Jelang Pemilu; Merisaukan Masyarakat Kita

Oleh : Maulana
Mahasiswa Konsentrasi Pemikiran dalam Islam Pascasarjana UIN-ArRaniry – Banda Aceh

Beberapa hari lalu saya mendapatkan sebuah kabar yang memilukan dari seorang teman sebagai petugas KPPS di desanya, dengan segala kebingungannya dia mengatakabahwa sekarang masyarakat begitu bingung denganpilihannya, sadisnya mereka sampai-sampai tidak mengenalicalon pemimpin yang akan meraka pilih.

Untuk jelasnya ini kekhawatiran si kawan terkait tentangpemilu yang akan datang, banyak dari masyarakat terutamanya Aceh memilih kandidat tanpa melihat dulu latarbelakang dari kandidatnya atau tidak tahu secara baik siapayang dia pilih dan mereka memilih hanya karena ada beberapa pemuka agama yang kebetulan memilih paslon itu, bagaimana pendapat you?, tanyanya kepada saya.

Kondisi seperti itu tidaklah dapat kita salahkan masyarakat, yang harus kita pertanyakan adalah dimanakah peran para penyelenggara pemilu dalam menjawab berbagai ketidaktahuan rakyat bawah. Ikut serta rakyat dalammenyukseskan pemilu adalah sebuah hak, jadinya jika merekatidak benar-benar mengerti dan tidak mengenal lebih dekatsiapa calon pemimpinnya maka dipastikan suara yang diberikan akan sia-sia saja.

Hanya beberapa hari lagi bangsa ini akan menentukan siapa nahkoda barunya yang entah itu sosok baik atau bukan sesosok dengan harapan ditangan mereka perubahan dapattercapai. Pemimpin harapan masyarakat bukan yang pandaijoget, bukan yang mengaku-ngaku muda, bukan yang hanyapandai berbicara, bukan yang cuma runtun memaparkan fakta, namun pemimpin yang berwawasan global dan berkomitmen untuk kesemakmuran berkeadilan itulah pemimpin harapan.

Tahun-tahun politik memang menghadirkan sesak, kampanye berlangsung disegala sektor yang bahkan dilaksanakan pada tempat-tempat yang dilarang sekalipun. Masyarakat sangat menikmati aroma kampanye yang digerakkan oleh partai, tokoh politik bersama calon pemimpin di pemilu Februarinanti dengan memarketkan berbagai janji berharap rakyat terarik kepadanya.

Hiruk pikuk negeri seakan terasa sampai ke pelosok desadengan berbagai langkah dan strategi unik kampanye politik berlangsung dengan khidmat. Baliho-baliho besar dengan slogan epic penuh makna pun bermunculan, sungguh sesuatu yang biasa saja bagi orang-orang yang memahami urgensi kampanye. Masalahnya adalah terhadap masyarakat awam, keberpengaruhan tokoh politik menjadi sentral pemahamabagi banyak orang yang jika tidak diedukasi dapat membahayakan keberlangsungan demokrasi.

Hari ini nyaris tidak kita temukan seorang politisi berjuang tanpa obralisasi janji, dan pengalaman kita mengatakan bahwa tidak semua politisi yang berjanji akan menepati karena pada realitanya setelah mendapat kursi dan tujuannya tercapai janjihanya tinggallah janji. Karena itu berjanji adalah satu hal yang wajar bagi meraka tetapi tidak bagi rakyat seluruhnya. Bahwa kita tidak ada permasalahan dengan seberapa banyak janjyang mereka jual, titik nadirnya adalah bagaimana jika narasi janji tersebut tidak baik dan dapat mempengaruhi masyarakat kita.

Pengaruh digital tidak dapat dibendung, beberapa politisi memanfaatkan medium digital ini untuk menggait banyak suara untuk dirinya dengan upaya membangun partisipasi dari pengguna aktif yang berada dimedium maya. Sebuah atraksi modern dalam modifikasi taktik dan strategi kampanye model baru yang dapat menghemat cost anggaran dibandingkan dengan pemilu-pemilu sebelumnya.

Pemilu tahun ini nyaris berbeda sama sekali dengan beberapa pesta demokrasi tahun-tahun sebelumnya, perbedaan itu tampak nyata dari cara berkampanye elite, dari keberpihakan para petahana, bahkan tampak juga ekspose yang baru pada pasangan calon itu sendiri, ada yang lebih muda, ada yang lebih tua, ada yang berkali-kali menyalonkan diri, ada pula wajah baru yang bermunculan. Masalah pun kian banyakterjadi pada saat-saat yang menentukan, dari mulai timbul tenggelam problema etik sampai narasi presiden boleh berkampanye yang sempat memanas beberapa hari yang lalu.

Demikian pula dengan efek yang terjadi, saya tidak meragukan jika elite saling adu kuat pada paslon yang mereka dukung, justru yang semestinya kita khawatirkan adalah bagaimana jika dampak buruk dari psikologi kepemiluan yang cacat jika sewaktu-waktu terjadi menimpa masyarakat, pertanyaannya siapa yang sejatinya harus bertanggungjawab?

Kondisi masyarakat kita harus menjadi perhatian bersama pada detik-detik yang menentukan ini, beberapa dari masyarakat termakan janji politik bahkan banyak dari mereka tertipu oleh narasi manis sang politisi. Perhatian kita separuhnya hari-hari ini berpusat pada media digital, semisajika kita analisis pada beberapa penampilan politik sangat tampak balutan politisnya, misalnya sang politisi membicarakan ayat-ayat suci, menangis didepan kamera, menjual kasusistik, menyentuh emosi warga, menitikberatkan etika, saling mengkritisi baik buruk etika lawan, dan segalayang mungkin lainnya untuk dilakukan.

Berbagai komentar dan postingan bermunculan dengan usaha bermacam-macam corak yang nir makna, setiap orang berusaha menjelaskan secara visual siapa yang meraka pilih dengan alasan-alasan yang mereka buat sedemikan rupa, sayadapat menyaksikan bahwa masyarakat kita sangat terpengaruh oleh penampilan yang ditonton, kalau paslon yang satu memperlihatkan kemarahannya terhadap paslon B misalnya, lalu rame-rame orangorang membalik pilihannya menjadi B, begitupun sebaliknya, demikian kejamnya pengaruh buruk yang timbul dari perfoma politik yang setengah hati.

Belum lagi muncul kasus-kasus lainnya seperti saya akan memilih orang yang beretika atau saya akan memilih karena diberikan uang, dan semisal alasan-alasan lainnya. Gambaran ini bukanlah tanpa sebab-akibatnya, masyarakayang mengharapkan pemimpinnya lebih baik dapat terkalahkan oleh janji-janji lain sama sekali yang disodorkan oleh sang aktor kampanye.

Kita menginginkan masyarakat kiranya tercerdaskan oleh adanya sosialisasi dan pendidikan politik yang merata. Karena dampak buruk dari konsumsi politik jika tanpa edukasi yang jelas akan menghadirkan petaka besar dimasa depan. Tentunya kondisi masyarakat kita yang mudah disentuh batinnya, mudah dikacaukan isi pikirannya harus lebih cepat mendapatkan penanganan, harus ada orang-orang yeng menjelaskan bahwa ini semua hanya pemilu, jadi berbagaimacam penggiringan dapat terjadi, berbagai macam kemungkinan baik dan buruk dapat terbentuk, sekali lagi ini semua kampanye, jadi jangan mudah percaya dengan janji, yang penting edukasi dan tagih bukti.

KataCyber adalah media siber yang menyediakan informasi terpercaya, aktual, dan akurat. Dikelola dengan baik demi tercapainya nilai-nilai jurnalistik murni. Ikuti Sosial Media Kami untuk berinteraksi