Oleh: Dwi Setiawan
Founder dan Pimpinan Redaksi Media Katacyber.com
“Air berkumpul dengan air, minyak berkumpul dengan minyak. Setiap orang berkumpul dengan jenis dan wataknya.”
Begitulah kira-kira pepatah yang disampaikan oleh tokoh yang dijuluki sebagai Bapak Republik Indonesia ini, Tan Malaka.
Sadar atau tidak sadar, alam memang selalu punya cara kerjanya sendiri. Alam semesta seperti memiliki sistem yang berjalan otomatis dan tanpa kita sadari sistem tersebut selalu berjalan berulang, seperti aturan (hukum). Entah itu memang dibentuk ataupun terbentuk. Namun yang pasti keadaan inilah yang biasa kita sebut dengan “hukum alam”.
Ada sebuah hukum bernama hukum tarik-menarik, yang bekerja ibarat air dan minyak yang selalu mencari keseimbangan. Segala sesuatu di alam semesta ini seperti memiliki kecendrungan alami untuk mencari teman sejenisnya. Hukum ini sama mutlaknya dengan hukum gravitasi yang menempatkan pada posisi masing-masing, seperti halnya minyak dan air.
Kalau kita mencoba memahami lebih lanjut, hukum tarik menarik ini sebenarnya juga berlaku kepada manusia. Entah mengapa melalui kesamaan persepsi, tanpa kita sadari orang yang kaya dan sukses akan selalu mencari kawan dari sejenisnya, begitupun yang miskin. Seorang pembisnis akan berinteraksi dengan pembisnis lainnya, seorang yang berpendidikan tinggi akan lebih nyaman berkomunikasi dengan orang yang berpendidikan juga. Kecendrungan ini sangat alamiah, seperti air yang selalu mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah.
Memang tidak bisa dibantah bahwa ketertarikan selalu muncul atas dasar kesamaan persepsi. Jika benar manusia selalu mencari kawan yang mempunyai idealisme yang sama dan pikiran yang selaras dengan mereka sendiri. Tentu ini menunjukan bahwa sangat penting untuk mengendalikan atau mengarahkan pikiran dan idealisme tersebut menjadi “magnet” di otak kita agar sesuai keinginan diri, sehingga dapat menjadi alat penarik orang lain yang serupa dengan diri kita.
Secara kodrat nya manusia memang memiliki takdir nya masing-masing. Hal nya seperti kita yang dilahirkan secara fisik melalui orang tua, sehingga sebagian besar wujud fisik seperti ukuran tubuh, warna rambut, warna kulit dan kecendrungan lainnya terwarisi dari orang tua. Kualitas warisan fisik tersebut lah yang pada umumnya tak akan bisa lagi dirubah secara materi.
Namun warisan fisik sangat berbeda dengan warisan sosial yang dapat dikembangkan dan diikhtiarkan melalui pikiran. Pengembangan diri pada kemampuan otak dalam menghasilkan pikiran yang dapat di upgrade sesuai dengan keinginan kita. Gagasan-gagasan baru dapat di tempatkan untuk mengganti pikiran yang lama, kebenaran dapat menggantikan kepalsuan. Sehingga bisa jadi tubuh yang kecil dan lemah juga dapat mempunyai pikiran yang besar, tergantung bagaimana kita membentuk dan mengarahkan pikiran. Begitupun sebaliknya, bisa jadi orang yang punya tubuh kuat justru memiliki pikiran yang lemah dan mati melalui cara serupa.
Bagaimana pun pikiran manusia itu ibarat tanah subur, hasil panennya tergantung dari kualitas bibit dan pupuk yang kita beri. Namun ingat pikiran juga memiliki sisi alamiah seperti magnet, ada sisi positif maupun negatif. Keduanya tentu menjadi faktor penting untuk melakukan perubahan. Manusia memiliki kemampuan untuk menciptakan dan meningkatkan kualitas pada karakter dirinya sendiri melalui proses penanaman pikiran (sugesti) maupun kebiasaan yang berulang.
Pikiran manusia adalah instrumen yang dapat mengendalikan dan mengarahkan tubuh, untuk menghadapi perubahan. Setiap orang punya kesempatan melakukan perubahan dan menjadi lebih baik, tentu dengan menanamkan nutrisi yang baik bagi pikiran. Sehingga dapat berimplikasi pada tindakan-tindakan dan menciptakan kualitas diri yang lebih baik pula.
Maka sangat penting untuk menjaga konsumsi pikiran, karna kondisi tubuh dan lingkungan luar kita tergantung bagaimana kita mengarahkan pikiran. Hal nya saat kita sedang menempuh pendidikan, kualitas-kualitas konsumsi pada bidang tertentu yang ditanamkan pada pikiran dan kebiasaan akan mengupgrade kita menjadi ahli di bidangnya. Sama ketika seorang penulis menghasilkan karya tulis nya. Kebiasaan penulis mengonsumsi bacaan-bacaan sebagai nutrisi pikiran sangat mempengaruhi kualitas karya tulis terbaik yang dihasilkan.
Penulis percaya bahwa bagaimana hidup ini entah itu kebahagiaan, kesuksesan, mimpi maupun harapan. Kualitas-kualitas tersebut selalu dimulai dari perubahan dalam diri, dan itu semua muncul dari buah pikiran yang berkualitas dan menghasilkan tindakan. Jadi setiap pilihan itu sebenarnya ada pada genggaman tangan kita sendiri dan bagaimana kita konsisten menjalankannya.
Leave a Review