Tukang Becak

Foto (IST): Eci Kasmarani

Padi yang indah telah tumbuh di dataran rendah Aceh. Kebanyakan rutinitas warga dihabiskan untuk menggarap sawah-sawah yang terbentang tanpa ujung di desa yang tangguh akan lahan pertanian indah nian untuk di tempati.

Kehidupan warga rukun dan sederhana karena desa ini masih terbilang pedalaman. Setiap pagi suara kicauan burung sangat jelas terdengar ke kamar Ilham, karena kamarnya langsung berdampingan dengan sawah. Ilham adalah nama panggilannya, aslinya Muhammad Ilham Syahdani. Ia seorang lelaki paruh baya berumur 45 tahun. Berprofesi sebagai tukang becak mesin. Di daerah Aceh yaitu tepatnya di kabupaten Aceh Tenggara hanya sedikit masyarakat yang bersekolah sampai tingkat perguruan tinggi, kebanyakan hanya selesai di jenjang SMA. Termasuk Ilham, ia hanya lulusan SMA. Karena hal ini ia hanya punya kesempatan untuk bekerja sebagai “tukang becak’’. Sebelumnya Ilham pernah mengajukan diri sebagai karyawan di salah satu bank konvensional di daerahnya. Karena hanya lulusan SMA ia ditolak mentah-mentah. “Pekerjaan ini tidak cocok untukmu ham” kata Dini, sepupu Ilham. Sebagai orang yang berpengalaman di dunia perbankan Dini sangat mengetahui bahwa bekerja sebagai seorang pegawai bank tentu tidak mudah, terlebih background Ilham memang hanya lulusan SMA dengan jurusan IPA. Banyak mata yang menyepelekan. Akhirnya, dikarenakan penolakan-penolakan itu Ilham kini berpofesi sebagai tukang becak. Profesi yang bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa harus punya kualifikasi tertentu. Kebanyakkan waktu Ilham dihabiskan di pangkalan becak, Ia memutuskan berprofesi sebagai tukang becak di daerah dekat rumahnya. Biasanya, Ilham dibayar seikhlasnya oleh penumpang. Hal ini yang menjadi salah satu sebab terkenalnya Ilham di kalangan ibu-ibu yang membutuhkan jasanya.

 “Ham, besok tolong bawakan pesanan saya ke rumah bu Hanum. Inget, jangan sampai telat!” kata Bu Afiqa Sambil berteriak ke arah telinga Ilham yang sedang ditutupi helm hitam dengan kaca sedikit menganga.

“Aman bu, percayakan saja ke saya.” jawab Ilham dan sesekali menoleh ke kursi penumpang untuk memastikan Bu Afiqah mendengar jawabannya.

Walaupun penghasilan dari menarik becak tidak pasti tapi itu tidak menyurutkan semangat Ilham untuk terus berjuang menghantarkan ibunya ke tanah suci. Di antara banyaknya keinginan dalam diri Ilham, yang paling ia harapkan ialah menghantarkan Ibunya ke tanah suci. Sudah 6 tahun ini Ilham menabung untuk keberangkatan Ibunya tapi uang yang terkumpul masih dibawah 10 juta sedangkan biaya yang dibutuhkan sekitar 24 juta. Malam itu Ilham pulang dari menarik becak dan langsung bersimbuh dikaki sang Ibu seraya berkata “Mak, aku tak tau kapan bisa berkecukupan dalam keuangan untuk memberangkatkanmu ke tanah suci”.  Mata Ilham berkaca-kaca berusaha menahan tangis. Tangan Ibu yang sudah berkerut dominan dengan tonjolan urat-urat itu pun dengan sigap membelai kepala sang putra yang sedang gundah seraya berkata “Tenanglah, sayangku. Arah hidup kita tak perlu sama seperti yang lain,  Jangan terlalu memaksakan diri. Mak tahu kamu sudah berusaha”. Saat itu angin malam telah bercampur dengan kesedihan Ibu dan anak di dalam rumah tua, hanya suara jangrik yang menemani kesedihan mereka.

Ternyata sebelum Ilham pulang ke rumah, becak Ilham dihadang oleh 3 orang lelaki berbadan kekar. Salah satu diantara mereka memiliki bekas sayat diwajahnya. “Kau Ilham?” tanya lelaki itu sambil melangkah mendekati Ilham yang sedang duduk kebingungan di kursi supir. “Turun kau!” perintah laki-laki berbadan gembul dengan jaket jeans bergambar harimau di bagian belakang. Dengan wajah bingung, Ilham menuruti ingin mereka. Ia bergegas mematikan becaknya dan berdiri sigap di hadapan para penghadang itu. Sekitar 15 menit mereka berdebat di tepi jalan yang sepi akan pengendara. Beberapa kali terlihat para penghadang mendorong Ilham sebagai bentuk penegasan akan perintahnya. Perbincangan mereka berakhir dengan selangkah demi selangkah para penghadang meninggalkan tempat perbincangan tersebut.

Di heningan malam, air mata Ilham membanjiri wajahnya yang manis. “Kenapa mencari nafkah seperti ini juga banyak rintangannya, Tuhan ? ”. Gumam Ilham teringat perkataan yang tergolong ancaman tadi. Tarnyata, para penghadang itu ingin Ilham mengikuti ancaman mereka, jika ingin selamat maka harus mengikuti peraturan yang telah mereka tetapkan yakni hanya boleh mengambil penumpang dengan jarak dekat sedangkan hak untuk menghantar penumpang jarak jauh dengan upah tinggi hanya bisa dilakukan kalangan mereka, karena insiden tersebut Ilham berakhir dipangkuan Ibunya malam itu sambil meratapi takdir yang tak berujung.

Keesokan harinya, pukul 10.00 wib Ilham berangkat ke pangkalan, terbilang agak siang, sambil berharap takdir yang datang akan lebih baik dari kemarin. Benar saja, dipertengahan jalan menuju pangkalan ada seorang gadis berpakaian rapi melambaikan tangan sebagai tanda butuh jasa becak.

Sebagai tukang becak yang berpengalaman tentu llham mengerti kode itu dan bergegas berhenti. “Tolong Bang, antarkan saya ke rumah sakit Permata. Saya harus cepat” ujar wanita berwajah 1ayu yang tampak sedang cemas, spontan Ilham mengabulkan permintaanya.

Sesampainya di sana perempuan berparas ayu itu meminta Ilham agar menunggunya, tak pikir panjang Ilham langsung mengangguk. Pukul 12.40 wib, sholat Dzuhur pun tiba, sudah 1 jam lebih Ilham menunggu di depan rumah sakit, seperti permintaan perempuan itu tapi, perempuan berparas ayu tak kunjung datang.

Ilham memutuskan untuk memarkirkan becaknya agar bisa menunaikan sholat, selesai wudhu’ Ilham bergegas masuk ke mushola rumah sakit, Ia dapati perempuan yang memintanya menunggu sedang menangis sambil menadahkan tangan, Ilham penasaran akan kondisi yang secara tidak sengaja melibatnyakan juga.

Selesai sholat ia memberanikan diri untuk bertanya “Haruskah saya menunggu lebih lama lagi kak?” kata Ilham dengan sopan, Perempuan itu melihat dan langsung mengerti pertanyaan Ilham. “Oh, maaf jika saya merepotkan, Abang boleh pulang, Maaf karena meminta menunggu terlalu lama”. Si perempuan bergegas mencari tasnya dan mengeluarkan uang lalu diberikan pada Ilham yang saat itu masih berlutut di hadapannya. “Saya tidak punya kembalian kak, saya orang miskin hehehehe” kata Ilham sebagai usaha agar raut mendung di wajah perempuan berparas ayu itu berubah.

Tak diduga guyonan Ilham berhasil, si gadis itu tersenyum dengan sangat manis, mereka pun saling melempar senyuman.

Di Tengah permincangan mereka datanglah seorang lelaki beramput ikal yang hari itu menggunakan baju kaus hijau, Ia memanggil si gadis ayu dan lari bersama ke lorong Mawar kamar 25, Mereka dapati dokter sedang memeriksa kondisi ibu dari gadis berparas ayu yang lemah tak berdaya.

Ilham dengan spontan mengikuti langkah mereka secara perlahan, Ilham mendengar suara tangis di ujung lorong, benar saja itu suara si gadis ayu yang sedang menangis kebingungan, Ilham mendekat dan mendengarkan perbincangan keluarga pasien. “Saya yang akan membantu dok” kata Ilham sambil membuka lebar pintu kamar nomer 25 itu.

Semua orang dalam ruangan tersebut melihat ilham dengan kebingungan.  “kalau butuh uang segera, saya bisa bantu kak, Saya punya ! ” tegas Ilham lagi.

Tampak gadis ayu tersebut merasa terharu akan kebaikkan Ilham, walaupun pada saat itu si gadis ayu tidak mengucapkan terima kasih, tapi telah tampak diwajahanya rasa syukur luar biasa atas pertolongan Ilham tersebut, 30 menit berlalu Ilham mengurus seluruh admdinistrasi yang diminta dan akhirnya selesai. Yang sedang sakit ialah ibu dari si gadis ayu dan laki-laki kecil tadi adalah adik bungsunya, berkat pertolongan Ilham, Bu Hanifah, orang tua gadis berparas ayu terlesamatkan.

Budi Ilham yang baik terhadap siapapun itu akhirnya dibalas tuhan dengan mengabulkan permintaannya, tepat di tahun 2022 lalu Ibu Ilham berhasill diberangkatkan haji secara gratis oleh kelurga perempuan berparas ayu, Gadis itu membalas kebaikkan Ilham yang menolongnya saat itu dengan tiket haji Furoda.

Ternyata, Abang dari si gadis ayu telah membeli tiket pada Ilham untuk diberangkatkan haji, abangnya berprofesi sebagai akuntan di Luar negeri, yang hari itu tidak bisa mengirim uang secara cash ke Putri, untuk pengobatan ibunya, sedangkan ibunya perlu ditangani segera, Putri adalah nama si gadis berparas ayu.

Penulis: Eci Kasmarani

KataCyber adalah media siber yang menyediakan informasi terpercaya, aktual, dan akurat. Dikelola dengan baik demi tercapainya nilai-nilai jurnalistik murni. Ikuti Sosial Media Kami untuk berinteraksi