuan

Kembali ke ruangan Maria dan ketiga sahabat itu.

“Kami semaunya dikutuk untuk Abadi, Bianca adalah Ibu saya. Sekarang saya berusia sedikitnya 380 tahun. Entahlah saya tidak terlalu ingat pastinya.” Jelas Maria

“Terus dimana Bianca?” Tanya Erlangga

“Ohhh Ibu saya, dia sudah meninggal.” Jawab Maria

“Lohhh katanya abadi?” Tanya Putra

“Iya kami memang punya kutukan Abadi, namun setelah ayah saya meninggal Ibu saya membawa saya ke asia kami sampai di Jepang. Ibu tidak menikah lagi dan bekerja untuk Keshogunan Tokugawa sebagai seorang dokter keluarga Shogun. Ibu saya bekerja dengan baik dan dengan pemahaman dunia medisnya Ibu saya kemudian diberikan banyak keistimewaan oleh Shogun. Pada suatu hari Ibu saya tiba-tiba jatuh sakit, Ibu saya menjadi sangat pucat dan sangat haus namun minuman apapun yang masuk langsung dia muntahkan hingga dia tidak sengaja meminum darah seorang pelayan istana. Dan Ibu saya tiba-tiba sehat.” Maria masih menjelaskan

“Terus?” Ujar Erlangga

“Ternyata ada satu lagi kutukan pada keluarga kami, saat usia kami mencapai 120 tahun kami akan mengalami penyakit aneh darah kami akan habis. Kami membutuhkan darah untuk mengganti darah kami yang habis dan spesifiknya adalah darah O. Sehingga Ibu saya yang kadung kalut pada waktu itu mengembangkan nyamuk yang bisa emncium darah O dan menjangkit orang-orang dengan darah O. mereka yang berdarah O akan mengalami demam yang sangat tinggi dan akhirnya akan dilarikan ke Ibu saya untuk disembuhkan. Dan pada saat penyembuhan itulah Ibu saya rutin mengambil darah dari pasienny, namun Ibu saya adalah orang baik. Pasien akan dirawat dengan sangat baik, mereka akan diberikan nutrisi dan obat-obatan buatannya yang akan menambah kesehatan dan kecantikan pada semua pasiennya.” Lanjut Maria

“Singkat cerita Ibu saya akhirnya merasa bersalah dan tidak mau lagi melakukan hal itu hingga dia akhirnya mati karena kehabisan darah. Saya yang menyaksikan kejadian tersebut akhirnya mempelajari semua yang Ibu tuliskan di buku catatannya dan melanjutkan semua eksperimennya. Hingga waktu berjalan cukup lama dan sekarang inilah saya keturunan terakhir keluarga Dracula. Aku memutuskan untuk tidak menikah agar kutukan tidak berlanjut, namun pada waktu perang dunia kedua tepatnya ketika Jepang dibom Amerika banyak keluarga yang membutuhkan pertolongan. Aku mendonorkan darahku ke anak-anak yang membutuhkan dan anak-anak itu adalah suster-suster yang ada di rumah sakit ini.” Lanjut Maria

“Mereka semua bisa berubah menjadi Dracula namun mereka tidak punya kutukan abadi, paras mereka kemudian berubah seperti saya campuran Rumania dan Turki. Mereka antinya akan meninggal ketika sudah berusia 120 tahun. Saya punya tekad untuk tetap hidup hingga semua anak itu meninggal, akhirnya saya memutuskan untuk menggunakan nyamuk setan buatan Ibu saya untuk mencari darah O. Anak-anak yang saya tolong semuanya tidak menikah dan saya bawa mereka mengungsi dari Jepang ke Indonesia. Kami bekerjasama dengan pemerintah untuk mendirikan rumah sakit standar Internasional yang sangat murah.” Maria masih menjelaskan

Keadaan ruangan menjadi sedikit lebih tenang, ketiga sahabat itu sudah menurun ketegangannnya, karena ternyata Perempuan yang ada dihadapannya sangat lembut kosa katanya dan tidak menunjukan ekspresi yang jahat.

“Lalu apa yang kamu lakukan ke teman saya?” Tanya Putra

“Seperti yang saya jelaskan, saya membutuhkan darah O untuk tetap hidup. Dan teman kalian berdarah O sehingga kami membutuhkannya. Tapi jangan khawatir kami tidak akan mencelakakan teman kalian, kami akan merawatnya dengan baik dan segera setelah saya cukup darah kami akan memulangkan teman kalian. Teman kalian akan dirawat kami dengan baik dan gratis. Nanti teman kalian akan lebih sehat dari sebelumnya.” Jawab Maria

“Apakah kalimatmu bisa dipercaya?” Tanya Susi

“Tentu saja, kami tidak akan berbuat buruk. Namun karena kalian sudah mengetahui rahasia ini, saya mohon maaf. Ingatan kalian tentang rahasia kami harus dihapus.” Ujar Maria

Tiba-tiba dari arah mata Maria terpancar cahaya putih terang dan membuat tiga sahabat itu pingsan.

“Bawa mereka ke kamar perawatan dan ketika mereka bangun bilang mereka pingsan karena kelelahan menuruni tangga.” Ujar Maria pada dua suster.

“Baik Madam” Ujar Dua suster.

Mereka bertiga akhirnya dibawa ke kamar rumah sakit dan setelah 20 menit berbaring mereka semua terbangun.

“Aduhhh pusing kepalaku, loh kalian ngapain di sisni Lang Nad?” Tanya Putra

“Kalian kelelahan habis menuruni tangga Rumah Sakit.” Jawab suster dengan ramah

TAMAT

KataCyber adalah media siber yang menyediakan informasi terpercaya, aktual, dan akurat. Dikelola dengan baik demi tercapainya nilai-nilai jurnalistik murni. Ikuti Sosial Media Kami untuk berinteraksi