Menikah Sekarang Menakutkan

Oleh : Eno Malaka

“Laki-laki pezina tidak boleh menikah kecuali dengan perempuan pezina atau perempuan musrik dan perempuan pezina tidak boleh menikah kecuali dengan laki-laki pezina atau laki-laki musrik. (QS. An-Nur : 3)”

“Wah gila enak banget pacar gua.” Rendi berbicara setelah menyeruput kopinya, dilanjut dengan mencet-mencet layer gawainya yang sedang dalam posisi miring. Malam senin yang cukup ramai di café terkenal di kota Semarang, tempat mahasiswa banyak berkumpul untuk mengerjakan tugas perkuliahan.

“Wihh ngeri, sama yang mana Ren?” Tanya Risky yang juga sedang mencet-mencet layer gawainya, dia sedang santai mengambil buff biru miliknya. “Lucia” jawab Rendi singkat.

“Cek rumput Ren, Khufra ga kelihatan.” Ujar Ninda yang duduk di samping Risky. “Oke, bentar.”

Tepat saat Rendi ngecek rumput tiba-tiba Ling musuh datang menyerang cring cring cring Ulti Ling berhasil mengagetkan mereka, disusul dengan skill satu Khfra dan Ultinya ditambah dengan Claude yang juga tiba-tiba langsung Ulti. Double Kill untuk Ling musush.

“Alaahhh, Tigreal nooob” Ninda mengeluh dengan mengendurkan badannya sambil mendorong gawainya. “Lah elu sih, pake Lesley ga jelas. Ngapain Lesley kalah lane sama Claude.” Rendi sama ngeluhnya dengan Ninda.

“Yud bantuin, ini lord nya darahnya udah tipis.” Seru Risky yang setelah mengambil buff biru langsung melaju ke Lord. “Oke otw.” Seru Yudi. Darah lord sudah sangat sedikit, tinggal mencet retri harusnya lord sudah bisa menjadi milik Risky. Namun naas Ruby musuh yang sudah full item damage datang dengan ulti dan fliker membuat Risky tertarik cukup jauh, Ruby menyusul dengan skill 2 yang membuat Risky terhenti dan susul Ulti Nana. Risky mati dan Lord Has been slain untuk tim musuh.

Sekarang tinggal Yudi yang harus berjuang menahan lord dan lima musuh, sementara Andri masih AFK. Karena dalam posisi late game, Yudi yang menggunakan Lapu-lapu tidak bisa menahan gempuran musuh. Defeat terdengar dari semua layer gawai, kecuali gawainya Andri yang masih digunakan untuk menelfon pacarnya.

“Hallah Anjing.” Seru Rendi yang kesal, dia melempar gawainya ke atas meja dan Kembali merah kopinya. “Elu si Ren, ga back up gua.” Ujar Ninda yang sudah menggengam gelas minumannya. Dia minum es matcha dengan perasaan sedikit jengkel.

“Ituloh salahin Andri, udah late game malah AFK.” Protes Rendi sambil mengelap bibirnya.

“Udah-udah ga papa.” Risky coba menenangkan.

Andri yang sudah selesei telfonan datang menghampir meja teman-temannya, wajahnya terlihat ditekuk dengan ekspresi kesal yang pertanda dia baru saja dapat kabar buruk.

“Kenapa lu Ren?” Tanya Yudi setelah Andri duduk di sampingnya.

“Pacar gua minta putus.” Keluh Andri sambil mengelap keningnya dan meraih gelas es kopinya.

Setelah lose streak empat kali, lima sahabat itu mengemas laptop dan buku catatan mereka. Lima sahabat itu gagal menenangkan diri. Dipiran mereka 40 menit sress karena mengerjakan UTS, harusnya bisa disembuhkan dengan mabar. Tapi mereka malah kedatangan stress karena kalah berkali-kali.

“Diputusin Sinta?” Tanya Ninda. “Iya.” Jawab Andri dengan singkat.

“Ko bisa diputusin.” Rendi ikutan kepo.

“Aku ketahuan cek-in sama adik tingkat.” Bertambah kelesuan di wajah Andri.

Rendi, Yudi, dan Ninda tertawa melihat sahabatnya yang habis kena musibah itu, entahlah mengapa hal ini seperti musibah dikalangan mereka. Cuma Risky yang tidak tertawa mendengar kabar yang diutarakan oleh Andri.

“Kayane kamu harus belajar dari Rendi, dia ga pernah ketahuan cek-in sana-sini sama siapa aja.” Ujar Ninda yang masih setengah tertawa.

“Wihhh, iya dongggg.” Rendi berbicara bangga dengan membusungkan dadanya.

Risky masih terdiam sambil mendengarkan pembicaraan mereka.

“Yuadah kamu jadian aja sama adik Tingkat itu.” Yudi mengusulkan ide, dia kelihatan simpatik dengan kondisi temannya itu.

“Masalahnya, Sinta lebih enak dari adik tingkat itu. Goyangannya kaku, ga bisa ngemut, desahannya juga wagu. Beda sama Sinta yang hyper-pro banget.” Rendi menjelaskan setelah mengacak-acak rambutnya.

Risky masih saja diam mendengarkan obrolan empat temannya itu.

“Hallah udah, cewe hyper itu banyak. Pacar baruku si Lucia juga hyper, kita seminggu jadian dia langsung ngajak cek-in.” Rendi mengipaskan telapak tangan kanannya, ikut mencoba menenangkan Andri.

“Mending kamu sering ajak adik tingkat itu cek-in, lama-lama juga dia hyper. Kaya gua pertama kali juga kaku, sekarang aku bisa banyak gaya. Pacarku sampai seminggu dua kali ngajak cek-in sekarang.” Ninda ikut memberikan saran pada Andri.

Risky masih menyimak dengan diam obrolan empat temannya itu, sesekali dia melihat layer gawainya menaik turunkan daftar pilihan video di aplikasi youtube.

“Lucia, kemarin beuuuhhhh. Gaya nunggingnya enak banget. Body atas sama bawahnya besar sama kencel banget. Puas aku pegangannya.” Ujar Rendi memamerkan pacarnya dengan ekspresi menutup matanya, memiringkan ke kiri wajahnya dan mengencangkan otot di wajahnya.

Obrolan kelima sahabat itu, lebih tepatnya hanya empat yang ngobrol terhenti karena kedatangan pegawai caffe. “Maaf, Mas-Mba. Kami sudah mau tutup.” Ujar pegawai tersebut dengan sopan. “Oh ya Mba. Terima kasih, sudah diingatkan.” Ujar Ninda yang tidak kalah sopan dengan pegawai caffe itu.

Kelima sahabat itu yang sudah selesai mengemas barang-barangnya kecuali Andri, segera bersiap-siap untuk meninggalkan Caffe itu. Risky melihat ke arah jam tangan digitalnya yang menunjukan waktu 00.00 WIB. Setelah Andri selesai berkemas, kelima sahabat itu pergi meninggalkan caffe tempat mereka nongkrong.

“Ky, aku pulangnya nebeng kamu ya. Kalo nebeng Yudi lagi kejauhan dia, kasian. Kalo sama kamu kan kos kita searah.” Ujar Ninda setelah mengambi helm di motor Yudi. “Oke Nin, aman.” Jawab Risky dengan singkat.

Mereka berlima saling berpamitan dan meninggalkan caffe tempat mereka nongkrong. Sepanjang perjalanan, Risky tidak banyak berbicara. Berbeda dengan Ninda.

“Ky, aku toh belum pernah lihat pacarmu ya?” Setelah delapan menit tanpa obrolan Ninda memulai percakapan.

“Aku ga punya pacar Nin.” Jawab Risky dengan singkat.

Ninda bergerak maju, sekarang tubuh bagian depan Ninda menempel dengan punggung Risky. Tidak ada pembatas diantara mereka, karena tas Risky ditauh di bagian depan jok motor varionya.

“Hallah masa sihhh.” Ucap Ninda dengan suara yang seperti ceria, terkesan meledek tidak percaya.

“Bener Nin, aku ga tertarik pacaran.” Risky masih menjawab dengan singkat.

Kali ini Ninda mengalungkan tangannya di perta Risky, dengan dagu yang ditempelkan di bahu Risky sebelah kiri. Risky cukup kaget dengan apa yang terjadi, dua benda besar kenyal menempel di punggungnya. Tapi Risky diam saja.

“kamu ga kesepian po? Pacaran itu enak tau bikin semangat.” Ujar Ninda sambil meletakan bibir ke bahu Risky, lebih seperti Ninda sedang mencium bahu Risky.

“Nin, bisa munduran dikit ngga. Ga bisa nafas aku.” Risky yang mulai risih, mencoba membuat alasan agar Ninda melepaskan tangan dan bahunya. Namun Ninda tidak merespon permintaan Risky.

“Aku tuh lagi galau Ky.” Ninda yang masih dalam posisinya mencoba curcol ke Risky.

“Galau kenapa Nin?” Risky menjawab dengan mengarahkan wajahnya ke samping kiri, tempat wajah, dagu, dan bibir Ninda berada.

“Udah semingguan ini pacarku ga nemuin aku.” Ninda memulai curhatnya.

“Kan emang pacarmu lagi sibuk KKN. Tempatnya juga jauh kan dari Semarang.” Jawab Risky.

“Iya tapi aku udah ga tahan.” Ninda merajuk manja di atas motor, dengan masih mempertahankan posisi yang sama namun sekarang dia menggoyangkan tubuhnya ke kanan dan kiri dengan pelan.

Udara semakin dingin, jarak ke kos Ninda masih sekitar 30 menit. Memang kelima sahabat ini suka mencari tempat nongkrong yang rada jauh dari kota. Pemandangan city light dan udara dingin menjadi alasan mereka mencari tempat nongkrong yang jauh.

“Ngga taha napa Nin?” Tanya Risky yang penasaran.

“Apalagi. Cek-in lah.” Jawab Ninda yang sekarang memasang wajah cemberut.

Risky kaget dengan jawaban Ninda, memang Risky sudah tau kebiasaan Ninda juga sedikit banyak dengar cerita tentang kenalakan Ninda. Risky cukup mengabaikan kabar-kabar tentang Ninda, selama ini Ninda adalah teman yang baik dan penampilannya seperti gadis lulusan pesantren. Ninda juga cukup terkenal di kampusnya, sebagai salah satu duta kampus juga bunga fakultas. Wajah Ninda cantik manis, dengan kulit putih dan suara merdu membuat banyak mahasiswa naksir pada Ninda.

“Dulu biasanya aku selalu cek-in dua kali seminggu. Tapi sejak KKN, aku jarang banget.” Ninda melanjutkan curhatnya. “Apa dia cek-in sama perempuan lain ya di sana.” Ninda melanjutkan kaimatnya. Risky masih terdiam. “Arrrrrrrhhhhhhh” Ninda sekarang tantrum.

Risky masih terdiam, dia bingung menanggapi curhatan dari Ninda.

“Oh ya Ky, kamu sibuk ngga habis ini?” Setelah tantrum Ninda bertanya ada Risky.

“Engga sih.” Jwab Risky dengan singkat.

“Nginep di kosku aja yuk, kita lakuin yang enak-enak.” Seru Ninda dengan antusias.

Cerita lima tahun yang lalu saat Risky semester enam ini tiba-tiba berputar di otak Risky. 30 menit yang lalu dia ditelfon Ibunya. Sama seperti Ibu pada umumnya saat menelfon anak bujangnya yang sudah hamper berumur 30 tahun, Ibu Risky bertanya tentang kapan anaknya mau menikah.

Nak Ibu hanya takut jika pasanganmu, bukan jodoh yang baik. Kalimat ini selalu Ibu Risky katakan ketika sudah membahas tentang pernikahan dengan anaknya. Risky merenung di meja kantornya, dia melihat kearah tangan kirinya tertulis 22.00 WIB. Waktunya kantor tutup, Risky segera membersihkan meja dan bersiap pulang ke kosnya.

Kring kring kring. Suara ponsel berbunyi Risky melihat ponselnya, tertulis Rendi.

“Nduk, kamu sudah 28 tahun. Kapan mau menikah?” Ibu Amanda datang membawakan teh hangat untuk putrinya yang sedang sibuk di depan laptop. Pertanyaan itu muncul setelah teh di letakan dan Ibu Amanda duduk di sofa berseberangan dengan Amanda.

“Sabar lah Bu, Amanda lagi fokus ke karir dulu.” Jawab Amanda.

“Iya Ibu tahu, tapi di rumah ini tinggal kamu yang belum nikah.” Ucap Ibu Amanda. Kalimat itu tidak dijawab, Amanda kembali fokus ke layar laptopnya.

“Semoga pacarmu ndang ngelamarmu ya Nduk.” Ibu Amanda pergi meninggalkan Amanda.

Amanda adalah anak tengah di keluarga itu, semua saudaranya sudah menikah termasuk adik Amanda. Sebagai seorang guru, Amanda disibukan dengan beban administrasi sekolah. Ditambah dengan posisinya yang sekarang wali kelas, Amanda juga dituntut untuk mengerti banyak permasalahan siswanya.

Trut tuit tut tit. Terdengar notif WA dari gawai Amanda. “Ayo yang VCS.” Kalimat itu yang muncul di layar gawainya. Amanda bergegas membereskan mejanya, setelah itu dia pindah ke kamarnya.

Esok harinya seperti biasa, Amanda selalu yang paling pagi datang ke sekolah. Sudah lima kali nominasi guru teladan yang dia peroleh karena kedesiplinannya. Sebagai guru muda Amanda disukai banyak guru dan siswa di sekolahnya, hal itu tidak terlepas dari sosoknya yang mudah berteman dan keahliannya main game online. Beberapa guru dan siswa kelasnya bahkan sering kali mengajaknya untuk mabar.

“Selamat pagi Bu Amanda.” Sapa kepala sekolah yang datang setelah Amanda, dia berada di belakang Amanda,.

“Selamat pagi, Bapak,” Amanda menyapa balik kepala sekolah dan bergegas bersalim dengan mencium tangan kepala sekolah dengan keningnya.

“Rajin banget Bu Amanda. Jam segini udah dateng.” Kepala sekolah basa-basi.

“Iya Pak, rumah saya kan lumayan jauh. Kalo berangkat rada siang, pasti terjebak macet.” Teraang Amandaa.

“Walah gitu ya, yaudah semangat ya.” Kepala sekolah mengusap kepala Amanda dan berlalu menuju kantornya.

Amanda senyum-senyum sendiri setelah ditinggalkan kepala sekolah, pipinya juga memerah. Ternyata usapan lembut di kepalanya itu merembet ke hatinya. Bel tanda jam perwalian berbunyi, Amanda segera masuk ke kelasnya.

“Kevin Ardito” Amanda mempresensi siswanya, sampai pada nama siswa tersebut hal mengejutkan terjadi.

“Izin, Bu.” Seru siswa yang lain.

“Izin kemana Kevin, Nang-Nduk?” Tanya Amanda.

“Kevin ke KUA, Bu.” Seru salah satu siswa.

“Ngapain Kevin di KUA?” Amanda melanjutkan pertanyaanya.

“Hari ini Kevin dinikahkan Bu.” Terkejut Amanda mendengar jawaban dari salah satu muridnya itu.

“Ko bisa nikah?” Amanda yang masih syok mencoba mengulik berita yang baru dia dengar.

“Iya Bu, Pacarnya Kevin hamil. Jadi Kevin harus tanggung jawab.” Jantung Amanda seperti disentuh Defibrillator (alat kejut jantung) dengan tegangan maksimal. Siapapun akan kaget dengan berita itu, apalagi sosok Amanda yang seperti Ibu kedua untuk anak-anak kelasnya.

Setelah selesai mempresensi siswanya, Amanda melanjutkan dengan memberikan siraman rohani pada anak-anaknya. Amanda menekankan pentingnya menjaga pergaulan.

“Anak-anak Ibu yang ganteng dan cantik, ingat ya kalian harus selalu menjaga diri kalian dengan baik.” Ada semacam penolakan dalam hati Amanda ketika mengucapkan kalimat itu. “Jangan sampai kalian terjerumus kepada pergaulan yang buruk.” Lagi-lagi Amanda merasakan gejolak di hatinya. “Masa depan kalian masih panjang, jangan pernah korbankan masa depan itu dengan menuruti kenikmatan sesaat saja.” Makin tidak karuan hati Amanda.

Bel tanda perwalian sudah selesai, Amanda meninggalkan kelasnya dan menuju ke meja kerjanya. Amanda merenungkan banyak hal, termasuk nasihat yang dia sampaikan kepada peserta didiknya.

Setiap orang mempunyai hak untuk goblok, tetapi beberapa orang telah menyalahgunakan hak itu secara berlebihan. Amanda membuka postingan WA dari salah satu teman gurunya, caption di postingan itu entah kenapa seperti jarum yang menusuk dadanya.

Terlintas dibenaknya pengalaman dua tahun yang lalu, saat pertama kali Amanda masuk ke sekolah menjadi guru. Saat itu dia habis putus dari pacarnya, pekerjaan sebagai guru adalah pelarian dari patah hatinya.

“Salam kenal saya Amanda Putri Cantika, saya lulusan jurusan Bahasa Inggris.” Amanda memperkenalkan diri di depan para guru. “Motivasi saya menjadi guru, ingin membimbing generasi muda Indonesia. Agar nantinya bisa menjadi generasi yang membanggakan.” Ucap Amanda dengan penuh keyakinan.

Setelah selesai memperkenalkan diri, Amanda langsung diberikan tugas untuk menyelesaikan prota-promes oleh guru-guru MGMPnya. Alasannya sederhana, Amanda masih muda, lajang, dan masih fresh untuk mengerjakan tugas administrasi tersebut. Seperti guru muda pada umumnya, Amanda menerima tugas itu dengan sukarela.

“Yang, ini yang terakhir. Kalo kamu ga mau, aku sebarin video kita berdua.” Ucap pacar Amanda melalui pesan tulis di WA. “Aku ga mau, aku udah cape.” Amanda membalas pesan itu dengan ketakutan. “Aku serius loh, kamu tau kan aku orangnya ga pernah ragu-ragu.” Amana mengetahui betul bahwa mantan pacarnya adalah lak-laki yang nekat, dia akan melakukan banyak hal tanpa piker Panjang. jenis laki-laki yang dikuasai egonya.

“Hallo, kenapa Ren?” Risky mengangkat telfon itu. “tolongin aku Ky, aku lagi rumah sakit.” Jawab Rendi dengan suara yang parau, pita suaranya dipaksa untuk menangis seharian. “loh kenapa Ren?” Risky yang sejak tadi bersikap santai langsung mengambil posisi serius. “Tolongin aku, tolongin aku.” Rendi tidak menjawab, justru dia menangis sejadi-jadinya. “Oke-oke aku kesana, sherlock ya.” Setelah mendapat kiriman lokasi dari Rendi, sesegera mungkin Risky pergi meninggalkan kantornya. Untungnya jam kerja kantor sebentar lagi selesai.

Risky sedikit ngebut dalam perjalanan menuju rumah sakit, motor besarnya meraung-raung di jalanan kota. Saat di perempatan lampu merah, Risky tidak sempat mengeram. Tiiiiiiiiiiiinnnnnnnnn klakson panjang dari mobil sebelah kanan motor Risky, untungnya mobil itu berlalu di belakang motornya. Risky menepi untuk menenangkan jantungnya, dia beristighfar melihat kejadian yang hamper menimpanya itu. “Pertanda buruk apa ini”, benak Risky berbicara.

Sesampainya di rumah sakit tempat Rendi mengirimkan lokasi, Risky segera menemui Rendi. Dia mendapati Rendi yang sedang kacau kondisinya, dia berbaring menahan sakit pada tubuhnya. “Kamu kenapa Ren?” Risky duduk disamping tempat tidur Rendi, wajahnya masih cemas dengan kabar dari Rendi juga kejadian di jalan raya tadi.

“Huuhuuuuu Ky, aku sakit Ky.” Rendi menangis sejadi-jadinya. “iya iya, tenang dulu. Ceritakan kondisimu bagaimana?” Risky mencoba bersimpati dengan kondisi sahabatnya itu, dia menyentuh pundak Rendi dan mengeluh-elusnya. Gerakan yang Risky lakukan tersebut ternyata menambah rasa sakit dari Rendi. “Akhhh Akhhh sakit Akhh sakit.” Rendi meraung-raung. Segera Risky memencet tombol di tembok yang digunakan untuk memanggil perawat rumah sakit.

Perawat rumah sakit datang ke ruangan Rendi dirawat, dia menyuntikan sesuatu ke tubuh sahabatnya itu. Beberapa menit, Rendi akhirnya bisa tenang. “Sus teman saya kenapa ya?” Risky bertanya pada perawat yang mengenakan masker dan sarung tangan lateks tebal. “Hidupku hancur Ky.” Sebelum suster itu menjawab, Rendi sudah berbicara duluan. “saya tinggal ya.” Ucap suster itu, membiarkan Rendi yang menjelaskannya sendiri.

“Kamu kenapa Re?” Risky yang tadi berdiri bergegas duduk kembali ke sebelah ranjang Rendi.

“Aku kena sifilis Ky.” Dooom dibuat kaget dada Risky mendengar kalimat yang keluar dari mulut sahabatnya itu. “Tubuhku dipenuhi borok pundak, ketiak, selangkangan. Semuanya terdapat borok yang lebar dan keras.” Rendi kembali menangis, namun sekarang tangisannya bukan karena sakit di fisiknya melainkan di hatinya.

“Loh ko bisa Ren?” Risky masih kaget, dia makin simpatik pada sahabatnya itu. “Bukannya kamu selalu pakai pengaman. Kamu selalu cerita gitu kan selama ini?” Risky melanjutkan kalimatnya.

“Ini karena istriku, Ky.” Rendi sesegukan menjawab pertanyaan itu. “Ternyata dia yang kena penyakit setan ini.”

Booooooommmmmmm bertambah kaget jantung hati Risky mendengar jawaban dari Rendi. Setahu dia istri Rendi adalah perempuan alim, dia sempat bersyukur Rendi menikah dengan perempuan yang baik. Risky selalu berharap sahabatnya ini bisa berubah arah hidupnya.

“Tapi istirmu kelihatan baik-baik saja, setahun yang lalu pas kita bukber dia juga terlihat sehat.” Risky keheranan dengan berita itu.

Rendi menyeka air matanya, lalu berusaha duduk. Dia sangat kesulitan karena setiap kali mencoba menggerakan tubuhnya, borok yang sudah mengering di ketiak dan selangkangannya retak-retak. Menimbulkan rasa sangat perih seperti luka robek besar, disiram garam. Risky membantu sahabatnya itu untuk bisa duduk di ranjangnya.

“Kata dokter, bakteri siflis itu punya waktu laten tiga tahun. Dan baru aktif dalam waktu 10 tahun.” Rendi mulai menjelaskan alasan dari penyakit yang menjangkitnya. “Selama waktu inkubasi itu, inang dari virus tidak akan menimbulkan gejala penyakit. Namun masih bisa menular.” Rendi lanjut menjelaskan kondisinya. “Selama ini ternyata istriku menyembunyikan fakta masa lalunya, dia sama nakalnya.” Sekarang Rendi sudah tidak sesenggukan.

“Tapi kenapa gejala di kamu cepet banget?” Risky bingung dengan yang terjadi pada Rendi.

“Ternyata aku kena HIV.” Seluruh tegangan listrik diseluruh dunia dijadikan satu dan digabungkan dengan tegangan dari petir dari seluruh tata surya. Lalu Kumpulan energi itu disetrumkan ke dada Risky.

Jawaban dari Rendi itu membuat Risky menjadi kaku, dia kesulitan mencerna fakta itu. Selama ini dia tahu kebiasaan buruk sahabatnya. Namun dia tidak menyangka jika efeknya terjadi sekarang.

Setelah ngobrol banyak hal dengan Rendi, juga setelah membantu biaya rumah sakit. Risky pergi meninggalkan rumah sakit dengan kondisi hati yang nanar. Dia tidak menyangka hal buruk menimpa sahabatnya, Rendi yang terkenal dengan ketampanan dan kharisma yang menawan. Harus mendapati dirinya dipenuhi borok, kulit putih langsatnya sekarang berubah dengan banyak bintik merah kecil dan dibeberapa bagian menjadi coklat hitam karena kulit yang mengeras akibat borok.

Nak Ibu hanya takut jika pasanganmu, bukan jodoh yang baik. Sejenak teringat kembali nasihat Ibunya. Dia tidak menyangka perempuan yang terlihat baik-baik saja, ternyata menyimpan fakta yang sangat mencengangkan. Pikiran itu berlanjut hingga malam hari, Risky kesulitan tidur. Kepalanya sekarang terlalu berisik untuk istirahat.

Keesokan harinya yang kebetulan hari jumat, Risky keluar kantornya untuk melaksanakan sholat jumat. Saat itu masjid di dekat kantornya kedatangan khotib muda, seorang fisikawan penemu teropong angkasa paling akurat di seluruh dunia. Khotib itu sukses menampar Risky dengan ceramahnya.

“Jamaah sidang sholat jumat yang dirahmati Allah SWT.” Khotib itu memulai ceramahnya. Awalnya ceramah tentang pernikahan itu berisi kalimat basa-basi yang sering Risky dengar dari beberapa ustaz di youtube. Namun tidak lama kemudian hal yang mengejutkan terjadi.

“Dalam Islam, pernikahan adalah hal yang sangat mulia. Sampai Rasulullah SAW menyebutnya sebagai ibadah paling panjang dan merupakan setengah agama Islam. Bahkan Allah SWT akan mengutuk siapapun yang menodai pernikahan, seperti perceraian juga dosa perzinahan.” Risky menelan ludah mendengarnya. “Ketahuilah wahai umat umat islam, ada beberapa dosa yang dianggap sebagai dosa Istimewa. Istimewanya karena dosa-dosa ini dapat mendapatkan malapetaka bahkan tidak harus menunggu manusia diakhirat. Salah satunya adalah dosa Zina. Berzina adalah sangat sangat sangat SANGAT haram. Hadirin yang berbahagia, zina adalah satu-satunya dosa yang larangannya adalah bukan melakukan tapi MENDEKATI. Beda dengan membunuh yang jangan membunuh, beda dengan berbohong yang jangan berbohong, tapi zina jangan lah kalian mendekati zina.” Khotib itu menyampaikan ceramahnya dengan berapi-api.

“Ketahuilah hadirin sidang solat jumat yang berbahagia.” Khotib muda itu kini melembutkan suaranya.“Zina adalah perbuatan yang keji dan merupakan sumber malapetaka yang besar. Bahkan seseorang yang terang-terangan menceritakan perzinahannya dan berbangga diri daripadanya, Allah SWT tidak akan mengampuni dosanya itu. Islam sendiri sangat tegas dalam menindak dosa zina ini, dia yang berzina sebelum menikah akan mendapatkan hukuman seratus kali cambukan dan diasingkan ke tempat yang paling asing selama setahun. Sedangkan dia yang berzina setelah menikah, hukumannya adalah hukuman rajam. Dilempari batu sampai meninggal. Naudzubillah Tsumma Naudzubillah.” Khotib muda itu menggeleng-gelengkan kepalanya dan mengusap dadanya.

Seluruh tegangan listrik diseluruh dunia dijadikan satu dan digabungkan dengan tegangan dari petir dari seluruh tata surya. Lalu Kumpulan energi itu disetrumkan ke dada Risky. Sesuatu yang hangat mengalir dari mata Risky, tenggorkannya terasa sangat pahit. Ceramah dari khotib muda itu

“Saya berpesan untuk seluruh anak muda yang hadir di masjid ini.” Khotib muda itu melanjutkan ceramahnya. “Berhati-hatilah dalam bergaul, jangan pernah kalian sekali-kali memberikan makan mata dan hati kalian dengan aurat perempuan. Ingatlah kalian bukan Nabi Yusuf AS dan juga bukan Nabi Yahya AS, kalian tidak mungkin kuat menhadapi godaan zina. Ada alasan mengapa Zina harus dihindari, karena ketika datang seorang perempuan yang sangat cantik dengan kondisi telanjang dan menggoda kalian. Godaan itu akan sangat sulit ditolak bahkan tidak bisa ditolak.” Khotib muda menjelaskan dengan nada percaya diri. “Ingat. Nafsu adalah salah satu ciptaan Allah SWT yang sangat kuat, jangan sesekali kalian bermain-main dengan nafsu. Kemungkinan kalian akan sangat sangat sangat SANGAT mudah dikalahkan olehnya. Jadi selalu hindari zina dan jika lingkungan pertemanan kalian memungkinkan ketertarikan ke arah zina segeralah meninggalkannya.” Risky semakin tertampar dengan ceramah dari khotib muda itu.

Setelah selesai melaksanakan solat jumat, Risky tidak meninggalkan masjid. Dia duduk di tempatnya tadi solat, dan pecahlah tangisnya.

Nak Ibu hanya takut jika pasanganmu, bukan jodoh yang baik. Nasihat ibunya itu terngiang-ngiang di kepala Risky. Ternyata ada alasan mengapa Ibunya sangat khawatir dengannya, hingga selalu mengucapkan kalimat itu setiap kali Ibunya menelfon.

Amanda berdandan cukup lama di depan cermin kamarnya, dia bersiap menemui pacarnya. Setelah selesai dandan, dia berpamitan dengan kedua orang tuanya dengan alasan main ke tempat temannya. Amanda sampai di depan kos manta pacarnya, dia menghubungi mantan pacarnya dan pintu gerbang dibuka. Dia disambut senyum oleh mantan pacarnya, segera mereka menuju ke kamar kos.

“Tapi yakin ini yang terakhir ya” Ancam Amanda setelah selesai melaksanakan permintaan mantan pacarnya.

“Iya sayangku, cintaku, pujaan hatiku.” Mantan pacar Amanda menjawab dengan sedikit menggoda.

“Jangan panggil lagi aku kegitu. ” Amanda emosi “Sekarang hapus semua video dan foto-foto kita.” Amanda Kembali mengancam.

“Iya Iya” Jawab singkat mantan pacarnya

Amanda bergegas meninggalkan kos pacarnya, dia diantar hingga pintu gerbang.

“Hati-hati yah.” Kepala Amanda dielus oleh mantan pacarnya, namun segera dia halau tangan bajingan itu. “Jangan pegang-pegang.” Teriak Amanda.  “Hallah dasar cewe murahan, sok jual mahal.” Cemooh dari mantan pacarnya itu seperti jarum yang menusuk jantung Amanda. Segera dia melaju dengan motornya meninggalkan kos itu.

Dipertengahan jalan sesuatu yang hangat mengalir dari mata Amanda. Kejadian malam itu tidak akan pernah dilupakan hingga kapanpun.

Amanda yang sekarang duduk di meja kerjanya, kembali menangis kecil. Dadanya sangat sakit, depresi yang pernah dia alami kembali hadir. Ingin sekali rasanya untuk tantrum, namun saat ini dia adalah seorang guru. Bel tanda pembelajaran berbunyi lagi, segera dia menyeka air matanya.

Dua hari setelahnya, tepatnya minggu malam Amanda berdandan cukup lama di depan cermin kamarnya. Dia berencana datang ke acara jumpa penulis. Dia ingin menjumpai penulis yang selama ini dia kagumi. Penulis yang bukunya menyembuhkan depresinya itu.

“Sebelumnya saya ucapkan selamat pada Mba Laila, bulan depan mau nikah kan yah.” Moderator mulai berbicara. “Terima kasih.” Laila tersenyum sumringah. “Saya dengar Mba Laila akan menikah dengan ilmuan fisika muda yah. Wah keren banget, sama-sama cerdas cocok.” Moderator berbasa-basi dengan memuji sang penulis. “Tapi saya mau tanya, tentang buku terbaru Mba Laila. Pasangan yang bak adalah obat.” Moderator mulai mengarahkan pembicaraan ke tema acara. “Bisa tolong Mba Laila Jelaskan sejarah dan mengapa Mba menulis buku itu?.”

“Jadi buku itu saya tulis tujuh bulan yang lalu.” Laila mulai menjawab pertanyaan moderator. “Saya menulisnya karena saya melihat kecenderungan anak muda yang kehilangan arah hidupnya. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut, tapi sepanjang saya melakukan riset dengan wawancara. Kebanyakan karena kesalahan dalam pacaran.”

Hati Amanda terkejut dengan kalimat yang disampaikan oleh penulis itu. Entah mengapa dia merasa tersindir dengan jawaban itu.

“Sebagai seorang muslim kita seharusnya paham bahwa pacaran itu haram, dan kita juga seharusnya mengerti jika Allah SWT sudah mengharamkan sesuatu. Maka efeknya memang berbahaya.” Makin tidak karuan hati Amanda. “Nah perempuan secara alami memang menyukai sesuatu yang enak atau yang menyenangkan, terkadang bahkan perempuan tidak menghiraukan efek dari perbuatannya selama perbuatan itu masih menyenangkan.” Penulis itu menjelaskan dengan suara yang lembut. “Sekarang bayangkan, mengapa ada perempuan yang bertahan dengan laki-laki yang toxic? Dia tahu laki-laki tu menyakitinya, tapi dia tidak mau putus dari laki-laki itu?” Penulis itu balik pertanya pada moderator. “Kenapa itu Mba?” Moderator merespon dengan bertanya balik.

Amanda termenung dengan penjelasan dari penulis, bagaiaman mungkin penulis itu seolah-olah tahu dengan keadaan Amanada.

“Karena perempuan tidak bisa melepaskan sensasi menyenangkan yang terjadi jika bersama laki-laki itu. Misalnya karena laki-laki itu enak dilihat, atau laki-laki itu  banyak kejutan tidak terduga yang membuat hormon adrenalin perempuan kadang meluber, atau bisa juga yang paling parah. Amit-amit karena perempuan itu sebenarnya kecanduan hubungan sexual, dopamine selalu disuntikan ke otaknya setiap kali dia bertemu dengan laki-laki itu.” Makin maktratap hati Amanda dibuatnya.

“Hari ini banyak perempuan yang kesepian, merasa sulit untuk berbaur secara sosial, tidak mendapatkan kehadiran sosok Ayah dalam hidupnya, juga merasa hidupnya sangat membosankan. Nah hal semacam inilah yang cenderung mengarahkan perempuan untuk mencari sosok laki-laki yang bisa memenuhi perasaan kurang dalam hatinya. Padahal itu adalah cara yang sangat salah.” Tutur sang penulis.

Acara jumpa penulis itu ramai dikunjungi anak-anak muda, maklum saja penulis itu sangat terkenal. Buku-bukunya yang kebanyakan tentang perbaikan diri sangat diminati, sumber-sumber yang dipakai oleh penulis itu kebanyakan dari Al-Quran. Memang sang penulis terkenal sebagai perempuan alim, anak seorang tokoh guru ngaji di kampungnya. Hari ini sang penulis sedang pulang kampung, beberapa aktivis literasi menghubunginya untuk mengadakan kegiatan jumpa penulis ini.

Setelah acara bincang-bincang dan tanya jawab selesai, selanjutnya adalah sesi tanda tangan buku. Amanda menyodorkan bukunya kepada sang penulis.

“Kamu lagi sedih kenapa Mba?” Kaget Amanda dengan pertanyaan dari si penulis.

“Ahh engga Mba, aku baik-baik saja.” Jawab Amanda.

Penulis itu tersenyum ke arah Amanda, seperti mengetahui bahwa jawaban dari Amanda adalah sebuah kebohongan. Wajar sang penulis sudah banyak melakukan riste dan bertemu banyak orang, mudah saja untuk mengetahui kondisi hati seseorang hanya dengan sekali melihat saja.

“Ehhhhh anu, saya ada masaalah.” Gugup Amanda ditatap oleh sang penulis yang penuh simpati itu, tanpa sadar dia malah curhat ke sang penulis.

“Ta-tapi saya tidak enak menceritaknnya.” Amanda buru-buru menundukan kepalanya, entah malu atau takut.

“Ini kartu nama saya.” Sang penulis menyodorkan kartu namanya, tertera nama lengkap dan kontak yanpat dihubungi. Sekejap Amanda melihat cahaya menyinari hatinya yang sangat gelap.

Acara jumpa penulis selesai, semua orang pergi meninggalkan tempat itu. Semua orang mendapatkan pencerahan hari itu.

Dua hari berikutnya Risky izin pada kantornya, dia benercana pergi ke kota selama satu hari atau dua hari. Risky berencana menemui khotib muda yang sekarang jadi buah bibir di masyarakat daerahnya, karena khotib muda itu telah melamar gadis dari tokoh agam terpandang di daerahnya. Menjadi khotib solat jumat adalah salah satu tes yang dilakukan oleh pemuda itu.

Sesampainya di kantor yang khotib muda, Risky menemui meja resepsionis.

“Selamat datang Pak, ada yang bisa saya bantu.” Ucap resepsionis itu ramah dengan gaya hormat menunduk dan telapak tangan disatukan.

“Saya mau bertemu Mas Ardi Canggih Nugroho, Mba.” Ujar Risky.

“Sebelumnya sudah ada janji dengan Pak Ardi?” Resepsionis bertanya kembali.

“Belum Mba, tapi bilang saya dari kampungnya Mba Laila.” Ucap Ardi yang sedikit sudah tahu latar belakang Ardi.

“Oh baik, saya kabari Pak Ardinya dulu ya. Ini dengan Bapak siapa ya?” Ucap resepsionis dengan sopan.

“Saya Risky.” Jawab Risky singkat

“Halo Pak Ardi.” Resepsionis mulai berbicara melalui telfon kantornya. “Ini ada yang mau menemui Bapak, beliau belum janjian. Tapi bilangnya beliau dari kampungnya Mba Laila.” Resepsionis mulai berbicara dengan Ardi. “Ohh baik, Pak. Oke siap.” Resepsionis itu menutup telfonnya.

“Mari Pak Risky, saya antar ke ruangan Pak Ardi.”

Resepsionis itu mempersilahkan Risky untuk mengikutinya, ruangan Ardi berada di lantai atas di gedung itu. Posisinya sebagai kepala peneliti untuk Menteri Pendidikan cukup membuat orang-orang di kantornya menjadi segan dengannya.

Rsepsionis membuka pintu kantor Ardi dan mempersilahkan Risky untuk masuk, resepsionis itu mengantarkan Risky untuk bertemu langsung dengan Ardi yang sedang santai di meja kerjanya.

Ardi berdiri ketika Risky datang dan menyalaminya, resepsionis itu pamit pergi.

“silahkan duduk Mas Risky.” Ucap Ardi dengan sopan. “Ada keperluan apa ya Mas Risky?” Ardi langsung bertanya ketika Risky selesai duduk.

“Jadi saya mau curhat Mas.” Risky tidak basa-basi, dia langsung mengutarakan niatnya.

“Gimana ya Mas?” Tanya Ardi.

“Sebelumnya saya mohon maaf menggangu waktu Mas Ardi. Saya tahu Mas Ardi pas jadi khotib solat jumat di masjid daerah saya.” Risky mulai mengawali pembincaraan. “Saya juga dapat kabar Mas Ardi sudah melamar Laila dan diterima, saya kagum Mas. Mba Laila itu perempuan yang terpandang di daerah saya, pinter ngaji, qori internasional, akademiknya juga sangat bagus, saya merasa iri dengan sosok Mas Ardi. Berani untuk melamar perempuan seperti Mba Laila.” Risky sekarang basa-basi.

“Hallah Mas Risky, biasa aja itu. Sudah sewajarnya kan laki-laki berjuang untuk hal yang dia cintai.” Ardi berusaha tidak terlena dengan pujian orang di depannya itu.

“Jadi saya mau curhat dengan kondisi saya Mas. Saya takut untuk menikah.” Ujar Risky.

“Kenapa takut menikah Mas?” Tanya Ardi

“Saya takut Mas, saya takut jika pasangan saya bukan jodoh yang baik.” Sesuatu yang hangat keluar dari matanya, Ardi takzim mendengarkan kalimat Risky. “Saya sudah terjerumus ke lubang kemaksiatan Mas. Saya awalnya bisa menjaga diri saya Mas, saya juga berasal dari keluarga yang religious di kampung. Sejak saya kuliah, nasihat-nasihat Ayah dan Ibu selalu saya jalankan dengan baik. Namun seperti yang Mas Ardi sampaikan saat khotbah, saya tidak bisa melawan nafsu saya. Saat semester lima, saya sering hangout dengan teman saya. Kita berjumlah lima orang, semuanya teman sekelas.” Ardi melanjutkan kalimatnya dengan sesekali sesenggukan.

“Circle saya ini toxic, mereka sering membangga-banggakan kenakalan mereka. Awalnya saya berinteraksi dengan biasa-biasa saja. Saya tidak terpengaruh dengan kebiasaan mereka, namun suatu hari teman saya yang perempuan di circle itu mengajak saya menginap di kosnya. Akhirnya kami berhubungan intim, saya tidak bisa menolaknya Mas. Saya merasa bersalah setelah melakukan hal itu, namun anehnya saya justru ketergantungan dan hamper jika ada kesempatan kami akan melakukan hubungan intim itu. ” Risky menangis sejadi-jadinya.

“Astagfirullah.” Ardi merespon dengan menyodorkan tisu ke arah Risky.

Setelah menyeka air mata dan ingusnya juga setelah sedikit lebih tenang, Risky melanjutkan ceritanya.

“Beberapa hari yang lalu, saya menemui teman saya. Dia salah satu di circle itu, dulu dia yang paling nakal. Selalu gonta-ganti pasangan, sampai akhirnya dia menikah dengan perempuan yang terlihat sebagai perempuan baik-baik. Namun kondisinya sekarang mengenaskan, tubuhnya dipenuhi borok karena sifilis. Ternyata dia tertular dari istrinya, ketahuan juga ternyata teman saya ini mengidap HIV/AIDS.” Pecah tangis Risky, matanya yang hampir mengering. Sekarang basah kembali.

Ardi kembali merespon dengan istghfar.

“Saya ingin tobat Mas Ardi, saya ingin menikah dengan pasangan yang baik. Tapi yang saya lakukan adalah hal buruk, apakah Allah SWT mau menerima tobat saya.” Ardi kembali menangis dan kembali menyeka air mata dan ingusnya dengan tisu.

“Baik Mas, saya paham.” Ardi mulai berbicara dengan penuh simpati. Risky yang masih sesenggukan coba Ardi tenangkan dengan nasihatnya.

“Saya paham apa yang Mas lakukan adalah hal buruk.” Ardi mulai menasihati, dia sudah mengerti apa yang harus disampaikan. “Tapi ketahuilah Mas, sejauh apapun manusia melampaui batas. Jika dia kembali bersujud pada Allah SWT, maka dia akan diampuni.” Ujar Ardi.

“Allah SWT itu maha penyayang Mas, kasih saya Allah SWT lebih besar dibandingkan kemurkaannya.” Suara Ardi penuh kebijaksanaan. “Allah SWT sendiri sudah mewanti-wanti, bahwa manusia tidak akan pernah luput dari dosa, makanya Allah SWT selalu membuka taubatnya sebelum nyawa manusia ada di kerongkongannya.”

“Bahkan orang paling mulia di muka bumi, Rasulullah SAW. Pernah Allah SWT tegur dalam Al-Quran surah Abasa. Walaupun kesalahan Rasulullah bukanlah hal yang fatal, tapi ini menandakan bahwa Allah SWT memberikan pelajaran bahwa manusia pasti akan berbuat kesalahan. ” Semakin bijaksana ucapan dari Ardi. “Terus Mas tahu apa yang dilakukan Rasulullah ketika beliau ditegur?” Risky yang sudah tenang sepenuhnya menggeleng-gelengkan kepalanya. “Rasulullah buru-buru bertaubat pada Allah SWT, beliau mengakui kesalahannya dan sepanjang hidupnya beliau selalu bertaubat pada Allah SWT meskipun beliau tidak pernah kesalahan.”

“Beliau suri tauladan yang terbaik, maka kita sebagai seorang muslim hendaknya mencontoh beliau. Jadi kalo Mas Risky merasa telah banyak bermaksiat, maka hendakya bertaubat dengan sungguh-sungguh. Meminta ampun kepada Allah SWT dan jangan sekali-kali mengulangi kesalahan yang sama itu.” Ujar Ardi

“Terus apakah saya akan mendapat jodoh yang baik Mas?” Tanya Risky.

Ardi tersenyum dengan pertanyaan Risky.

“Saya tidak tahu Mas, jodoh itu urusan Allah SWT. Hanya Allah SWT yang tahu dan yang bisa menentukan jodoh kita adalah pasangan yang baik atau buruk. Kita hanya bisa berdoa dan berusaha memperbaiki diri.” Ardi menjawab dengan bijaksana.

“Tapi Ibu saya selalu berpesan. Istri yang baik itu tidak dicari, tapi dibentuk.” UjarArdi

“Sama perlu diingat-ingat juga Mas, janganlah sekali-kali kita menyalahkan Allah SWT atas segala yang menimpa kita. Apa yang Allah SWT perintahkan pasti akan berdampak baik untuk kita dan apa yang dilarang-Nya pasti berefek buruk untuk kita. Jadi mau menjalani hidup yang baik atau buruk semuanya pilihan kita.” Siapapun yang mendengar nasihat Ardi pasti akan lupa kalo yang sedang berbicara adalah seorang ilmuan bukan ustaz.

Risky mendapatkan pencerahan setelah berbicara dengan Ardi, dia mendapatkan jawaban dari segala pertanyaan yang menghantuinya selama ini. Pembicaraan dilanjutkan dengan berbicara banyak hal. Termasuk pernikahan Ardi.

“Oh ya ini ada undangan untuk Mas Risky, bulan depan saya akan menikah dengan Laila. Jika ada kesempatan. Mas Risky bisa hadir yah.” Ardi menyodorkan undangan kepada Risky yang hendak berpamitan.

Amanda merasakan gejolak hebat dihatinya, sejak pulang dari acara jumpa penulis hidupnya tidak pernah tenang. Dia akhirnya memutuskan untuk menemui Laila, di kartu nama Laila tertera alamatnya. Setelah pulang sekolah, Amanda bergegas menuju tempat tinggal Laila, sesampainya di kediaman Laila dia cukup kaget. Rumah Laila seperti pesantren, banyak anak mengaji ke rumah itu.

“Assalamualaikum.” Amanda mengucapkan salam.

Karena saking ramainya rumah Laila ucapan salam Amanda tidak terlalu digubris.

“Waalaikumsalam.” Salah satu anak kecil menjawab salam Amanda.

“Ada apa ya?” Tanya bocah itu yang menengadah ke atas.

“Mba Laila ada Dek?” Tanya Amandaa ramah.

“Ituuuuu Bu Ustazah.” Bocah itu menunjuk ke arah tempat anak-anak berkumpul mengaji, ruangan tamu rumah Laila memang cukup luas. Bagian depan dekat pintu adalah ruang menerima tamu, sedangkan ruangan untuk ngaji berada di seberang tempat tamu. Berdiri dua besar tiang seperti gapura antara ruangan itu.

“Saya panggilkan ya.” Ucap bocah itu dengan ceria.

Bocah itu menghampiri Laila dan menceritakan bahwa ada tamu yang datang. Laila yang sedang mengajar ngaji menghampiri Amanda.

“Assaalamulaiakum.” Amanda mengulangi salamnya ketika Laila datang.

“Waalaikumsalam.” Laila menjawab dengan ramah dan menyalami Amanda.

“Maaf ya Mba tidak kedengeran tadi, seperti inilah kalo ashar menjelang maghrib. Rumah saya selalu dipenuhi anak-anak untuk mengaji.” Ucap Laila dengan ramah.

“Ga papa Mba, maaf saya malah ganggu.” Amanda malu-malu dengan kedatangannya di waktu yang kurang tepat.

“Ahh ga papa, silahkan duduk Mba.”

Amanda duduk di sofa ruang tamu, Laila meminta tolong ke salah satu anak untuk membuatkan teh hangat untuk. Setelah meminum teh hangatnya Amanda mengutarakan maksdunya.

“Mba Laila, maaf saya Amanda. Kemarin saya salah satu peserta acara jumpa penulis bukunya Mba Laila.” Amanda mulai berbicara.

“Oh iyakah, makasih ya udah dateng ke acara saya. ” Laila tersenyum dengan ramah.

“Saya mau curhat ke Mba Laila tentang permasalahan yang sedang mengganjal hati saya.” Amanda malu-malu menyampaikannya.

“Walah, panjang ngga ya Mba? Kalo panjang habis maghrib aja gimana Mba? Saya masih harus ngajar anak-anak ngaji dulu.” Laila menolak sementara permintaan Amanda dengan sopan.

“Oh iya Mba, Ga papa.” Ujar Amanda.

“Mba Amanda bisa istirahat dulu di sebelah, itu ada kamar tamu.” Ucap Laila dengan sopan.

Amanda menuruti perkataan Laila, dia pergi menuju kamar tamu yang seperti yang disampaikan Laila. Amanda kagum dengaan perlakuan Laila, dia adalah tamu tidak dikenal yang datang saat Laila sedang sibuk. Namun sikapnya sangat ramah, kamar tamu di rumah itu juga sangat bersih dan nyaman. Semakin kagum hati Amanda.

Setelah melaksanakan solat maghrib berjamaah di masjid depan rumah Laila, Amanda diajak ke taman belakang rumah Amanda. Ruang tamu sudah penuh dengan kedatangan tokoh-tokoh agama, mereka adalah tamu Ayah Laila.

“Jadi Mba Amanda mau curhat apa?” Tanya Laila.

Suara air mancur yang jatuh ke kolam ikan koi di sebela gazebo mereka duduk menambah kesan yang menenangkan, udara dingin tidak terlalu terasa karena kehadiran teh hangan dihadapan mereka.

“Saya takut dengan masa depan saya Mba.” Sesuatu yang hangat mengalir dari mata Amanda.

“Loh kenapa?” Tanya Laila yang kebingungan.

“Saya sudah rusak serusak-rusaknya Mba, hancur sehancur-hancurnya.” Pecah tangis Amanda.

Laila merangkul bahu Amanda, menunjukan perasaan simpati yang besar.

“Saya sudah kotor Mba, saya sudah rusak.” Amanda sesenggukan dan terus menghina dirinya sendiri.

Laila terus mengusap-usap bahu Amanda, dia membiarkan Amanda meluapkan emosinya. Setelah sedikit tenang, Laila menyerahkan tisu yang memang sudah tersedia di gazebo itu.

“Coba sekarang Mba cerita permasalahan yang Mba hadapi.” Ujar Laila yang penuh simpati.

“Saya banyak melakukan perzinahan Mba, saya sudah tidak suci. Saya tidak pantas menerima kasih sayang Allah.” Amanda setengah menangis mengucapkannya.

“Huzzzz jangan bilang gitu, Allaj SWT itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang.” Laila mengelus-elus bahu Amanda.

“Tapi Mba, saya sudah banyak melakukan perzinahan dengan beberapa mantan pacar saya. Saya juga jadi ketagihan dengan perbuatan itu, saya akhirnya suka menggoda laki-laki yang menurut saya cocok dengan saya. Saya tidak tau apa yang harus saya lakukan, saya tidak bisa keluar dari perbuatan setan ini Mba.” Amanda mengeluh dan semakin menangis.

Laila tersenyum tenang dengan curhatan dari Amanda.

“Mba Amanda.” Laila mulai berbicara. “Jika seorang hamba berbuat dosa, maka yang harus dilakukan adalah bertobat. Sejauh apapun manusia melampaui batas, jika dia bersujud kepada Allah SWT maka dosanya akan tetap diampuni. Itu yang Allah SWT kabarkan dalam Al-Quran.” Laila mensihati dengan lembut.

“TAPI DOSA SAYA BESAR BANGET MBA.” Amanda protes dengan tetap menangis.

“Huzzz Huzzz tenang ya Mba.” Laila masih mengelus-elus bahu Amanda.

“Jadi gini Mba, Rahmat Allah SWT itu sangatlah luas. Kebahagiaan yang Allah SWT berikan kepada hambanya itu melebihi daya tambung nalar hambanya. Sedangkan ujian yang Allah SWT berikan itu tidak lebih besar dari kemampuan hambanya menanggung cobaan itu.”

“Makanya terkadang ada semacam keajaiban yang hadir di hidup kita, dan itu tidak bisa dinalar oleh pikiran kita. Kita merasa, ko aku bisa ya adapat hal Bahagia kegini.” “Nah itu karena Rahmat Allah SWT memang sangat luas.” Nasihat Laila mulai meredakan gejolak emosi di hati Amanda.

“Mba takut toh, kalo jodohnya bukan pasangan yang baik?” Ucap Laila.

Seluruh tegangan listrik diseluruh dunia dijadikan satu dan digabungkan dengan tegangan dari petir dari seluruh tata surya. Lalu Kumpulan energi itu disetrumkan ke dada Amanda. Dia menjadi kaku, mengapaa penulis ini tahu isi hatinya.

“Mba ga usah kaget, saya sudah banyak bertemu dengan perempuan-perempuan yang nasibnya sama dengan Mba Amanda.” Laila mulai berbicara.

“Konsep jodoh itu sangat unik Mba, tidak ada yang tahu pasti jodoh kita akan seperti apa. Itu semua adalah kebijakan Allah SWT. Memang betul laki-laki yang baik hanya untuk perempuan yang baik, dan laki-laki yang buruk hanya untuk perempuan yang buruk. Ini kisi-kisi yang Allah berikan.” Tepat setelah Laila menyelesaikan kalimatnya, terdengar adzan sholat isya.

“Udah adzan Mba.” Ujar Amanda.

“Ngga Papa, solat isyanya bisa nanti. Hal kebaikan itu sesegera mungkin harus disampaikan.” Laila berbicara sambil mengelus bahu Amanda.

Setelah adzan selesai, Laila kembali berbicara.

“Semua manusia kan dilahirkan dengan kondisi yang suci, namun dalam perjalanan hidupnya dia bisa menjadi pribadi yang baik dan juga buruk. Tergantung jalan hidup yang dipilih, tidak ada penjaminan seseorang akan selalu baik juga sebaliknya. Nah kisi-kisi dari Allah SWT tentang jodoh itu juga sefleksibel kondisi manusia, mungkin jika Mba Amanda menikah dalam kondisi yang baik. Allah SWT mendatangkan laki-laki yang baik, dan juga barangkali ketika Mba masih tersesat. Allah SWT juga mengirimkan jodoh yang sedang tersesat.” Nasihat Laila seperti cahaya yang menerangi kegelapan hati Laila.

“Nah sekarang jika Mba Amanda merasa masa lalu Mba adalah sebuah keburukan, yang harus dilakukan sekarang adalah bertobat. Bertobat dengan bersungguh-sungguh, selalu hindari kemungkinan-kemungkinan Mba akan terjerumus ke lubang yang sama. Inshaa Allah, seorang hamba yang sedang berjuang di jalan kebenaran akan Allah SWT tuntut. Jika Allah SWT yang sudah menuntun, maka tidak ada satupun di alam semesta ini yang mampu membelokan atau menyesatkannya Mba.” Laila melanjutkan nasihatnya.

“Terus apa yang harus saya lakukan sekarang Mba?” Tanya Amanda.

“Yang harus Mba Amanda lakukan sekrang adalah bertaubat, mandi taubat, solat taubat dan memohon ampun kepada Allah SWT. Mba juga harus berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan-kesalahan Mba Amanda, dan Mba harus konsisten untuk menahan keinginan Mba Amanda untuk melakukan maksiat.” Ujar Laila.

“Memang berat Mba, tapi seperti itulah jalan yang harus ditembuh untuk pembiasaan. Segala akan berat pada awalnya, namun seiring waktu akan lebih mudah. Jadi sekarang Mba Amanda harus berhenti menghina diri sendiri, Jangan lupa Mba itu istimewa, Mba Amanda punya Allah SWT.” Nasihat Laila sukses menerangi hati Amanda.

Amanda memeluk Laila dan tumpah tangis Amanda dipelukan Laila. Dia sekarang tahu mengapa buku Laila sangat laris dan banyak penggemarnya. Seperti air Sungai yang jernih di hilirnya, maka air di hulu akan lebih jernih. Buku-buku Laila yang penuh kebijaksanaan, ternyata yang menulisnya jauh lebih bijaksana.

Pembicaraan mereka berdua dilanjutkan dengan hal-hal yang ringan.

“Oh ya Mba Amanda, bentar ya.” Laila bergegas masuk ke dalam rumah, tidak lama kemudian dia sudah keluar membawa sesuatu.

“Mba Amanda, ini undangan pernikahan saya bulan depan. Kalo tidak sibuk bisa hadir yah.” Laila tersenyum ramah.

“Oh siap Mba.” Amanda menerima undangan itu dengan sukacita.

Satu bulan berlalu, Risky dan Amanda sama-sama datang ke pernikahan Ardi dan Laila. Pernikahan itu sangat kental dengan nuansa Islami. Ardi seorang ilmuan muda jenius dan Laila qori internasional yang menulis buku-buku kehidupan, keduanya adalah laki-laki yang baik hanya untuk perempuan yang baik.

“Oh Maaf.” Risky tidak sengaja menumpahkan minumannya ketika bertabrakan dengan Amanda.

“Oh ya ga papa Mas. Saya maaf juga tidak hati-hati.” Amanda yang sudah tercerahkan, dia tidak marah malah membalas dengan senyuman.

Itulah momen perkenalan Risky dan Amanda.

TAMAT

KataCyber adalah media siber yang menyediakan informasi terpercaya, aktual, dan akurat. Dikelola dengan baik demi tercapainya nilai-nilai jurnalistik murni. Ikuti Sosial Media Kami untuk berinteraksi