Oleh
Ananda Putri Nabila Riski
Duta Baca Aceh Tenggara 2023/Ketua Harian Sekolah Kita Menulis (SKM) Cabang Aceh Tenggara
Mungkin masyarakat Aceh secara umum tidak mengetahui pasti apa itu Ketambe karena hanya cenderung mengetahui Gunung Leuser sebagai objek wisata yang ada di Aceh Tenggara. Tetapi dalam kondisinya, Ketambe terkenal baik dikalangan lokal se-Aceh Tenggara dan mancanegara. Kebanyakan para wisatawan juga lebih memilih menetap dan tinggal di wilayah Ketambe jika berwisata ke Aceh Tenggara.
Lokasi Ketambe terletak berada di pinggiran kaki Gunung Leuser, sehingga mungkin masyarakat Aceh kurang mengetahui keberadaan objek wisata yang satu ini. Namun sangat memprihatinkan melihat kondisi wisata Ketambe saat ini yang sangat miris sebab tidak terurusnya kawasan wisata Ketambe sehingga suasana wisata di ketambe sekarang sepi dari pengunjung.
Sejatinya Ketambe dikenal sebagai paru-paru dunia karena memilik panorama alam yang asri dan kaya akan flora dan fauna di dalamnya, serta biotik dan abiotik yang komplit ditambah lagi kekayaan yang tiada habisnya di dalam wilayah Ketambe Gunung Lauser tersebut. Tidak mengherankan jika banyak wisatawan domestik maupun turis asing yang tertarik dengan objek wisata Ketambe. Belum lagi dengan daya tarik sungai alas yang mengalir begitu indah mengikuti riaknya bersatu dengan ayunan daun rimbun dari pepohonan di Ketembe menambah daya tarik pengunjung.
Ketambe juga merupakan stasiun penelitian, dengan keberagaman yang ada di alam Ketambe maka banyak peneliti lokal maupun mancanegara yang datang untuk meneliti dan mempublikasikan kekayaan alam yang ada di hutan Ketambe. Stasiun Penelitian Ketambe merupakan stasiun penelitian yang pertama diakses oleh warga dunia untuk wilayah Aceh untuk meneliti orang utan dan spesies flora dan fauna yang ada di wilayah tersebut.
Tidak hanya itu, Ketambe juga memiliki jungle trekking dan hiking di wilayah hutan gunung leuser untuk bisa melihat lebih komprehensif tentang hewan dan tumbuhan yang berbagai macam jenis didalamnya serta sumber pemandian air panas yang ada didalam hutan Ketambe yang jarang diketahui oleh masyarakat.
Selain jungle trekking dan hiking yang sangat menarik, ada juga rafting atau Arung Jeram Ketambe yang akan mengajak kita menelusuri sungai Alas sembari menikmati ekosistem Leuser yang begitu memanjakan mata dengan hijaunya pepohonan. Untuk para pencinta rafting ini adalah salah satu momen yang tidak bisa terlewatkan saat berwisata ke Ketambe.
Obyek wisata Arung Jeram di sungai Alas Ketambe tidak hanya mengajak kita olah raga ekstrem, tetapi juga menikmati perumahan penduduk di sepanjang pesisir sungai, terlebih lagi jika saat musim penghujan tiba, arus sungai menjadi lebih deras dan menantang dengan sebutan wisata Arung Jeram berkelas dunia.
Sejatinya wisata Ketambe sangat berpotensi untuk dikembangkan lebih jauh karena memiliki daya jual tinggi, jika saja semua objek wisata yang ada berjalan dengan baik maka hal itu juga bisa membantu perekonomian warga sekitar dan bisa membuka lahan pekerjaan untuk warga Ketambe dan sekitarnya.
Tetapi permasalahannya sekarang pihak yang berwenang belum mengelola dengan maksimal objek wisata tersebut sehingga masih banyak kendala untuk kita mengakses ke objek wisatanya, seperti fasilitas yang kurang mendukung, jalan ke sungai masih ada yang terjal, dan tempat untuk menikmati objek wisata juga terbatas. Hal ini juga yang menjadi pengaruh terhadap objek wisata Ketambe sehingga kurang diminati.
Padahal dengan banyaknya kekayaan yang ada di objek wisata Ketambe, objek wisata ini layak untuk menjadi tempat wisata lokal maupun mancanegara dengan fasilitas yang memadai agar pengunjung bisa lebih menikmati saat berkunjung ke Ketambe.
Pembangunan demi pembangunan sejatinya sudah pernah dilakukan, tetapi seiring berjalannya waktu hal itu juga menyusut, dan pembangunan tidak berjalan sesuai rencana, hingga bangunan yang ada tidak berfungsi sama sekali.
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi kurangnya pengunjung pada wisata Ketambe diantaranya adalah akibat pandemi akibat Covid-19. Sehingga turis-turis yang sejatinya sering berwisata ke Ketambe juga menurun dengan pesat dan wisatawan lokal juga merosot. Kini pun objek wisata Ketambe jadi sepi pengunjung.
Seperti yang diketahui, Ketambe saat ini menjadi lokasi riset pertama yang meneliti orang utan, tetapi hal itu kurang dilirik oleh dominasi perguruan tinggi sehingga terjadilah kurangnya promosi terhadap objek wisata Ketambe dan banyak wisatawan yang belum mengetahui objek wisata Ketambe.
Hal tersebut sebenarnya berdampak besar terhadap kemajuan objek wisata Ketambe maupun lingkungan pariwisata disekitar ketambe, penghasilan turun, rendahnya wisatawan akan membuat objek wisata itu bisa jadi tidak akan maju lagi. Tentu itu bukanlah hal yang baik untuk dilanjutkan karena melihat potensi besar yang ada didalam objek wisata Ketambe saat ini.
Sebenarnya, banyak inovasi yang bisa diterapkan untuk kemajuan Ketambe sebagai paru-paru dunia agar tetap terjaga, sebab Ketambe adalah aset yang mendunia, bunga Raflesia sampai Harimau Sumatera masih terjaga di dalamnya. Tetapi itu hanya tinggal kenangan belaka jika Ketambe tidak diinovasikan. Riuhnya suara orang utan, kicauan burung akan jarang terdengar, hingga rimbunan hutan tropis yang sejuk akan menjadi tidak nyaman lagi karena kurangnya pelestarian dan pengembangan lebih lanjut terhadap objek wisata Ketambe.
Adapun inovasi yang dapat dilakukan adalah mengadakan event- event yang menjadi daya tarik untuk pengunjung agar berwisata objek wisata Ketambe, seperti mengadakan perlombaan Arung Jeram yang jika berjalan dengan baik, bisa dijadikan agenda tahunan yang bertujuan untuk memajukan objek wisata Ketambe, ataupun kunjungan yang bisa dimulai oleh pegiat pariwisata dengan mengenalkan objek wisata Ketambe agar lebih dikenal oleh generasi muda (Generasi Y-Z).
Sehingga pegiat pariwisata juga bisa menginovasikan objek wisata Ketambe agar lebih dikenal dan maju serta modern. Untuk dinas pendidikan misalnya bisa mengajak pelajar untuk study tour ke Ketambe dan mengenalkan lebih dalam tentang objek wisata Ketambe dan mempelajari apa saja yang menjadikan Ketambe sebagai paru-paru dunia, pengetahuan pelajar pun bertambah dan objek wisata Ketambe juga lebih dikenal. Kita berharap, melalui tulisan ini senantiasa objek wisata ketambe akan semakin dikenal dunia, dan digemari oleh para peneliti-peneliti muda di tanah air maupun mancannegara.
Leave a Review