Tegur Murid Menjadi Polemik, Profesi Guru Terhinakan

Oleh : Danu Abian Latif
Founder Sekolah Kita Menulis Cabang Langsa

Profesi guru tampaknya menjadi kasta profesi paling rendah pekerjaan di Indonesia, guru yang seharusnya memiliki marwah tertinggi dengan semua tanggung jawabnya yang di emban malah tampak terbalik perlakuannya di Indonesia guru di perlakukan sebagai profesi yang terhinakan.

Kesejahteraan guru jauh dari kata layak, gaji seorang guru lebih rendah berkali-kali lipat dari seorang buruh harian pabrik, contoh dari pahitnya buruknya kesejahteraan guru dapat kita liat dari nasib pak Alvi Noviardi seorang guru honorer di Jawa barat selama 36 tahun yang harus mulung setelah pulang mengajar.

Miris rasanya melihat hal tersebut no viral no justice tampaknya menjadi kata yang tepat dalam menggambarkan bagaimana pemerintah menangani kesejahteraan guru, tidak lama viralnya vidio yang beredar di berbagai platform sosial media komisi X DPR RI melakukan rapat peninjauan kembali struktur upah guru.

Namun sayangnya hal seperti ini bukan sekali dua kali terjadi, seolah memutar lagu lawas dari tahun ke tahun dari pilpres satu ke pilpres lainya, isu kesejahteraan guru tidak ada penyelesaian yang kongkrit, guru di Indonesia harus puas di gaji dengan kata mengabdi.

Belum habis guru menanggung penderitaan dari gaji yang jauh sekali dari kata sejahtera, guru malah di hadapkan dengan polemik dari tingkah peserta didik, banyak beredar sebuah vidio seorang guru hanya bisa terdiam ketika murid mereka tidur di kelas, berkelahi atau kenakalan-kenakalan lainya.

Bahkan tidak jarang banyak murid yang melawan terhadap guru, tapi mengapa guru hanya diam saja?, jelas ini penghinaan terhadap seorang guru, bukan tanpa alasan seorang guru enggan untuk menegur murid-muridnya .

Guru di hadapkan dengan kondisi yang sulit menjalankan tanggung jawab atau diam sebagai upaya untuk menghindari konflik dengan orangtua murid, dengan kondisi tersebut coba bayangkan betapa susahnya beban seorang guru yang mendapatkan tiga sebagai pendidik menjadi terbatasi tindakannya untuk mendidik.

Banyak kasus contoh guru yang menegur murid malah berakhir di pidanakan oleh orangtua murid, seperti pak Marsono seorang guru dari Wonosobo memisahkan murid yang sedang berkelahi, tapi berakhir di polisikan dan di tuntut uang 70 rupiah oleh orangtua murid dengan tuduhan telah memukul anaknya.

Contoh lainya Supriyani Guru SD di tahan dan diminta uang damai sebesar 50 juta akibat memarahin anak seorang polisi, itu hanya beberapa contoh potret miring tentang betapa terhinakan menjadi seorang guru.

Saat ini apapun tindakan yang dilakukan oleh seorang gurudalam bentuk upaya mengingatkan, mendisiplinkan siswa nakal tampaknya tindakan itu sudah di anggap tindakan kekerasan oleh orangtua murid, bahkan di label sebaiai perbuatan kriminal.

Bukankah hal ini membuktikan bahwa sangat kerdil posisi seorang guru, perubahan sikap masyarakat merupakan bukti nyata dalam mempertegas hinanya profesi seorang guru, jika memang terjadi disinformasi dari guru dengan peserta didik lebih baik orang tua selalu wali murid melakukan mediasi kepada pihak sekolah.

Hal ini jelas lebih menjaga Marwah seorang guru, alih-alih langsung menempuh jalur hukum, bukankah hubungan damai dapat di lakukan, seharusnya orangtua murid sadar tugas guru bulan sekedar menyampaikan sebuah materi melainkan juga membentuk karakter siswa menjadi pribadi yang baik dan bertanggung jawab.

Pendidikan merupakan usaha bersama dan melibatkan semua pihak baik itu guru, pihak sekolah, orangtua, pemerintah dan masyarakat maka semua harus faham akan job desk masing-masing jangan sampai pembengkokan logika membuat tindakan yang menghinakan bagi profesi guru.

Maka dari pada itu kita harus menjalankan peran kita masing-masing dalam membenahi citra guru bersama, jangan sampai degradasi citra guru yang kian eskrim di iringi dengan upah guru yang jauh dari kata sejahtera membuat profesi guru jadi hal tabuh untuk diminati.

Bisa di bayangkan apabila tidak ada lagi orang yang ingin menjadi guru, bisa di pastikan kemunduran knowledge anak bangsa, apabila SDM bangsa yang kian menurun dapat di pastikan pula kehancuran bagi bangsa tersebut tinggal hitungan waktu saja.

KataCyber adalah media siber yang menyediakan informasi terpercaya, aktual, dan akurat. Dikelola dengan baik demi tercapainya nilai-nilai jurnalistik murni. Ikuti Sosial Media Kami untuk berinteraksi