Buaya Fakultas

Oleh : Eno Malaka

Kamis pagi, tanggal 12.

Seorang mahasiswi berteriak histeris di dalam kelas. “Haaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhh”. Teriakan itu mengundang banyak mahasiswa yang sedang berada di luar kelas, mereka segera menghampiri sumber suara.

Yang dihampiri terlihat sangat ketakutan, dia berteriak dengan telunjuk tangan kirinya mengarah ke sebuah bangku kuliah (model kursi dengan meja kecil yang terpasang di sebelah kanan.) Tangan kanan mahasiswi itu menutupi wajahnya, namun dengan jari tengah dan jari manis direganggan membentuk huruf “V” sehingga mata kirinya terbuka.

“Ehhh ada apa?” Ucap salah seorang mahasiswa yang masuk ke kelas.

Mahasiswi yang histeris itu seketika ambruk, sekarang kepanikan menular kesemua rombongan yang sudah masuk ke kelas dilantai empat gedung kampus pendidikan itu. Rombongan terpecah menjadi dua, yang satu berusaha menolong mahasiswi yang tidak sadarkan diri dan yang lainnya mendekat ke tempat yang ditunjuk sang mahasiswi.

Di tempat itu ternyata tergeletak tiga kotak kondom diesta dengan berbagai varian rasa. Disebut demikian karena gambar dalam bungkus kotak itu terdapat gambar buah-buahan. Satunya bahkan ada keterangan bergerigi, entah apa maksudnya.

Kejadian itu langsung viral di kampus, semua mahasiswa membahasnya. Beberapa UKM (unit kegiatan mahasiswa) beramai-ramai membuat postingan tentang peristiwa itu, dengan berbagai judul dari yang aneh, ngawur, nyeleneh, propaganda, dan bumbu-bumbu lainnya. Bertebaran di social media mereka.

Ditemukan sebuah kondom misterius di kampus, siapakah pemakainya? Keterangan salah satu postingan dari UKM photografi. Kampus bukan lagi tempat mengasah akal, tapi juga tempat berlatih nakal. Keterangan dari postingan Himpunan mahasiswa (Hima). “Kuliah jauh-jauh ke kota, ehhh di kota malah nyoba-nyoba”. Keterangan story WA salah satu mahasiswi. “Di kampus bukanya fokus pelajaran, malah jualan.” Story WA lainnya. “Emang oyo, atau red doors semahal itu kah? Sampai harus di kelas segala?” Story WA yang lain.

Suasana semakin runyam, beberapa minggu setelah kejadian itu para mahasiswa mulai berdemo. Temukan pemilik kondom itu, temukan pemilik kondom itu. Teriak para mahasiswa di depan Gedung Fakultas.

Pihak kampus akhirnya merespon, mereka mengutus UKM Detektif Kampus untuk menyelidiki masalah ini. Dedi ketua UKM langsung mengumpulkan anggotanya, mereka mengadakan rapat darurat. Pokoknya kasus kondom misterius ini harus segera diselesaikan. Misinya sebagai ketua UKM detektif.

“Teman-teman semua, seperti yang kalian ketahui. Kampus kita sedang diteror kondom misterius. Kasus ini amat mendesak” Dedi membuka rapat detektif dan tanpa fa fi fu, langsung membahas ke intinya.

“Apakah kalian punya gambaran tentang kasus ini?” Tanyanya kepada anggota UKM

“Paling itu punya mahasiswa yang mau cek-in, tapi kelupaan.” Ucap Nadya salah satu anggota UKM.

“Masa benda sepenting itu ketingalan?” celetuk Teo anggota yang lain.

“Kan bisa jadi mereka pasangan baru, biasakan mahasiswa kalo baru pacaran di kampus suka gituan. Balas Nadya.

“Halllaaahh Kaya lo tau aja Nad.” Teo melemparkan telapak tangannya.

“Ihhhh serius, temen-temen satu kos ku begitu semua. Aku sih belum pernah ya.” Sanggah Nadya.

“Udah-udah. Kita sekarang selidiki saja kelas mana yang menggunakan ruangan kelas pada hari rabu tanggal 11. Kita catat dan kumpulkan data dari mereka.” Ucap Dedi menengahi dua anggotanya.

UKM detektif itu memang cuma berisi tiga orang saja, sebetulnya UKM itu tidak terlalu bermanfaat dan kenapa juga harus ada UKM seperti itu. Mau nangkep maling pulpen? Atau mau nangkep mahasiswa yang suka minta jawaban UAS ke temennya dan cuma ganti nama sama NIM aja? Atau mau mengusut uang kegiatan mahasiswa yang suka dipakai hura-hura sama partai kampus, yang biasanya habis jabatan selesai langsung pada keluar kota pesen villa? Entahlah, yang pasti UKM Detektif tetap bertahan karena Dedi adalah anak salah satu petinggi kampus.

Mereka bertiga langsung bergerak, dikumpulkannya informasi tentang pengguna kelas itu pada hari rabu tanggal 11. Mujur, ternyata kelas itu hanya diisi oleh satu kelas. Kelas 5A Jurusan Sastra Mongolia, tepatnya kuliah malam pukul 19.00 WIB. Mereka bertiga langsung sigap mengumpulkan informasi dari mahasiswa-mahasiswa kelas itu. Dikumpulkannya daftar nama yang kemungkinan besar adalah pemilik kondom misterius. Revandi, Fanta, Dori dan Dafid adalah daftar yang kemungkinan pemiliknya. Merekalah Empat Pilar Buaya Fakultas.

 

Tersangka 1. Revandi Patih Fadilah.

“Ehhh tapi Ded, ngopo kita menyasar laki-laki?” Tanya Teo saat menyantap makan siang di kantin kampus.

“Soalnya siapa lagi? Kan yang suka beli kondom emang laki-laki.” Nadya menyambar pertanyaan Teo

“Sek. Perempuan kan juga bisa punya kondom. Lagian Perempuan sekarang kan lebih parah dari laki-laki.” Teo santai menyuap ayam gepreknya.

“Iya bener, Perempuan sekarang emang lebih parah dari laki-laki. Perempuan saiki yo suka banget pamer keseksian, lomba-lomba biar pulen, ditambah make up mereka. Behhhhh.” Nadya sama santainya dengan Teo, ngobrol sambil menyuap makanan. “Tapi Perempuan ga seberani laki-laki, Perempuan lebih takut-takutan dan nyari aman. Aku sebagai Perempuan menyadari hal itu. Nadya melanjutkan percakapan setelah mengunyah makanannya.

“Udahlah. Mending cepet habisin makanan. Terus kita grebek Revandi di kos.” Ucap Dedi yang sejak tadi takzim mendengarkan anggotanya.

Setelah selesai urusan di kantin kampus, mereka bertiga bergegas mengunjungi Revandi di kosnya. Revandi adalah salah satu mahasiswa populer di jurusan sastra Mongolia. Dia terkenal ganteng, putih, tinggi kurus, pinter berpuisi dan satu lagi. Korbannya banyak.

Dia dikenal sebagai buaya antar kampus, mangsanya bukan hanya di kampusnya tapi juga kampus-kampus tetangga. Dia pinter mengintip hati Perempuan, sehingga sepuluh menit saja Perempuan ngobrol dengan Revandi, maka Perempuan itu akan menceritakan semua masalah hidupnya. Memang jika Perempuan sudah menceritakan masalah hidupnya kepada laki-laki, maka artinya itu adalah lampu hijau untuk sang laki-laki. Sedikitnya 40 mahasiswi yang pernah boncengan dengan Revandi, itulah alasan kuat dia menjadi tersangka.

Tok tok tok. Pintu kos kamar Revandi diketuk, si penghuni langsung membukakan pintu.

“Mas Revandi, kami dari UKM Detektif. Kami minta Mas segera ke markas kami.” Ucap Dedi dengan gagah.

“Loh ada apa yah?” Rendi bingung mengucek mata

“Saudara harus ikut kami, ini mendesak.” Ucap Dedi

Tanpa diminta dua kali, Revandi mengikuti kumpulan UKM detektif kampus itu. Setibanya di markas UKM, Revandi langsung diinterogasi. Dia duduk di kursi dengan meja dan gelas berisi teh hangat di depannya.

“Kemarin ada kasus menggemparkan di kampus, ditemukan tiga kondom di ruang kelas. Saya rasa saudara sudah megetahui hal ini.” Tanpa basa-basi Dedi langsung menghujam pertanyaan. “Saya juga tahu, sebelum kejadian itu kelas saudara Revandi lah yang menggunakannya. Jadi langsung saja saya tanya, apakah kondom itu milik saudara Revandi?”

“Ahhh ngga tahu, bukan punyaku itu.” Revandi gelagepan menjawab pertanyaan itu.

“Saudara jangan bohong, reputasi saudara sudah sangat mentereng di kampus. Jika ada mahasiswi cantik di fakultas bahasa pasti dia pernah ngedate sama saudara, jika ada mahasiswi cantik dari fakultas ekonomi pasti pernah dibuat galau sama saudara, dan jika ada mahasiswi cantik dari kampus lain main ke fakultas bahasa, pasti itu cewe saudara Revandi.” Dengan tatapan sinis Nadya menghardik.

“Tapi sumpah, itu bukan punya saya. Pacar saya emang banyak tapi tidak pernah saya main begituan.” Revandi berbicara senemunya kalimat.

“Ahhh, akhirnya ngaku juga.” Teo ikut-ikutan. “Berarti benar kondom itu punya suadara Revandi. Sungguh bejat mahasiswa seperti suadara ini, bukannya serius belajar biar pintar malah sibuk memperbanyak pacar. Wajahnya aja yang kaya orang baik-baik, ternyata busuk benar perangai saudara.Bergeleng-gelenglah kepala Teo.

Revandi memang terkenal punya wajah khas, perpaduan pria kalem, manis dan terlihat pintar. Dia punya insting estetik yang kuat, apapun yang dia pakai terlihat cocok meskipun dia menggunakan pakaian yang jika dipakai orang lain justru terlihat seperti gelandangan. Sebagai anak Bahasa, tulisan-tulisan di social Revandi juga bagus, perpaduan romatis dan seksi. Tidak heran banyak mahasisi klepek-klepek dibuatnya.

“Tapi bener Mas, bukan aku yang punya kondom itu. Kalaupun itu punyaku ga mungkin kan aku tinggal di tempat yang bisa dilihat banyak orang. Sekarang Revandi sudah tenang.

“Baik. Sekarang bagaimana saudara bisa menaklukan cewe-cewe itu?” Tanya Dedi.

Teo dan Nadya saling tatap kaget, tidak percaya dengan apa yang disampaikan Dedi. Loh ko malah tanya kegitu, kenapa ni orang. Kira-kira itulah arti tatapan Teo dan Nadya.

“Kalo itu begini Mas, saya selalu membuat Perempuan terlihat Istimewa.” Revandi mulai menjelaskan. “Saya selalu memberikan perhatian terbaik yang bisa diterima oleh perempuan, selain itu saya selalu update tentang fashion dan kebiasaan Perempuan. Pada dasarnya kan Perempuan suka yang indah-indah, apalagi Perempuan suka gaya yang lagi ngetrand. Nah saya selalu observasi hal itu.”

Dedi takzim mendengarkan penjelasan dari Revandi, dia mengangguk. Selama ini aku salah berarti. Seperti itu maksud anggukan dari Dedi. Wajar, Dedi salah satu mahasiswa tampan di fakultas, tapi dia selalu gagal soal percintaan. Banyak mahasiswi yang menganggapnya freak.

“Saya juga sering menggombal, namun yang saya lakukan cukup berbeda dengan kebanyakan Perempuan. Saya sering menggunakan pengetahuan sastra saya untuk menciptakan gombalan-gombalan itu. Jadi saya ga sekedar bilang kamu cantik, tapi saya katakan. Romeo itu rela mati untuk Juliet karena dia ga hidup di jaman kamu hidup, kalo dia sejaman denganmu pasti Romeo akan berpaling padamu.

Semakin mengangguk serius Dedi dibuatnya. Caraku beneran salah. Arti anggukan itu

“Terus kenapa saudara bisa pacaran dengan banyak Perempuan sekaligus? Juga ngga ketahuan lagi.” kali ini Teo yang menyergah.

“Nah kalo itu karena aku laki-laki Mas, sudah bawaan kalo laki-laki suka berubah selera pilihan perempuannya. Ngga tau juga sebenarnya, setiap kali aku punya pacar, pasti pacar saya terlihat tidak menarik lagi di mata saya. Perempuan lain terlihat lebih cantik dari pacar saya.” Revandi memegang dagunya dan menyeringai pelan. “Kalo kenapa tidak ketahuan, karena saya memang sibuk Mas, banyak kegiatan. Nah kegiatan itu selalu aku jadikan alasan ke setiap Perempuan yang saya miliki. Jadi kalo ditanya kenapa malming ini kita ga keluar, aku selalu bilang lagi sibuk kegiatan, padahal aku lagi sama Perempuan lain. Aku juga sering nyetok foto buat pap ke gebetan saya, jaga-jaga aja siapa tahu dia minta pap. Jadi aku bisa kirim tuh foto-foto itu.

“Ooohhhhhh begitu.” Teo mengangguk seperti anak sekolah yang diterangkan guru.

“Eh bentar kenapa malah nanyain cara dapet cewe sih.” Nadya bersungut-sungut.”Kita itu mau cari siapa pemilik kondom misterius itu. Bukan malah kalian konsultasi.”

Teo dan Dedi celingukan.

“Saudara Revandi.” Nadya mengambil alih. “Jawab dengan jujur, rabu tanggal 11 kamu kemana? Ngapain aja? Dan kondom itu milik siapa?”

“Mba saya beneran ga tahu soal kondom itu, pas hari rabu setelah kuliah saya keluar sama pacar saya. Kita ngopi di daerah atas, ini ada bukti foto kita berdua. Revandi menunjukan foto selfie bersama pacarnya ke Nadya. Tertera rabu pukul 20.30 WIB.

“Saya ga mungkin pemilik kondom itu, lagian kampus kan tutup jam sembilan malam, ga mungkin kan saya bisa ke kampus dari tempat ngopi di daerah atas.”

“Oke kalo gitu, siapa yang kira-kira punya kondom itu?” Tanya Nadya.

“Saya ga tahu Mba.”

Ruangan UKM lengang, penjelasan dan bukti Revandi cukup menguatkan bahwa dia bukan pemilik kondom misterius. Nadya menatap ke Dedi dan Teo. Kayanya dia bukan pelaku kondom misterius. Maksud tatapan Nadya.

“Baiklah kalo gitu saudara bebas. Kami minta maaf atas kejadian ini saudara Revandi.” Ucap Nadya.

Revandi bukan pelaku kondom misterius, dia dibiarkan pulang.


Tersangka 2. M.Rizqun Toyiban. (Fanta)

“Oke berarti kita menuju tersangka kedua.” Dedi langsung mengintruksi tim detektifnya.

“Baik, tersangka kedua adalah M.Rizqun Toyiban atau lebih dikenal dengan Fanta.” Ucap Teo.

“Kenapa dia dipanggil Fanta?” Nadya bertanya.

“Baik, aku jelaskan. Dia dikenal Fanta karena menyukai sesuatu yang manis-manis, dari makanan dan minuman juga kriteria mahasiswi korbannya dan kebanyakan korbannya adalah adik tingkat. Mereka semua terjebak dengan perangai manis dari Fanta. Dedi menjelaskan.

“Oke kita langsung interogasi dia.” Nadya bergegas dari tempat duduknya dan diikuti yang lainnya.

“Oh ya Nadya, kamu berhati-hatilah berbicara dengan dia. Mungkin kamu akan terjebak perangkapnya, karena dari potonganmu jelas adalah kriteria buaya ini.” Ucap Dedi Ketika berjalan menuju pintu keluar.

“Sudah tahu.” Nadya tersungut-sungut.

Teo dan Dedi saling tatap, jawaban singkat Nadya menjadi misteri baru.

Mereka menemui Fanta di gedung kesenian lantai enam, Fanta adalah organisatoris. Jabatannya adalah ketua organisasi mahasiswa fakultas.

“Saudara Fanta.” Dedi menghampiri Fanta yang sedang duduk di kursi depan panggung persiapan acara. Yang dihampiri melengos.“kami dari UKM detektif, kami ada keperluan dengan saudara. Mohon bisa ikuti kami.”

“Ahh ya, sebentar.” Fanta beranjak dari tempat duduknya dan berbicara sebentar dengan wakilnya. Kamu handle dulu ya, aku ada urusan sebentar. Maksud dari percakapan mereka.

Sebagai organisatoris, Fanta adalah pribadi yang kooperatif. Dia paham betul jika ada anak organisasi yang mengajaknya berbincang artinya ada keperluan penting, meskipun yang datang dari UKM tidak jelas.

Mereka memasuki ruang UKM detektif, Fanta duduk disalah satu kursi dengan meja dan teh hangat di depannya.

“Kemarin ada kasus menggemparkan di kampus, ditemukan tiga kondom di ruang kelas. Saya rasa saudara sudah megetahui hal ini.” Tanpa basa-basi Dedi langsung menghujam pertanyaan. “Saya juga tahu, sebelum kejadian itu kelas saudara Fanta lah yang menggunakannya. Jadi langsung saja saya tanya, apakah kondom itu milik saudara Fanta?”

“saya tidak tahu kondom itu milik siapa, saya bukan pemiliknya.” Fanta menjawab pertanyaan dengan tenang, gayanya cukup berwibawa.

“Saudara ga usah berbohong, semua orang di fakultas ini sudah tahu kelakuan bejat saudara. Pemburu adik tingkat nomor satu dan penyumbang mahasiswi patah hati terbanyak di fakultas bahasa. Teo memburu Fanta.

“Tapi betul itu bukan punya saya, lagian ngapain juga bawa kondom ke kampus. Kaya ngga ada tempat lain aja.” Jawab Fanta dengan santai.

“Ohhh berarti emang saudara sering memakai kondom?” Nadya berseru galak.

“Itu jelas privasi yah, kalian ternyata ga punya etika. Emmm atau memang privasi orang adalah kajian yang menarik untuk kalian?” Fanta merespon dengan santai, kontrol dirinya sangat baik. Jelas alasan mengapa dia menjadi ketua organisasi.

Ruangan lengang sejenak, Nadya kehabisan kata-kata. Orang di depannya memang sangat berbahaya, sebentar saja berbicara dengannya sudah muncul sedikit kegamuan di hatinya.

“Baiklah, bagaimana saudara bisa mendapatkan banyak mahasiswi?” Dedi mengambil alih.

“Ahhh kalau itu mudah sekali.” Senyum sombong terukir di wajah Fanta. “Saya tidak tahu apa-apa tentang kondom itu, namun saya yakin saudara butuh pencerahan soal menaklukan hati perempuan. Jadi akan saya ceritakan sedikit cara saya menaklukan perempuan.

Dedi menelan ludah, orang di depannya memang sangat berbahaya. Sebentar berbicara dengannya, dia sudah mengetahui isi hati Dedi.

“Jadi begini.” Fanta membetulkan posisi duduknya, sekarang dia mantap berwibawa. “Perempuan adalah sosok yang selalu mencari keamanan. Mereka tidak sekedar mencari laki-laki tapi lebih dari itu mereka mencari perlindungan. Sosok yang dianggap bisa memberikan perlindungan pada perempuan adalah sosok yang punya banyak uang atau punya jabatan. Kedua hal ini sangat penting dimiliki laki-laki untuk bisa mendapatkan hati perempuan, kita bisa mendapatkan keduanya satau salah satunya saja.

“Hal ini saya terapkan setiap mendekati mahasiswi, entah mengapa mereka selalu menganggap jika ada mahasiswa yang menjadi ketua dari organisasi kampus adalah pria yang maco, dewasa dan bisa memberikan mereka perlindungan. Akhirnya setiap kali saya chat mereka, respon yang saya dapatkan selalu positif. Selain itu saya banyak membaca buku, bukan tujuan agar pintar, tapi agar saya mengetahui kata-kata yang intelektual. Itu akan sangat menarik di mata mahasiswi apalagi mahasiswi semester baru. Mereka masih buta akan segala hal tentang kampus, saya mudah memasuki celah-celah itu. Fanta menerangkan dengan penuh kepercayaan diri khas seorang revolusioner.

“Bejat betul saudara,di tiang bendera mana saudarmembenturkan kepala? Teganya menyakiti banyak mahasiswi.Tolong dirubah pola fikirnya” Nadya berucap dengan jengkel.

“Ehhh bentar, saya tidak ada niatan menyakiti mahasiswi. Itu..”

“Tidak ada niatan gimana, sudah jelas-jelas saudara melakukan aksi dalam keadaan sadar.. ” Nadya memotong kalimat Fanta dan menggebrak meja. Teo yang disampingnya menenangkannya dengan menaruk bahunya mundur.

Sebentar, saudari salah paham. Saya tidak tahu apa yang saudari maksud, tapi jika yang dimaksud adalah daftar mahasiswi yang batal saya pacari termasuk saudari. Itu adalah murni seleksi alam. Kalimat Fanta sukses membuat Teo dan Dedi terbelalak, misteri jawaban singkat Nadya secepat ini terungkap.

“Apa maksud mu seleksi alam hah?” Nadya melotot.

Yang dipelototi terlihat santai, control tubuhnya lagi-lagi teruji.

“Kan memilih pasangan adalah proses memilih siapa yang paling cocok dengan hati kita, selama belum disahkan maka saya sah-sah saja memilih mahasiswi mana yang akan saya pacari. Lagian salah mahasiswi juga, mereka kuliah harusnya untuk mencari ilmu pengetahuan. Malah kebanyakan sibuk ngumbar-ngumbar kecantikan. Yasudah itu adalah efek dari perilaku mereka.” Enteng betul jawaban buaya satu ini.

“Apanya yang belum sah, saudara ini meninggalkan saya setelah mengatakan bahwa saya adalah perempuan yang selama ini saudara cari. Bahkan saya diajak bertemu Ibu saudara, saya masih ingat kapan dan dimana saudara menyatakan perasaan. Tapi tiba-tiba saudara bilang Ibu saudara tidak setuju dengan saya karena perkejaan saya sebagai model. Pecah kemarahan Nadya.

Kondisi menjadi kacau, Teo sigap membawa Nadya keluar ruangan. Hal-hal sentimental hanya akan memperburuk suasana.

“Saya akan bertanya sekali lagi.” Sekarang tinggal Dedi dan Fanta berdua saling berhadapan.

“Pada hari rabu tanggal 11, saudara kemana setelah kuliah dan apakah saudara yakin bukan pemilik kondom misterius itu? ” Dedi bertanya dengan intonasi pelan, dia mencoba mengimbangi ketenangan Fanta.

“Beberapa minggu ini adalah jadwal yang sibuk, saya menyiapkan proker untuk fakultas, setelah kuliah malam pada hari rabu tanggal 11, saya mengadakan rapat bersama anggota-anggota saya di camp organisasi. Lihat saja postingan di akun organisasi saya, disitu tertera keterangan rapat pada hari rabu tanggal 11 lengkap dengan waktunya. Dan untuk kondom itu, saya beneran tidak tahu siapa pemiliknya, yang jelas bukan punya saya.”Ucap Fanta dengan tenang.

Setelah mengecek postingan di sorotan Instagram organisasi fakultas, Dedi akhirnya menyimpulkan bahwa Fanta bukanlah pemilik kondom misterius itu. Dia dibiarkan meninggalkan ruangan UKM Detektif.

Di luar ruangan Nadya sedang menangis, dan Fanta melewatinya begitu saja tanpa perasaan bersalah.


Tersangka 3. Dori Moh. Salim

Kondisi Nadya sudah membaik, kejadian tadi di ruang UKM memang sangat menyakitkan untuk mahasiswi seperti Nadya. Tiga detektif itu lalu sepakat untuk istirahat sejenak dan pergi ke burjo untuk menenangkan pikiran. Nasi goreng dan kopi happy day hangat bisa membuat perasaan nyaman. Pikir mereka.

“Baik, tersangka selanjutnya adalah Dori. Orang ini terlalu bahaya.” Dedi memulai pembincaraan di burjo.

“Iya betul, mungkin diantara para tersangka, sosok inilah yang paling mungkin pemilik kondom misterius itu.” Ari mendukung kalimat Dedi.

“Tapi bagiku, belum pernah ada mahasiswa yang lebih bejat dan berbahaya melebihi Fanta.” Ujar Nadya yang masih merah matang wajahnya.

“Percayalah Nad, kami tahu perasaanmu. Tapi ini dua kali lipatnya dari Fanta. Setidaknya berdasarkan fakta-fakta di lapangan. Kalo kamu tanyakan nama Dori pada mahasiswa Bahasa, maka semuanya akan langsung bergidik merinding dengarnya. Dialah sosok yang dijuluki Giacomo Cassanova dari tanah Jawa.” Ucap Dedi meyakinkan.

Tiga detektif itu melanjutkan makan mereka dengan membahas banyak hal, dari hal-hal nyeleneh hingga hal-hal serius seperti filsafat ke-Tuhanan dan kehidupan. Khas mahasiswa banget.

Setelah selesai mengisi raga dengan nasi goreng dan jiwa dengan kopi happy day hangat, ketiganya sepakat untuk melanjutkan penyelidikan mereka esok hari. Semoga esok hari akan lebih baik dari hari ini.

Matahari melesat ke angkasa, banyak mahasiswa yang mengucapkan selamat pagi untuk siang yang datang tergesa-gesa. Kota yang sibuk seolah-olah alergi dengan suhu dingin, sehingga panas menyengat siapa saja di bawahnya.

“Baik, sekarang kita jemput Dori dari kosnya.” Ucap Dedi yang sudah berkumpul bersama dengan dua anggotanya.

“Siap.” Ucap Nadya dan Teo bersamaan.

Mereka bergegas dengan energi full power menjembut Dori di kosnya.

“tok tok tok tok” pintu diketuk.

“Selamat siang Mas Dori, kami dari detektif kampus akan minta keterangan dari saudara. Silahkan ikut kami ke ruang UKM Detektif, dan sebaiknya jagan melawan karena kegiatan kami resmi. Ini surat tugas melaksanakan penyelidikan kami.” Ucap Dedi tegas di depan Dori yang baru saja membukakan pintu kamar kosnya.

Tanpa diintruksi dua kali, Dori mengikuti ketiga detektif itu secara kooperatif. Mereka kompak menuju UKM Detektif di kampus. Sesampainya di ruang UKM detektif, Dori langsung duduk di kursi dengan meja dan teh hangat di depannya.

“Kemarin ada kasus menggemparkan di kampus, ditemukan tiga kondom di ruang kelas. Saya rasa saudara sudah megetahui hal ini.” Tanpa basa-basi Dedi langsung menghujam pertanyaan. “Saya juga tahu, sebelum kejadian itu kelas saudara Dori lah yang menggunakannya. Jadi langsung saja saya tanya, apakah kondom itu milik saudara Dori?”

“Saya tidak tahu kondom itu milik siapa, yang jelas itu bukan punya saya.” Ucap Dori dengan gaya yang khas.

“Saudara tidak usah bohong, reputasi saudara loh sudah melalang buana di fakultas Bahasa. Siapa coba yang tidak tahu tentang Cassanova dari tanah jawa, atau si laba-laba mematikan dari fakultas Bahasa. Saudara selalu bisa menjebak mahasiswi mana saja, bahkan saudara bisa menjalin hubungan dengan banyak mahasiswi sekaligus. Benar-benar laba-laba bejat. Ucap Teo dengan sinis.

“Sebentar, kondom itu jelas tidak ada kaitannya dengan latar belakang saya. Hanya karena saya bisa menaklukan banyak mahasiswi bukan berarti saya harus punya kondom kan? Lagian banyak mahasiswi yang saya kenal, mereka tidak suka menggunakan kondom. Ucap Dori dengan parlentenya.

“Ohhh berarti saudara setiap main tidak pakai kondom?” Tanya galak Nadya, sebagai mahasiswi egonya tersenggol atas ucapan Dori.

“Saya tidak mengatakan demikian, saudari yang menyimpulkan. Walaupun benar pacar saya banyak tapi sekalipun saya tidak pernah berhubungan seksual dengan salah satunya.” Anak muda dengan pengalaman veteran memang bukan kaleng-kaleng mentalnya.

Nadya tersungut-sungut hamper saja dia membalikan meja di depannya, namun buru-buru ditenangkan Teo.

“Baik saudara, pertanyaan berikutnya. Bagaimana cara saudara menjebak banyak mahasiswi?” Dedi mengambil alih interogasi.

“Ahhh itu mudah sekali saudara Dedi.” Gaya parlente yang khas memenuhi ruangan UKM Detektif.

“Saya adalah pembicara yang baik, saya bisa menyentuh sisi sentimentil mahasiswi dengan kata-kata saya. Saya selalu percaya, Ketika seorang Perempuan sudah menceritakan tentang kehidupannya, masa lalunya, masalah-masalah yang dihadapinya serta hal-hal sepele seperti hari ini sedang jengkel sama siapa, kepada kita maka artinya Perempuan itu sedang dalam kondisi nyaman dengan kita. Itulah cara yang saya lakukan untuk menaklukan banyak mahasiswi. saya selalu menunjukan bahwa saya adalah pribadi yang berempati tinggi dengan kalimat-kalimat halus yang nyaman mereka dengar.

“Tapi dalam data yang saya temukan, saudara pernah punya pacar lima sekaligus. Bagaimana itu bisa terjadi dan mengapa tidak ketahuan?” Tanya Dedi lebih lanjut.

“Kalo itu malah lebih gampang.” Dori menjentikan jari dan senyum parlentenya Kembali terukir di wajahnya.

“Pada dasarnya saya berhasil membangun branding yang kuat sebagai laki-laki baik yang penuh perhatian, sehingga semua mahasiswi yang menjadi pacar saya percaya dengan branding tersebut. Pikiran tentang kemungkinan saya selingkuh, sejak awal sudah mental dari benak para mahasiswi. Sehingga sisanya, saya tingga bersikap biasa saja dan apa adanya.”Setelah menyelesaikan kalimatnya, Dori menyeruput teh hangat di depannya.

Dedi dan Teo merasa mendapatkan pencerahan dari sosok di depan mereka, entah mengapa mereka seolah diarahkan untuk tidak boleh membenci sosok di depan mereka. Nadya yang awalnya merasa sebal dan kadung bersungut-sungut pun merasa sosok di depannya adalah orang yang bijak.

Tiga detektif itu bertatap-tatapan. Dari semua tersangka, sejauh ini dialah yang paling berbahaya. Reputasinya ternyata bukan isapan jempol belaka. Kira-kira demikian arti dari tatapan tiga detektif itu.

“Baik, pertanyaan terakhir. Rabu tanggal 11 malam, adalah jadwal kuliah kelas saudara. Bisa saudara beritahu kami, setelah kuliah saudara kemana? Tanya Dedi setelah membetulkan sikap duduknya.

“Oh kalo itu saya langsung pulang ke kos, saya ada rapat bersama tim tour gate kampus untuk kegiatan wira wisata ke pulau dewata. Jadi saya mempersiapkan diri untuk berangkat lagi ke Gedung kampus sebelah. Silahkan bisa dicek di story Instagram tour gate kampus, disitu ada postingan saya yang memimpin yel-yel tour gate. Ucap Dori, lagi-lagi gaya parlentenya sangat khas.

Setelah mengecek postingan story di akun Instagram tour gate kampus, tiga detektif itu menyimpulkan bahwa Dori bukanlah pelaku dari kondom misterius di kampus itu. Dia dibiarkan pulang.


Tersangka 4. Dafid Hamdala.

“Semoga yang kali ini tidak salah yah.” Ucap Dedi setelah melihat berkas tersangka terakhir. Ketiga detetif itu sedang membereskan berkas yang sudah tidak diperlukan, mereka mencoret tiga berkas dari ketiga tersangka sebelumnya.

“Baik, kita berangkat sekarang Dedi?” Tanya Nadya yang sudah beranjak berdiri.

“Oke.” Dedi berdiri dan menepuk-nepuk kemejanya disusul oleh Teo.

Tiga detektif itu melesat menuju ke kos tersangka terakhir dari daftar yang mereka kumpulkan. Tersangka ini adalah yang paling unik dari semua tersangka yang ada. Yang akan mereka temui adalah pribadi yang dikenal sebagai the real crocodile. Kamu tahu karakteristik buaya ketika mencari mangsa? Mereka akan tenang, sabar dan bergerak perlahan. Mangsa-mangsanya akan menganggap kehadiran buaya sebagai sesuatu yang tidak berbahaya, misalnya banyak para mangsa yang melihat buaya di sungai atau muara sebagai dahan kayu biasa, mereka asik minum dan beraktivitas di sekitar buaya. Namun tanpa disadari secepat kilat, leher mereka sudah dicengkeram rahang buaya dan jika itu sudah terjadi habislah dia. Tidak mungkin dia selamat.

Sosok seperti itulah yang akan ditemui oleh ketiga Detektif kampus, sosok yang terlihat sangat-sangat kalem, soft boy, family man, nice guy dan pujian-pujian baik lainnya. Namun dibelakang sifat itu, tersembunyi kepribadian monster yang menjadi mimpi buruk bagi para mahasiswi. Sosok mengerikan itu bernama Dafid Hamdala.

“Tok tot tok” Pintu diketuk.

“Selamat sore Mas Dafid, kami dari detektif kampus akan minta keterangan dari saudara. Silahkan ikut kami ke ruang UKM Detektif, dan sebaiknya jagan melawan karena kegiatan kami resmi. Ini surat tugas melaksanakan penyelidikan kami.” Ucap Dedi tegas di depan Dafid yang baru saja membukakan pintu kamar kosnya.

Tanpa diintruksi dua kali, Dafid mengikuti tida detektif itu menuju UKM Detektif di kampus. Sesampainya di ruang UKM detektif, Dafid langsung duduk di kursi dengan meja dan teh hangat di depannya.

“Kemarin ada kasus menggemparkan di kampus, ditemukan tiga kondom di ruang kelas. Saya rasa saudara sudah megetahui hal ini.” Tanpa basa-basi Dedi langsung menghujam pertanyaan. “Saya juga tahu, sebelum kejadian itu kelas saudara Dafid lah yang menggunakannya. Jadi langsung saja saya tanya, apakah kondom itu milik saudara Dafid?”

“Saya tidak tahu kondom itu punya siapa, dan selama ini saya tidak pernah membawa kondom ke kampus.” Ucap Dafid dengan lembut. Benar-benar soft spoken.

“Saudara tidak usah berbohong, mungkin mahasiswi di luar sana percaya bahwa saudara adalah mahasiswa yang alim. Tapi tidak dengan kami, kami kenal betul saudara seperti apa. Jika saudara lahir di Amerika, sudah jelas saudara akan menjadi saingat berat Hugh Hefner. Ucap Nadya dengan tegas.

“Sebentar kenapa saya dipojokan seperti ini, bukankah tugas kalian menggali informasi. Bukan memaksa seseorang mengakui apa yang dituduhkan padanya?” Terang Dafid dengan bahasa yang lembut.

Tiga detektif itu menghela nafas panjang.

“Baiklah bisa saudara ceritakan, tentang pengalaman saudara dengan para mahasiswi?” Tanya Dedi dengan Bahasa yang tenang.

“Saya tidak tahu arah pembicaraan ini kemana, namun baiklah akan saya ceritakan sedikit pengalaman saya.” Ucap Dafid.

“Selama kuliah, setidaknya saya sudah mempunyai 15 pasangan. Ada yang saya pacari secara solo ada yang duo dan trio. Saya melakukan banyak hal dengan para mahasiswi itu.Terang Dafid.

“Baik, lumayan banyak yah. Bagaimana para mahasiswi itu bisa jatuh ke pelukan saudara?” Dedi melanjutkan pertanyaan.

“Oh itu mudah sekali.” Dafid membetulkan posisi duduknya.

Dalam menaklukan mahasiswi, saya selalu memenuhi ego mereka. Percayalah mahasiswi sekarang menyukai laki-laki yang menurut ke mereka. Jadi saya selalu mendisiplinkan diri untuk manut kepada mahasiswi-mahasiswi itu. Tentu saja terlihat seperti tidak punya harga diri, namun itulah uniknya cinta. Selama Perempuan suka melakukan hal itu, mereka tidak terlalu peduli dengan persona kita. Akhirnya mahasiswi-mahasiswi itu akan terlalu bergantung kepada saya, dan akhirnya saya bisa leluasa melakukan apa saja saat bersama mereka atau di belakang mereka. Terang Dafid.

“Melakukan apa saja saat bersama mereka?” Tanya Teo dengan kaget.

“Yap apa saja. Tidak perlu saja jelaskan yah. Kalian sudah tahu.” Jawab Dafid dengan singkat.

“Berarti kalo begitu, bener dong kondom misterius itu milik saudara Dafid?” Nadya menyerobot pertanyaan.

“Oh kalo itu bukan punya saya. Saya bisa buktikan hal itu.” Dafid merogoh gawai di sakunya. Dia memperlihatkan sebuah foto di gawai itu dengan keterangan dan jam.

Ketiga detektif itu kaget dan tidak percaya dengan apa yang diperlihatkan Dafid di layer gawai miliknya. Mereka geleng-geleng dan shock, otak mereka beku. Ruangan UKM lengang sejenak, Dafid menyeruput teh hangat di depannya.

Tanpa berdiskusi, tiga detektif itu langsung menyipulkan bahwa Dafid bukanlah pemilik kondom misterius itu. Dafid dibiarkan untuk pulang.

Setelah Dafid meninggalkan ruangan UKM, tiga detektif itu menjatuhkan diri ke kursi interogasi. Mereka masih shock dan tidak percaya dengan apa yang mereka lihat di layer gawai Dafid.

Lima belas menit berlalu.

“Baiklah, sepertinya kita gagal menemukan siapa tersangka kondom misterius.” Dedi tertunduk lesu di kursinya.

Tidak ada yang menanggapi kalimat Dedi, semuanya sama kecewa degan diri masing-masing. Mereka menganggap sudah gagal menjalan kepercayaan fakultas pada mereka.

Ruangan lengang total. Tiba-tiba Teo berdiri berkacak pinggang.

“Kalo Buaya Fakultas bukan pelakunya. Pasti pelaku kondom itu adalah Buaya Universitas. Dari pada kita menyesali penyelidikan kita, lebih baik kita mulai dari awal lagi. Kita buru Buaya Universitas. Aku yakin mereka salah satu pelaku di balik misteri kondom kampus.” Ucap Teo dengan heroik.

Sinar harapan menerangi wajah Dedi dan Nadya, mereka bangkit dari tempat duduk mereka dan kini dengan semangat baru.

Selanjutnya kita buru Buaya Universitas.

TAMAT

KataCyber adalah media siber yang menyediakan informasi terpercaya, aktual, dan akurat. Dikelola dengan baik demi tercapainya nilai-nilai jurnalistik murni. Ikuti Sosial Media Kami untuk berinteraksi