Langit malam bagaikan hamparan permadani biru yang di hiasi taburan bintang-bintang berkelap-kelip, angin malam berhembusan sepoi-sepoi membawa kesejukan dan kedamaian yang memenangkan jiwa. Di tengah hiruk pikuk Via dan Kia, seorang santriwati sekaligus mahasiswi melangkahkan kaki menuju tempat mereka biasa mengaji, tepatnya pukul 21.00 WIB malam itu.
Lantunan merdu pengajian menembus kesunyian malam. Di antara mereka ada via dan kia seorang gadis berusia 19 tahun yang tengah khusyuk mengikuti pengajian dan mendengarkan arahan dari sang guru.
Waktu terus berjalan, sudah hampir penghujung pengajian. Via seketika tersentak teringat akan sesuatu barang yaitu sebuah payung yang ia pinjam milik temannya ketinggalan di Mushola kampus pada saat sore hari tadi. Via mulai gelisah karena takut payung tersebut sudah hilang dan Via pun merasa bersalah. Tidak lama kemudian pengajian selesai tepat pukul 10.30 WIB. Si Via langsung bicara sama Kia untuk minta temani ke kampus setelah pulang Ngaji.
“Kia, pulang ngaji ini temani aku ke kampus boleh”. Pinta si Via.
“Mau ngapain Via, Kan sudah malam!”. Tanya si Kia dengan penasaran.
“Ia Kia, aku baru teringat payung yang Aku pinjam untuk bawa ke kampus saat hujan tadi itu ketinggalan di Mushola, aku takut payung itu hilang”. Ujar Via dengan cemas.
Akhirnya mereka bergegas ke kampus setelah pulang dari pengajian. Sepanjang perjalanan menuju kampus, saat malam Jumat, langit malam menyelimuti dengan kelamnya hanya diterangi oleh lampu-lampu jalan, sehingga sampai gerbang kampus yang masih terbuka dan Satpam yang terus menjaga. Via dan kia menghampiri Pak Satpam agar pintu gerbang kampus jangan ditutup dulu.
“Assalamualaikum pak” ujar Via.
“Wa’alaikumussalam dik, ada yang bisa saya bantu!”. Seru Pak Satpam.
“Pak, kami izin ke dalam kampus ya, mau ke Mushola cari barang yang ketinggalan, tolong jangan ditutup dulu pintu gerbangnya ya pak”. Pinta Via.
“Baik silah kan” ujar Pak Satpam.
Via dan Kia segera bergegas melanjutkan perjalanan, langkah demi langkah masuk ke dalam kampus dengan suasana hening sepi. Suara-suara jangkrik yang berbisik di antara pepohonan, burung-burung hantu menyaringkan suara yang menakutkan membuat suasana makin mencekam.
“Via kita yakin mau ke Mushola, coba lihat gelap sekali”. Tanya Kia dengan ketakutan.
“Bismillah saja, kita banyak-banyak berdoa”. Ujar Via dengan keyakinan yang kuat.
Mereka berdua bergandengan tangan sembari melihat ke gedung-gedung yang amat gelap. Namun pada saat itu mereka melihat seseorang yang melambaikan tangan dibalik pintu kaca, tapi mereka mengabaikan sosok itu dan melanjutkan perjalanan, sembari berzikir dan berdoa.
“Subhanallah… Subhanallah… Subhanallah…”. Ucap bibir Via dalam perjalanan.
Langkah demi langkah sampailah di Mushola, gerak-gerik mata melihat ke arah ke sana-kemari dengan suasana lingkungan gelap, mereka pun menggunakan senter cahaya seadanya dari handphone yang mereka bawa sebagai penerang. Tak perlu waktu lama, karna payungnya masih terletak ditempat Via menaruhnya tadi sore. Mereka pun langsung mengambil payung tersebut di dalam Mushola, untungnya payung tersebut bisa di lipat kecil sehingga mudah memasukkan payung tersebut ke dalam tas mengaji yang mereka bawa.
Mereka pun bergegas meninggalkan Mushola, namun dari kejauhan samar terlihat di kantin kampus seperti ramai orang berkumpul. Padahal suasana malam hari yang sangat sepi. Suasana sudah makin aneh, saat mereka berjalan ada yang memanggil dari arah kantin tersebut. Namun mereka mengabaikannya saja dan melanjutkan perjalanan.
Melewati pintu kaca gedung kampus terlihat kembali sosok wanita melambaikan tangan dibalik pintu kaca, lalu mereka sangat penasaran dan menghampiri sosok itu dan saat mereka menghampiri tidak terlihat siapa pun yang berada di situ. Pintu kaca yang tidak terkunci mereka pun membuka dan masuk ke dalam gedung itu.
“Halo!! Apakah ada orang di dalam?” Tanya Via dengan penuh keberanian.
“Hemm… Sepertinya tidak ada orang Via, ayolah kita pulang”. Ujar Kia.
Namun saat mereka membuka pintu kaca tersebut, tanpa disadari pintunya terkunci bersamaan lampu tiba-tiba padam. Mereka sangat ketakutan dan berteriak.
“Aaaaaa toloonggggg!!!” Teriak Kia.
“Siapa pun yang di luar tolong bukakan pintunya”. Pinta Kia dengan tangisan.
“Bagaimana ini Kia, pintunya tidak bisa dibuka”. Gumam Via dengan cemas
“Ya sudah ayo kita cari jalan keluar dengan menggunakan senter cahaya handphone”. Saran Kia.
Mereka pun mencari jalan keluar dengan melewati lorong-lorong gelap, lalu pada saat mereka melewati lorong-lorong tersebut mereka mendengar ada suara anak kecil yang tertawa dan berlari-lari naik turun tangga di lantai dua. Namun mereka mencoba mengabaikan dan tetap melanjutkan mencari jalan keluar.
Saat di perjalanan mereka melewati kamar mandi, terdengar suara air keran dari kamar mandi yang menyala. Mereka pikir ada orang di dalam kamar tersebut dan menghampiri untuk meminta bantuan.
“Permisi, apa kami boleh minta bantuan?” Tanya Via
Namun orang itu pun tidak menjawab, tidak lama kemudian pintu kamar mandi terbuka, lalu muncullah sosok menyeramkan dengan wajahnya hancur, matanya merah menyeramkan, baju dipenuhi dengan darah, rambutnya panjang. Melihat sosok tersebut mereka pun terdiam dan tidak lama kemudian Kia jatuh pingsan.
“Viaaa bangun, jangan pingsan. Tolonggggg!!” Tangis Kia dengan ketakutan.
Lalu sosok tersebut pun tertawa melihat mereka.
“Hihihihi….hihihihi!!” Tawa sosok itu sembari mendekati Kia.
“Tolongggggg!!” Teriak Kia lalu terjatuh pingsan.
Keesokan harinya ada Pak Satpam yang melihat mereka berdua pingsan.
“Dek Bangun! Kenapa tidur di sini?” tanya Pak Satpam.
Setelah itu bangunlah Via dan Kia dengan terdiam ketakutan sehingga membuat Pak Satpam bingung. Lalu mereka bergegas pulang dari arah pintu yang sudah dibuka oleh Pak Satpam.
–Selesai–
Keren bgttt kerasa hororr dan sangat menarik🤭❤️
Bagus cerita nya,semangat terus untuk berkarya
Nice writtter..