RESENSI BUKU: Prabowo dan Tantangan Penyelesaian Konflik Papua

RESENSI BUKU

Judul Buku

:

Prabowo dan Tantangan Penyelesaian Konflik Papua

Penulis

:

Dr. Socratez Yoman

Penerbit

:

Pustaka Larasan

Terbit

:

2024

Tebal

:

176 halaman

ISBN

:

978-623-8161-92-8

Menakar Kepemimpinan Prabowo dalam Isu-isu Papua

* Muhammad Irvan Mahmud Asia / Direktur Eksekutif PusatPengkajian Agraria & Sumber Daya Alam (PPASDA).

Konflik di tanah Papua yang tak berkesudahanmerupakan persoalan pelik. Bermula dari sejarah integrasimenjadi bagian dari NKRI berbagai persoalan konflik,ketimpangan pembangunan, pelanggaran HAM, hinggapendekatan militeristik telah menyatu dalam jalinan masalahyang kompleks.

Sejak kepemimpinan Sukarno hingga Joko Widodo, berbagai tokoh nasional dengan berbagai latar belakang telahmemainkan peran penting dalam menentukan arah kebijakannegara dalam penanganan konflik dan pendekatanpembangunan parsial di Papua. Kita tahu belum ada yang berhasil: konflik terus terjadi, pelanggaran HAM pada rakyatbiasa, serta pembangunan yang tidak merata dan eksklusif.

Dalam konteks inilah, buku yang ditulis Dr. SocratezYoman (2024) berjudul Prabowo dan Tantangan PenyelesaianKonflik Papua menjadi menarik untuk ditelaah secaramendalam dan memahami rangkaian peristiwa yang terekamdalam buku ini dan bagaimana sosok Presiden PrabowoSubianto, apakah menjadi bagian dari solusi atau tantangan itusendiri yang digambarkan dalam buku ini.

Socratez Yoman adalah seorang tokoh gereja danpembela HAM asal Papua yang dalam buku ini membukaberbagai tabir memilukan atas ketidakadilan yang dialamirakyat Papua selama puluh tahun. Sang gembala dengan fasihdan epik menjelaskan semua problem di Papua dengan bahasayang mudah dimengerti.

Langkah Baru

Ditengah euphoria atas pemerintahan baru RepublikIndonesia (RI) dibawah nahkoda Presiden Prabowo Subianto, ada yang bertanya-tanya mungkinkah mantan jenderalkopasus ini melakukan pendekatan militersitik seperti parapresiden pendahulunya (terkecuali era Presiden Gusdur) dalam penyelesaian berbagai persoalan di tanah Papua?Sebagian pihak terutama dari para aktivis dan/atau pegiatHAM, bahkan media melihat sosok Prabowo akan melakukanhal yang sama seperti pendahulunya bahkan dicurigai akanlebih brutal.

Dr. Socratez Yoman yang sangat vocal menyuarakanketidakadilan di tanah Papua melalui buku ini justrumenyuguhkan pembacaan berbeda dengan para pengkritikPrabowo. Meski dengan nada agak skeptis, ia melihatpemimpin sekelas Prabowo masih mungkin mengambilpendekatan yang lebih manusiawi dan adil terhadap Papua.

Socratez Yoman dengan kepala dingin dan optimismelihat Prabowo sebagai pemimpin dengan ide dan gagasanuntum menyelesaikan persoalan di Papua.

Ia meyakini Prabowo Subianto dengan keluhuran budidan karakter yang jujur dapat menyelesaikan akar konflikPapua Barat secara jujur, benar, adil dan bermartabat. Walaupun, keyakinan saya ini belum tentu benar dan belumtentu juga menjadi kenyataan. Namun demikian, ia jugaberusaha, karena Tuhan selalu memberkati dan membukajalan bagi setiap orang yang berjuang dengan tujuan-tujuanmulia untuk kehormatan martabat kemanusiaan (hal, 17).

Argumen penulis didasarkan pada pernyataan Prabowodalam debat Capres 2024 (baca hal, 3 buku ini) dimanaPrabowo mengatakan konflik di Papua menjadi rumit karenaada gerakan separatis atau ada campur tangan asing yang menginginkan Indonesia terpecah. Bahkan dalam pandanganPrabowo saat itu, kelompok separatis menyerang dan menerormasyarakat, perempuan, dan anak-anak. Untuk itu, memangini masalah HAM dan kita harus lindungi rakyat Papua.

Jadi pendekatan keamanan, penegakan hukum danpembangunan ekonomi  menjadi kata kunci pendekatanPresiden dalam menyelesaikan konflik di Papua. Bahkandalam pertemuannya dengan ormas keagamaanMuhammadiyah, Prabowo mempertegas bahwa ia akanmelakukan pendekatan hukum yang soft (halus), pendekatandengan penyelesaian yang damai (baca hal, 4).

Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua ini menilai Prabowo sebagai figur yang konsisten melihatPapua dalam bingkai integritas teritorial dan stabilitasnasional. Namun saat yang bersamaan, ketulusan Prabowodalam pendekatan humanis, dialogis bahkan membukapeluang memberikan mansesti kepada pihak yang terlibatdalam kondlik di Papua menjadi angina segar dalam upayapenghormatan terhadap HAM rakyat Papua.

Salah satu kekuatan buku ini adalah upayamenyandingkan antara profil dan latar belakang Prabowosebagai mantan jenderal dengan realitas kontemporer Papua yang menuntut pendekatan baru sebagaimana dikatakan sang Gembala di hal 18 “Kita harus membangun jembatan baru dankalau sudah ada jembatan lama, jangan kita bakarjembatannya, tapi kita merawat itu supaya kita bisamelewatinya sehingga tetap menjadi penghubung danbertemu, sehingga bisa mulai berkomunikasi danmembicarakan masalah yang ada”.

Dalam konteks inilah, penulis mengungkapkan bahwakita harus memulai dengan paradigma, perspektif dan persepsibaru dalam melihat konflik Papua Barat yang sudah ataumenahun. Apabila kita ingin membangun dialog, baik rakyatPapua dengan Pemerintah Indonesia, kita harus berusahamelawan dalam diri kita yaitu sifat, watak, hati yang berpura-pura, munafik, perasaan sakit hati, benci, dendam kepadapihak-pihak yang lain yang berupaya dan berjuangmenyelesaikab akar konflik Papua ini. Kita harusmendudukannya dalam suatu motivasi yang benar, murni, jujur dan terbuka. Karena kita bicarakan dan putuskan tentangnasib dan masa depan manusia, terutama rakyat dan bangsaPapua Barat. (hal 20)

Keunggulan buku ini terletak pada keberanian dankonsistensi penulis dalam menyuarakan kebenaran dari sudutpandang orang Papua. Gaya bahasanya lugas, penuh emosi, namun tetap mengedepankan argumen berbasis pengalamandan fakta lapangan. Buku ini juga penting karena ditulis daridalam Papua, oleh orang Papua, yang mengalami langsungdampak dari pendekatan kekuatan militer yang selamapuluhan tahun dijalankan negara.

Meski demikian, buku ini memiliki keterbatasan.Penjelasan mengenai sisi sosial budaya dan harapan analisisyang lebih mendalam terhadap struktur kekuasaan pusat, atauopsi-opsi konkret penyelesaian damai yang bisadinegosiasikan masih kurang. Namun justru di situlahkekuatan buku inimenyuarakan hati nurani, bukan hanyaangka dan strategi. Selain itu, buku ini cenderungmemusatkan perhatian pada kebijakan pusat tanpa cukupmengkritisi struktur birokrasi lokal dan dinamika elite Papua sendiri.

Pada akhirnya, buku ini adalah bacaan yang mengajakkita berpikir ulang tentang bagaimana negara memandangPapua seperti harapan penulis (lihat hal, 17) “Melalui buku-buku tentang fakta-fakta sejarah yang telah saya tulis, berharap bisa menjadi bekal dan gambaran bagi PrabowoSubianto sebagai presiden untuk bisa melihat dan memahamiakar konflik Papua dengan persepsi dan berspektif berbasisdata, kajian ilmiah, yang obyektif, benar, jujur dan adil.

Papua bukan sekedar wilayah teritori yang harusdiamankan, tetapi rumah bagi jutaan warga negara yang mendambakan keadilan dan penghormatan atas martabatmereka. Buku ini relevan dan penting dibaca oleh pengambilkebijakan, aktivis HAM, akademisi, insan media, pemuda danmasyarakat umum yang ingin memahami ulang persoalanPapua.

KataCyber adalah media siber yang menyediakan informasi terpercaya, aktual, dan akurat. Dikelola dengan baik demi tercapainya nilai-nilai jurnalistik murni. Ikuti Sosial Media Kami untuk berinteraksi