Dari Kabut Korupsi hingga Fitnah Terang, Berjuang Melawan Gelap (Lanjutan Suara Bedebah)

Foto: Apriadi Rama Putra

Oleh Apriadi Rama Putra, Jurnalis Katacyber.com Wilayah Aceh Tenggara

Di balik kabut pagi yang melingkupi desaku, terdapat lapisan-lapisan kisah yang tersembunyi, membelenggu masyarakat dalam belenggu ketidakpastian dan kecurigaan. Aku, seorang pemuda yang telah mengembara jauh ke kota Yogyakarta kembali ke pelukan kampung halamanku, berharap menemukan kedamaian dan kesucian di desa yang kucintai, namun ternyata, apa yang kutemukan adalah belenggu korupsi yang merajalela tanpa ampun.

Setelah menghabiskan beberapa bulan di desa, takdir memilihku sebagai pemimpin para pemuda dan pemudi. Namun, tanggung jawab itu membuka mataku pada realitas pahit yang melanda desaku. Setiap tahun, anggaran dana desa mengalir deras dari pusat, tetapi ironisnya, manfaatnya seperti kabur dalam angin. Dana karang taruna yang seharusnya menjadi penyokong aktivitas pemuda, lenyap begitu saja, seolah menguap tanpa jejak. Keanehan itu menjadi pijakan bagi langkahku, menyelidiki arah ke mana dana itu mengalir.

Tak ayal, desaku adalah lumbung praktik korupsi yang tak terbendung. Kantor kepala desa, menjadi arena yang menyaksikan pertunjukan anggaran rutin yang tak kunjung habis. Namun, sayangnya, seperti tarian yang terus berputar, tak seorang pun dari pejabat tinggi tampak peduli. Camat, wakil bupati, bupativdan seluruh jajarannya terlihat lumpuh, seolah terkena kutukan diam yang mengikat mulut mereka. Apakah ini hasil dari money politik yang merambah hingga ke dasar-dasar desa? Ataukah semuanya terjerat dalam jaringan saling diam yang dikenal sebagai ‘Tau Sama Tau’?

Bayangkan jika kebiasaan ini terus berlanjut, masyarakat akan terjerat dalam kepungan ketidakadilan yang menyedihkan. Bantuan yang seharusnya menjadi penyelamat bagi yang paling membutuhkan, ternyata hanya menjadi pesta bagi elit yang rakus akan kekuasaan dan uang.

Namun, aku tidak tinggal diam. Melihat ketidakadilan yang terus bersemi, aku memutuskan untuk mengambil tindakan. Laporan dugaan korupsi bukan lagi hanya sekadar omongan, tetapi bukti nyata atas ketidakadilan yang merajalela. Namun, yang kudapatkan hanyalah pintu tertutup rapat oleh kepentingan dan kedzaliman.

Tidak hanya korupsi yang meraja, tetapi fitnah pun berkembang subur di tengah-tengah kami. Kepala desa, yang seharusnya menjadi teladan, malah memutar fakta dan menghancurkan reputasi orang lain demi kepentingan pribadi. Namun, aku tidak membiarkan diriku hanyut dalam arus kebohongan. Dengan kepala dingin dan bukti yang kukumpulkan, aku menegakkan kebenaran dan mengembalikan nama baik keluargaku.

Namun, ironinya, kebenaran yang kutegakkan ternyata tak dihargai oleh sistem yang seharusnya melindungi. Kepolisian, lembaga yang seharusnya menjadi penegak hukum, menutup mata pada kejahatan yang terang-terangan terjadi. Dalih-dalih yang tak masuk akal menjadi alasan bagi mereka untuk menutup pintu keadilan. Tidak ada lagi kepercayaan kepada institusi yang seharusnya menjadi pelindung masyarakat.

Dalam kebimbangan dan kekecewaan, aku melangkah menuju ke pintu keadilan terakhir yang kumiliki. Namun, harapan itu juga terasa pudar ketika hukum adat, yang seharusnya menjadi penyeimbang keadilan, ternyata terjerat dalam ketidakberdayaan dan ketidakmampuan. Imeum Mukim, sebagai penengah dalam penyelesaian masalah, ternyata tidak lebih dari sekadar boneka yang tak berdaya dalam sistem yang telah terkontaminasi oleh kepentingan-kepentingan gelap.

Melalui tulisan ini, aku mengajak seluruh generasi muda untuk bersatu. Kita harus melek akan ketidakadilan yang merajalela di Tanoh Alas Metuah ini. Media, sebagai penjaga kebenaran, harus bersuara lebih lantang dalam membeberkan fakta-fakta yang tersembunyi di balik tabir kekuasaan. Kita harus bersama-sama mengubah arah peradaban menuju keadilan yang hakiki.

Jajaran pemerintahan, kepolisian, dan lembaga-lembaga hukum harus dievaluasi secara menyeluruh. Mereka harus bertanggung jawab atas tindakan mereka dan mengabdi sepenuhnya pada kepentingan rakyat. Keadilan harus menjadi pijakan utama dalam setiap langkah yang mereka ambil.

Saat ini, pisau hukum yang bengkok telah menorehkan luka yang dalam dalam kehidupan masyarakat. Namun, bersama-sama, kita bisa memperbaikinya. Mari bersatu dalam perjuangan menuju keadilan yang sejati, di mana hukum benar-benar menjadi perisai bagi mereka yang lemah dan terpinggirkan.

KataCyber adalah media siber yang menyediakan informasi terpercaya, aktual, dan akurat. Dikelola dengan baik demi tercapainya nilai-nilai jurnalistik murni. Ikuti Sosial Media Kami untuk berinteraksi