Oleh : Danu Abian Latif
Founder Sekolah Kita Menulis (SKM) Cabang Langsa
2024 merupakan tahun politik yang sangat intens karena ditahun ini pemilihan umum (pemilu) akan diselenggarakan dalam rangka regenerasi pemimpin, baik itu ditingkatan legislatif maupun ditingkat eksekutif. Perhelatan hajatan politik 5 tahunan ini mulai terasa atmosfer kontestasi politik dari Sabang hingga Merauke Indonesia, tidak berlebihan jika kita menamai tahun ini sebagai tahun politik.
Tahun politik ini diwarnai dengan banyaknya warna-warni spanduk yang membentang di jalanan sudut kota dan dipenjuru pelosok desa. Beragam kandidat berlatar belakangkan berbagai partai mengkampanyekan dirinya dengan memanfaatkan baliho dan spanduk berisikan foto diri dan nomor urutnya guna membranding dirinya laku di masyarakat.
Naluri para kontestasi politik untuk merebut kursi kekuasaan memang tidak dapat dihindari. Karena kursi kekuasaan saat ini dapat diumpamakan seperti baju ukuran ALL SIZE tidak peduli dengan kemampuan dan isi kepalanya semua boleh memakainya, karena hal tersebut dilatarbelakangi suara terbanyak adalah pemenangnya.
Mau bagaimanapun memilih dan dipilih merupakan bagian dari demokrasi, demokrasi hari ini merupakan sudah kehendak zaman. Walaupun bungkus yang dipakai demokrasi tapi praktek dilapangan tidak dapat dipungkiri dapat terjadi black politic terjadi, semua dapat dilakukan demi kursi kekuasaan.
Seharusnya demokrasi hadir sebagai cahaya dalam penerang ditengah lembah yang gelap. Dapat di artikan seharusnya demokrasi harus datang didasari melalui kehendak rakyat, baik dalam mengatur sistem tata pemerintahan dan membuat kebijakan-kebijakan publik, maka dalam hal tersebut rakyat harus menjadi pemegang kendali tertinggi.
Dalam kehendak demokrasi jelas mengamanatkan kepada seluruh pemerintah Indonesia baik disektor eksekutif, legislatif dan yudikatif untuk menjalankan pemerintahan dengan sistem terbuka dengan melibatkan rakyat didalamnya sehingga diharapkan rakyat dapat mengontrol jalannya negara.
Nasib Rakyat Perjudian Pemilu
Pemilihan umum (pemilu) yang diadakan 5 tahun sekali ini menjadi arena terbesar perjudian nasib rakyat, layaknya sebuah perjudian rakyat menebak masa depan lalu memiliki harapan melalui orang yang ia pilih, untuk merubah nasib mereka kedepannya tapi tidak ada jaminan mereka akan mendapatkan apa yang mereka inginkan, maka pemilu ini pantas untuk dijuluki sebagai arena perjudian nasib rakyat.
Untung atau malah rugi segalanya bisa saja ditaruhkan oleh hasil pemilu kali ini, nasib rakyat dipertaruhkan oleh selembar kertas suara yang akan kita coblos nantinya, perjudian yang akan dilakukan 1 hari menentukan nasib rakyat 5 tahun kedepannya, nasib rakyat sedang dijudikan diatas kertas suara.
Akankah suara yang akan rakyat coblos pada 1 hari pemilihan umum nanti (pemilu) akan merubah nasib kehidupan mereka lebih sejahtera atau malah sebaliknya, semua tergantung dari pemimpin yang terpilih nantinya, karena darinya lah pemegang kekuasaan yang menentukan nasib rakyat kedepanya akan menjadi seperti apa.
Akankah pemilu selalu menjadi ajang menebak nasib masa depan nasib rakyat akan menjadi seperti apa, lalu hal tersebut terus berulang kembali selama lima tahun kemudian dan terus menerus terjadi, pemilu seharusnya menjadi harapan rakyat akan kehidupan yang mereka dapatkan kedepannya dapat lebih baik lagi, bukan selalu terjebak dengan janji manis pemimpin dan terabaikan haknya ketika ia memimpin.
Kondisi rakyat yang terus menerus termarjinalkan, rakyat yang seharusnya menjadi tuan di negerinya sendiri dalam konteks demokrasi, justru diperlakukan sebagai orang asing di tanahnya sendiri sehingga perlakuan tumpang tindih hukum, digusur dari tanah tempat ia tinggal bahkan terus dikebiri segala hak-halnya.
Pantas apabila pemilu adalah arena besar perjudian nasib rakyat, karena rakyat terus kalah menjudikan nasibnya dari pemimpin yang ia pilih atas selembar kertas itu, momok yang sangat menakutkan ini apakah akan terus terjadi, apakah ini akan menjadi budaya dan hal yang akan terawat disetiap hajatan pemilu 5 tahunan sekali ini?.
Rakyat Harus Selektif dan Bangkit
Rakyat dituntut harus cerdas dalam menanggapi politik di tanah air ini, partisipasi rakyat sangat penting dalam pemilu di negara demokrasi. Setidaknya rakyat dalam pemilihan umum (pemilu) harus cerdas untuk memilih figur pemimpin kedepannya, memilih secara cerdas berarti mempertimbangkan figur pemimpin secara objektif dan kualitatif maksudnya mengedepankan rasionalitas harus benar-benar mempertimbangkan konsekuensi dari pilihannya.
Rakyat yang cerdas akan menentukan pilihannya setelah menelusuri rekam jejak figur pemimpi yang akan ia pilih,melihat dari segi integritas, kapasitas dan pencapaian figur pemimpin tersebut, disisi lain kita harus menilai apakah ia sidiq (benar), amanah (terpercaya), tabligh (komunikatif) dan Fathonah (cerdas) Islam mengajarkan keritikan tersebut harus di miliki bagi seorang pemimpin Sehingga dari tolak ukur tersebut kita dapat membandingkan apakah figur pemimpin tersebut layak atau tidak mengemban amanah yang kita percayakan.
Kriteria-kriteria tersebut diperlukan sebagai pedoman untuk menentukan figur pemimpin yang mana nantinya untuk pilih, karena rakyat harus cerdas dalam memilih kita jangan tertipu lagi dengan gimic kita harus melihat dari kualitas dari personalnya, sudah jelas gimic hanya kamuflase ditataran permukaan, tapi kalau kualitas sudah teruji secara kalkulasi dan tindakannya, terbukti dengan karya-karya hasil perjuangan yang tidak hadir secara kebetulan.
Setelah kita selektif dalam memilih figur pemimpin setelah menelusuri rekam jejaknya dan membandingkan apakah kriteria-kriteria ada di diri sosok tersebut, langkah selanjutnya adalah kepercayaan, seberapa besar kepercayaan tersebut diberikan kepada pemimpin yang akan dipilih akan menentukan nasib rakyat tersebut 5 tahun kedepannya.
Satu hal yang pasti perlu diingat kepercayaan yang kita beri kepada figur pemimpin didasari oleh rasionalitas yang tajam dan terukur, karena kalau tidak menggunakan hal tersebut kita akan memilih pemimpin yang buta, jangan sampai kita tidak mengenal orang seperti apa yang nantinya akan memimpin kita.
Sehingga tolak ukur selektif dan rasionalitas dapat memberikan kunci kepercayaan kuat pada diri kita, lalu juga percaya kepada pemimpin yang akan kita pilih nantinya. Kalau kepercayaan itu ada dan kita tahu pasti orang seperti apa yang akan memimpin kita sebagai perwakilan tangan kita, kita tidak perlu lagi menjudikan nasib kita 5 tahun kedepannya.
Diharapkan kita semua menjadi rakyat yang cerdas dalam memilih, dengan demikian diharapkan kita dapat keluar dari arena judi nasib rakyat terbesar ini yaitu pemilu, ketika kita sudah mengenal sosok orang seperti apa yang akan memimpin kita, lalu memberikan kepercayaan yakin dan percaya nasib kita secara 5 tahun kedepannya sesuai dengan apa yang kita inginkan dan kita harapkan.
Leave a Review