Oleh: Akhmad Hasyim Fikri
Kader HMI Cabang Bangka Belitung
“Sejak dari kelahirannya, HMI selalu berkomitmen dalam visi ke-Umatan dan ke-Indonesiaan.Tidak perlu tahu lawannya siapa,ketika menggerus kepribadian Umat dan Bangsa,maka HMI akan unjuk gigi dan gagah di depan kepentingan Umat dan Bangsa.”
Jikalau kita mendengar berita atau informasi yang beredar dan kemudian tersemat di dalam informasi tersebut adalah kata-kata yang berbau HMI atau kerap dikenal dengan Himpunan Mahasiswa Islam, tentu kita akan berspekulasi bahwa kelompok ini merupakan kelompok yang memperjuangkan, kepentingan, dan kejayaan agama Islam. Perlu pembaca ketahui bahwa HMI adalah organisasi mahasiswa Islam tertua dan terbesar di indonesia, dikarenakan seluruh cabang-cabangnya tersebar di seluruh pelosok Nusantara.
Wajar, ketika penulis bertemu dengan salah satu masyarakat kemudian terucap kata yang keluar dari bibirnya bahwa HMI adalah Kopassus (komando pasukan khusus) mahasiswa Islam. HMI yang didirikan pada tanggal 05 Februari 1947 atau bertepatan dengan 14 Rabiul Awal 1366 H dengan diprakarsai oleh seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Islam yaitu Lafran Pane. Kemudian pada saat itu HMI melantangkan suaranya dengan berkomitmen sebagai alat perjuangan pemuda Islam dalam menghadapi dan mempertahankan ibu pertiwi dari agresi militer belanda ke II.
Sejak dari kelahirannya, HMI selalu berkomitmen dalam visi ke-Umatan dan ke-Indonesiaan.Tidak perlu tahu lawannya siapa,ketika menggerus kepribadian Umat dan Bangsa,maka HMI akan unjuk gigi dan gagah di depan kepentingan Umat dan Bangsa. Hal ini tertuang jelas dalam tujuan berdirinya HMI pertama yaitu,mempertahankan dan mempertinggi derajat negara kesatuan republik Indonesia dan juga menegakkan dan menjalankan ajaran Islam.
Akan tetapi semangat dan kegagahan HMI dari pertama berdirinya sampai pada sekarang acap kali dan tidak jarang ditunggangi oleh hal-hal yang berbau kepentingan dan nafsu individu-individu yang tidak bertanggung jawab.Hal ini terjadi dari mulai komponen-komponen internal HMI sampai kepada senior-senior yang telah usai ber-HMI.
Independen HMI
HMI adalah organisasi independen.Hal ini bukan perkara yang termaktub dalam risalah konstitusi HMI. Akan tetapi independen harus menjadi benteng yang tangguh dalam setiap nafas dan juga hidup setiap kader HMI. Independen berarti “Tidak Memihak” atau “Berdiri Sendiri“.
Sebagaimana makna dari independen, kader HMI idealnya haram memihak kepada siapa pun selain kepada kebenaran yang absolut (Roh Absolut),begitulah kira-kira seorang filsuf (Georg Wilhelm Friedrich Hegel) menamakan Tuhan versi dia.Walaupun kasarnya hal tersebut berbau senior atau kepentingan-kepentingan penguasa yang tidak bertanggung jawab.
Independen adalah masalah yang menjadi tantangan dalam tubuh HMI, jika independen kader hilang berarti eksistensi HMI otomatis akan pupus dan lenyap. Independen adalah masalah kita semua.Kita seharusnya bertanya apakah tindakan-tindakan kita di dunia ini berlandaskan independen? apakah semua yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari kita adalah atas niatan mengabdi kepada sang Maha Benar (Allah)?atau karena nafsu dan hasrat kita yang hina dina yang terkecoh dengan rayuan setan? jawaban semua itu ada di kita.
Menurut hemat penulis hakikat dari persaksian dalam dua kalimat syahadat adalah berlandaskan kepada independen jasmani dan rohani.Ketika jasmani dan rohani berseberangan berarti batal-lah persaksian tersebut, dan juga hal tersebut harus terpancar dalam setiap langkah kita di bumi. Begitulah kira-kira kedahsyatan dari makna independen.
Independen bukanlah suatu hal yang menutup gerak, fanatik atau fundamental. Akan tetapi, independen adalah membebaskan diri (merdeka) dari hal-hal apapun selain tertuju kepada zat mutlak dan haq (Allah). Ini tergambar lebih juga tercermin dari pemrakarsa berdirinya HMI (Prof.Dr.Lafran Pane) yang Ia sebut “Saya Lillahi Ta’ala Untuk Indonesia” (Saya karena Allah Untuk Indonesia).
Intelektual HMI
Sepanjang sejarah peradaban umat manusia di dunia peran kaum-kaum intelektual sangatlah penting. Kaum intelektual adalah sekelompok elit yang menjaga kesenambungan dan keseimbangan hidup umat manusia. Sepanjang sejarah yang tergambarkan oleh kitab suci Al-Qur’an adalah pertentangan antara kaum intelektual dan kaum kafir (Menutup diri dari kebenaran) yang bisa kita sebut dengan kaum-kaum yang bodoh (jahil). Inilah peran-peran yang diambil dalam sejarah para nabi-nabi seperti Ibrahim, Isa, Musa, Muhammad SAW, dan nabi-nabi yang lain.
Mereka para Nabi adalah kaum intelektual organik yang mana selalu berpijak pada kebenaran demi kepentingan umatnya pada saat itu.Berbeda dengan kaum “sophia” yang berarti kebijaksanaan dalam bahasa Yunani. Mereka adalah orang-orang bijak dan dapat dikatakan intelektual tradisional yang mengajarkan kebenaran dengan mengedepankan bayaran bukan untuk kepentingan umat pada masa itu.Lalu intelektual HMI berada pada posisi yang mana?apakah berada pada intelektual organik?atau intelektual tradisional seperti kaum sophia pada masa peradaban yunani?.
Sepanjang sejarah HMI,intelektual-intelektual yang diciptakan adalah intelektual organik.Yang mana intelektual seperti Lafran Pane,Nurcholish Madjid (Cak Nur),Ahmad Wahib,dan lain sebagainya. Mereka layaknya manusia tercerahkan (Rausyan Fikr) di tengah-tengah masyarakat yang membutuhkan ide kreatif untuk menentukan masa depan hidup mereka. Jika kita mengulang kembali cerita para nabi-nabi mungkin akan mendapatkan kesamaan untuk definisi intelektual.
Inilah Misi HMI sebenarnya,dengan mengedepankan lima kualitas Insan Cita maka selayaknya HMI bisa melahirkan intelektual organik yang selalu mengedepankan ide kreatif untuk kebutuhan umat dan juga bangsa. Jika tidak demikian maka HMI hanya menjadi batu loncatan untuk kepentingan pragmatis dan terbatas.
Jikalau sudah seperti itu maka benar kata Nurcholish Madjid (Cak Nur) “Daripada menjadi bulan-bulanan dan dilaknat lebih baik HMI dibubarkan saja ”. HMI harus mengambil peran dalam problematika umat dan juga bangsa dasawarsa ini,bukan malah asik dengan kehidupan dan kemewahan dunia yang terbatas lebih-lebih fatamorgana.
Keberanian HMI
Ketika berbicara tentang keberanian maka lawannya adalah ketakutan.Setiap nafas kader HMI harus bernafaskan Islam begitu kira-kira sebuah kata yang tersemat dalam tujuan HMI. Bernafaskan Islam berarti tunduk, patuh hanya kepada Allah.Meniadakan “Illah” (tuhan-tuhan kecil) untuk menuju atau tertuju hanya kepada zat terkasih dan tersayang yaitu Allah SWT. Keberanian akan muncul jikalau titik ketakutan kita berpusat hanya kepada Allah semata.
Akan tetapi problematika kita sekarang adalah enggan menyingkirkan tuhan-tuhan palsu tersebut,tuhan-tuhan palsu terkadang menjelma seperti tahta, harta, wanita, sampai kepada ego kita sendiri. Penyakit yang menimpa kaum muslim sekarang adalah takut kepada tuhan-tuhan kecil.Inilah yang dalam bahasa Islam disebut dengan ”Syirik”.
Menurut kacamata penulis keberanian akan muncul ketika semua poros ketakutan kita serahkan kepada Allah. Seyogyanya kita harus melepaskan diri dari semua ikatan-ikatan belenggu ”Syirik”, belenggu-belenggu tuhan-tuhan palsu agar keberanian akan muncul dengan sendirinya.
Inilah yang dicerminkan oleh tokoh aktivis HMI seperti Munir Said Thalib.Dengan keberaniannya sampai-sampai nyawanya pun ikut terenggut, karena beliau adalah salah satu aktor yang selalu aktif mengkritik pemerintah pada zaman tersebut.Akan tetapi kekritisan Munir Said Thalib merupakan suatu instrumen yang memperjuangkan kebenaran. Seperti penulis sampaikan diatas bahwa sejarah dunia atas pertentangan kaum intelektual dengan kaum bodoh yang menutup diri dari kebenaran.
Terkadang nyawa harus kita pertaruhkan untuk memperjuangkan kebenaran. Ketika pihak kebenaran lemah maka otomatis pihak kezaliman akan mengotori kehidupan dunia ini. Sekali lagi penulis sampaikan bahwa sebagai kader HMI yang mencintai Ilmu pengetahuan, kedamaian, dan kemakmuran, maka kader HMI harus Independen,Intelektual,dan Berani.
Leave a Review