Oleh : Hasyim Kh
Pimpinan SKM Cabang Sumenep dan Direktur Lembaga Hukum Gagas Nusantara
Pemuda memiliki peran strategis untuk mengawal setiap kebijakan pemerintah, baik legislatif, maupun eksekutif. Serta mengawal setiap keputusan dari yudikatif. Karena pemuda memiliki sikap kritis yang sudah menjadi tuntunan luhur dari awal kemerdekaan bangsa Indonesia, lagipula pemuda merupakan pemilik masa depan.
Kekayaan intelektual pemuda pasca kemerdekaan digunakan untuk mengkritik pemerintah jika ada yang tidak sesuai dengan etika kehidupan berbangsa merupakan wujud chek and balance, dan itu merupakan ciri sejati dari pemuda. Ciri khas lainnya adalah pemahaman terhadap politik menjadikan pemuda zaman dulu melahirkan banyak karya untuk dan demi pemuda era sekarang.
Namun, kenyataannya sebagian pemuda era sekarang dengan adanya keterbukaan informasi masih belum cukup membuat pemahaman pemuda terhadap politik matang, bahkan mirisnya pemuda yang mengenyam pendidikan sekolah tinggi di Universitas acuh tak acuh terhadap perkembangan bangsa yang dipengaruhi oleh politik. Padahal politik merupakan suatu proses pembagian wewenang, serta jalan untuk memutuskan kebijakan apa yang akan dikeluarkan oleh pemerintah guna mendistribusikan keadilan.
Pemuda era sekarang gagal faham bahwa setiap keputusan politik memiliki efek terhadap pertumbuhan ekonomi, kesenjangan sosial, keutuhan budaya dan lemahnya supremasi hukum. Pemuda buta politik hanya terpengaruh pada simbolis semata, misalnya dibilang pintar ketika menyebut suatu istilah tanpa mempertanyakan dan mencari konsep apa yang hendak ditawarkan, tidak memahami tujuan serta bekerjanya kelembagaan negara sesuai dengan tugas pokok dan fungsi nya.
Pemuda yang buta terhadap politik hanya memberi beban pada bangsa ini, yang digadang-gadang akan menuju Indonesia emas 2045. Mimpi menuju Indonesia jika pemudanya tidak faham terhadap politik, apalagi dalam hal pemilu seperti sekarang. Seharusnya pemuda mengeluarkan sikap kritis nya, memahami konsep apa yang ditawarkan oleh setiap calon untuk membawa bangsa dan negara ke depan.
Tahun 2045 Menuju Indonesia emas bagaikan angin segar yang jadi harapan bagi semua kalangan, termasuk pemuda era sekarang. Tapi bagaimana jika pemahaman pemudanya hanya terletak pada hal-hal receh, tidak melihat dan mengkaji visi yang jauh ke depan, bahkan sebagian pemuda terjebak pada buaian manis seperti makan gratis, makan gratis perlu di amati apakah masuk dalam konsep pembangunan bangsa dan negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kondisi bangsa dan negara bisa dilihat dari berjalannya kelembagaan negara, kelembagaan negara tidak mencerminkan pemerintahan yang baik. Sedangkan kondisi politik hari ini bisa dilihat dari pemahaman pemudanya, jika politik hari ini tidak memberikan pendidikan itu sebuah cerminan bahwa peran strategis pemuda hampir lenyap. Menuju Indonesia emas 2045 hanya merupakan mimpi pemuda buta politik.
Leave a Review