Oleh: Deri Irawan, S.IP
Aktivis Anti Money Politic
Pilkada sudah didepan mata, berbagai cara dilakukan baik terselubung maupun terbuka. Pasangan calon dan tim pemenangan, sibuk mempersiapkan amunisi dan mobilisasi massa dalam strategi akar rumput, bahkan menyentuh lapisan bakteri kalau bisa. Bak kalap mata, oknum-oknum pemuda dan mahasiswa pun turut berperan didalamnya dengan cara deklarasi dukungan dan pernyataan sikap yang tidak membawa kepentingan masyarakat umum dan kemaslahatan ummat. Izinkan penulis untuk memberikan sebuah gambaran tentang buruknya politik salah kaprah, yang menjadikan pemuda dan mahasiswa salah arah.
Pemuda adalah Agent Of Control pelayanan publik serta Mahasiswa adalah Agent Of Changes membawa kesadaran dan pendidikan. Kata Soekarno, “Berikan aku 10 pemuda, makakan kuguncang dunia”, sementara “Sumpah Mahasiswa Indonesia” dan “Tri Dharma Perguruan Tinggi”, adalah dasar pokok fikiran jiwa dan rasa mahasiswa dalam menjaga integritas dan komitmen, bahwa perubahan dan kesejahteraan akan dapat dicapai apabila fungsi controlling dapat berjalan dengan baik, tidak mudah termakan hasutan, berprinsip, serta mempunyai pendirian yang kuat dan kokoh.
Namun pada kenyataannya, deklarasi dukungan dan pernyataan sikap yang dilakukan oleh “oknum pemuda dan mahasiswa” semata hanya kepentingan pribadi dan kelompok. Penulis tidak dapat merumuskan apa sebenarnya yang ada difikiran oknum pemuda dan mahasiswa yang hari ini deklarasi memberikan dukungan kepada paslon tertentu.
Bukankah hal ini sudah dapat dibaca bahwa pergerakan mereka hanyalah pergerakan kepentingan? Penulis meyakini, bahwa sebenarnya dan sepatutnya, pemuda dan mahasiswa tidak perlu menyatakan sikap mendukung pasangan calon tertentu, tetapi kepentingan pemuda dan mahasiswa harusnya lebih besar daripada itu. Poin yang mereka bawa, sebenarnya dan sepatutnya adalah tanggungjawab bersama yang harus dibawa pada Bupati terpilih, bukan pada pasangan calon tertentu.
Jika pemuda dan mahasiswa hari ini terlalu cepat memberikan deklarasi dukungan terhadap paslon tertentu, artinya poin aspirasi yang dibawa hanya sebatas pada paslon itu saja, tidak berlaku pada paslon lainnya. Hasilnya, terjadi kesalahfahaman berfikir yang hari ini terjadi dikalangan pemuda dan mahasiswa. Bayangkan, jika deklarasi dukungan terhadap paslon tertentu dan aspirasi sudah diberikan dan ditandatangani oleh paslon dengan syarat, namun nyatanya ia kalah dalam kontestasi.
Siapa yang bertanggungjawab terjadap aspirasi yang putus ditengah jalan itu? Oknum pemuda dan mahasiswa yang telah gagal tersebut, sudah pasti tidak akan membawa aspirasi yang telah gagal tersebut ke bupati terpilih, sebab mereka telah diklaim sebagai pihak yang kalah. Ini adalah situasi yang sangat politis yang harus kita fahami bersama.
Pertanyaannya, kenapa hal ini bisa terjadi?
Penulis akan memberikan sebuah gambaran kenapa hal ini bisa terjadi dengan begitu mudah. Sebab, politik praktis yang terjadi dan produk-produk pendukungnya, tidak lagi mempunyai batasan-batasan dalam berkehidupan dan berperadaban, Nilai-nilai luhur baik secara agamis maupun nasionalis, tidak lagi dipedulikan, bahkan dianggap suatu hal yang tabu untuk dilakukan.
Justru hari ini begitu sangat mengerikan, betapa sulit seseorang yang mempunyai ide dan gagasan pembangunan, namun terhalang sebab tak punya uang. Lihat, bagaimana money politic menghancurkan generasi dari masa ke masa, serta menghambat proses pembangunan daerah. Hilangnya nilai-nilai agamis maupun nasionalis ditengah-tengah kita, memberikan efek buruk terhadap perkembangan generasi dari masa ke masa, sehingga terjadi salah persepsi, politik salah kaprah, pemuda dan mahasiswa salah arah. Mereka yang melampaui batas, akan terkena imbas.
Lihat, bagaimana para elit bedebah menjalankan misi busuknya, mempertontonkan kebodohan dan kemunafikan, serta tidak memberikan contoh bagaimana politik yang baik dan benar dapat dilakukan sehingga bisa dilanjutkan oleh generasi berikutnya. Politik adu domba serta klaim massa, adalah salah satu strategi pemecah yang selalu dilakukan, setiap pesta demokrasi berlangsung. Politik carut marut, saling menjatuhkan, sikut menyikut, saling menjelekkan, bahkan hal itu sudah terjadi sampai ke lapisan terbawah, bukan hanya kaum terdidik, tetapi juga kaum awam.
Penulis melihat dari sudut pandang berbeda, bahwa kepentingan politik harus dibawa bersama melalui musyawarah dan mufakat serta niat baik dan tulus demi kemajuan daerah, bukan melalui deklarasi dukungan kepada pasangan calon tertentu, tetapi aspirasi yang dipersiapkan dan ditujukan kepada Bupati terpilih dan kita semua bertanggungjawab untuk mengawal proses implementasinya. Jadilah pemuda dan mahasiswa yang berintegritas, bergerak atas kepentingan masyarakat umum dan kemaslahatan ummat, serta menolak Money Politic.
Leave a Review