Akhir-akhir ini, saya merasa sangat bosan dan cenderung ogah-ogahan bertemu dan berdiskusi dengan jawara-jawara yang akan bertarung pada saat kontestasi politik 14 Februari mendatang. Mengapa tidak? Sebab, topik yang selalu disuguhkan ialah perihal menyambut Indonesia emas 2045. Jawara-jawara tersebut selalu saja memberi angin surga, seolah-olah beberapa tahun lagi, semua rakyat akan sejahtera dengan sendirinya. Padahal, tidak semudah itu ferguso!
Indonesia emas ialah mimpi besar Indonesia untuk mencapai kenaikan status dari Negara berkembang menjadi Negara maju. Kuat secara ekonomi, sosial, politik, infrastruktur dan pendidikan sebagai bukti nyata keseriusan Indonesia terhadap ambisi tersebut. Mengapa di tahun 2045? Berdasarkan beberapa narasi yang dibangun mengenai Indonesia emas, di tahun tersebut Indonesia mengalami suatu momentum yang luar biasa, bertepatan dengan 100 tahun Indonesia merdeka.
Tidak hanya itu, narasi Indonesia emas selalu dikaitkan dengan pemanfaatan momentum bonus demografi, yakni dimana Indonesia mengalami peningkatan yang luar biasa atas penduduk berusia produktif (15-64 tahun), dan mengalami kemerosotan tajam atas usia yang tidak produktif (dibawah 15 tahun dan diatas 64 tahun). Artinya, Indonesia mencoba memanfaatkan momentum yang diyakini menjadi peluang besar, yakni akan banyaknya tingkat kontribusi masyarakat terhadap pertumbuhan ekonomi.
Sebetulnya, menggunakan tahun 2045 sebagai titik target Indonesia emas bukanlah hal yang memiliki subtansi yang luar biasa untuk dibahas. Saya pikir, mengingat tahun 2045 masih 21 tahun lagi, artinya sangat panjang waktu Indonesia untuk mempersiapkan, merencanakan dan melaksanakan usaha-usaha menyeluruh dalam berbagai sektor oleh pemangku kepentingan, seperti pemerintah. Pertanyaannya, seberapa serius pemerintah melaksanakan usaha-usaha untuk mencapai mimpi besar Indonesia tersebut?
Menilik Keseriusan Pemerintah
Jika kita bahas lebih dalam lagi, keseriusan pemerintah terhadap usaha-usaha dalam menyongsong Indonesia emas 2045 dapat dilihat dari pengelolaan sumber daya manusia. Pengelolaan sumber daya manusia yang efektif dan berkelanjutan menjadi pilar utama dalam mempersiapkan Indonesia emas. Setidaknya pendidikan yang berkualitas, banyaknya pelatihan kerja dan pengembangan keterampilan, pemerataan kualitas pendidikan ialah hal mendasar yang harus disuguhkan kepada generasi muda yang akan memegang kendali atas Indonesia emas mendatang.
Namun, hal mendasar demikian saja masih jauh dari kata optimal, atau bisa kita katakan sudah optimal. Akan tetapi, harus digaris bawahi “hanya untuk orang-orang berduit dan orang-orang perkotaan saja” Sekali lagi saya tekankan, hanya untuk orang-orang berduit dan orang-orang perkotaan saja. Lalu, bagaimana dengan kaum miskin dan kaum pinggiran kota? Apakah benar demikian? Silahkan pembaca refleksikan sendiri, maka akan menemukan jawabannya.
Padahal, jika tidak adanya pengelolaan sumber daya yang begitu masif, maka sudah pasti potensi tenaga kerja untuk berkembang dan memiliki daya saing sekelas Negara maju akan menjadi sekadar omong kosong saja. Bahkan tidak hanya itu, sudah barang pasti Indonesia emas akan menjadi sekadar omong kosong belaka.
Sebelumnya saya tidak pernah sedikitpun, meragui sebuah visi besar perihal Indonesia emas 2045 yang telah digaungkan sejak lama oleh Presiden ke 6 dan ke 7 lalu. Namun, setelah melihat usaha pemerintah dalam menyongsong Indonesia emas masih saja nihil. Maka, saya beransumsi bahwa Indonesia emas ialah suatu narasi omong kosong untuk memberi angin surga saja.
Saya pikir, kita boleh saja bernarasi dan bergagasan setinggi langit. Namun, satu hal yang pasti, yakni harus diiringi dengan membumikan gerakan. Seperti yang telah saya bahas sebelumnya, bonus demografi harus dijadikan momentum perubahan. Jika di tahun 2045 Indonesia tidak mengalami kenaikan status dari Negara berkembang menjadi Negara maju, kapan lagi momentum itu akan terjadi? 100 tahun lagi? 200 tahun lagi? Ataukah memang tidak akan pernah?
Penutup
Saya menyadari, untuk mencapai Indonesia emas 2045 memang memerlukan keseriusan, komitmen, konsistensi, dan kerjasama lintas sektoral. Namun, saya pikir pemerintah akan selalu jadi titik kunci keberlangsungan visi Indonesia emas ini. Mengingat 14 Februari mendatang, merupakan hari kontestasi politik yang sangat besar bagi Negara demokrasi seperti Indonesia, yakni hari dimana kita memilih pemimpin-pemimpin legislatif dari tingkat kota hingga nasional, serta memiilih presiden dan wakil presiden untuk 5 tahun yang akan datang.
Maka harapannya adalah, pemimpin-pemimpinyang terpilih nantinya mampu menghadirkan gerakan akar rumput, gerakan yang akan menjadi fondasi untuk menyongsong Indonesia emas 2045. Indonesia emas bukan hanya sekadar narasi omong kosong belaka, namun sebuah pembuktian, sebuah gerakan transformasi gila-gilaan bahwa Indonesia akan menjadi Negara yang berdaulat, adidaya perkasa, mandiri dan sejahtera tentunya.
Kontestasi politik februari mendatang, juga penentu bagaimana Indonesia 5 tahun yang akan datang. Semoga saja pemimpinnya memiliki visi dan integritas dalam mewujudkan visi Indonesia emas. Akhir kata, Indonesia tidak butuh pemimpin banyak gimmick, Indonesia butuh pemimpin yang mampu melangitkan gagasannya dan membumikannya dengan gerakan.
Oleh : ISA ISMAIL
[Ketua Umum HMI Komisariat (P) STAIPIQ Sumatera Barat/Founder Intelektual Staipiq Club]
Leave a Review