Oleh Apriadi Rama Putra
Apakah pemerintah Aceh Tenggara tidak serius membahas tentang bagaimana memberantas narkoba dikalangan generasi muda saat ini? Atau jangan-jangan pemerintah Aceh Tenggara sendiri tidak peduli akan hal ini? Penyakit yang paling fatal merusak generasi muda saat ini. Seperti Dilansir dari halaman (gayo.tribunnews.com/2024/01/31) terkait pesta dugem pakai narkoba Polisi amankan 7 wanita dan 2 pria di Aceh Tenggara. Beberapa hari yang lalu, kita bisa lihat bahwasanya rata-rata dari tersangka di halaman berita tersebut ialah umur di angka yang sangat-sangat relatif muda, di antaranya 25 sampai dengan 30-an.
Siapa dalang dibalik semua ini? Yang ingin disampaikan adalah kapan kegiatan yang merusak mental generasi muda ini terus berkembang di Aceh Tenggara? Mengapa ini terus-terusan terjadi? Dimana letak kesalahannya? Bagaimana sikap Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (FORKOPIMDA) Aceh Tenggara Terlebih lagi sikap Kapolres dan Dandim menanggapi hal ini?
Sampai saat ini yang masih menjadi misteri dikalangan generasi muda Aceh Tenggara yang mengerti dampak buruk dari narkoba tersebut adalah kenapa bandar dan sekaligus pemasoknyanya jarang sekali tercium bahkan hampir tidak ada wujudnya? Apa karena sudah ada setoran atau kompromi di belakang layar atau bagaimana? Mudah-mudahan asumsi saya terkait itu salah. Bukannya Seperti yang pernah di dilakukan Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gusdur “Membakar tikus yang menguasai lumbung”
Namun kita buka lagi di halaman selanjutnya, bukannya tujuan terbentuknya Bhabinkamtibmas atau pengemban Polmas (Polisi Masyarakat) di Desa atau Kelurahan, dan mempunyai fungsi sebagai melaksanakan kunjungan/sambang kepada masyarakat untuk mendengarkan keluhan warga masyarakat tentang permasalahan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas) dan memberikan penjelasan serta penyelesaiannya dan tujuan terbentuknya Babinsa (Bintara Pembinaan Desa) adalah Memberikan penyuluhan kesadaran bela negara. Memberikan penyuluhan pembangunan masyarakat desa di bidang Pertahanan dan Keamanan Negara (Hankamneg). Melakukan pengawasan fasilitas/prasarana Pertahanan dan Keamanan (Hankam) di pedesaan/ kelurahan. Memberikan laporan tentang kondisi sosial di pedesaan secara berkala.
Tapi sejauh ini bahkan saya sendiri sama sekali tidak tahu-menahu tentang dan siapa Bhabinkamtibmas dan Babinsa di desa saya, atau kita bisa croos check berapa banyak pemuda-pemudi desa yang kenal dengan Bhabinkamtibmas dan Babinsa di desa mereka masing-masing di Aceh Tenggara. apa karena kami semua seorang yang mempunyai sifat introvert, saya rasa tidak. Tapi ntahlah.
Pertanyaan yang lebih mendasar lagi apa kami sebagai pemuda-pemudi desa yang harus memperkenalkan diri atau mencari tau siapa Bhabinkamtibmas dan Babinsa di desa kami atau sebaliknya?
Langsung saja ke point permasalahannya, yang ingin disampaikan dalam kajian ini adalah bagaimana agar kami pemuda-pemudi desa bisa lebih mengenal lagi siapa Bhabinkamtibmas dan Babinsa dan kami ketahui, lebih jelasnya apa program dari Polres maupun Kodim Aceh Tenggara untuk meningkatkan kualitas pemuda-pemudi desa agar jauh atau tidak terjerus dalam penyalahgunaan narkotika.
Solusinya adalah melibatkan generasi muda dengan program dan kegiatan positif yang mungkin bisa menjadi rencana ke depan untuk Polres dan Kodim Aceh Tenggara agar lebih bisa menciptaka program untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM), khususnya untuk kalangan generasi muda Aceh Tenggara. Anggap saja generasi muda sebagai mitra kritis atau mungkin sebagai anak dari ibu atau bapak Bhabinkamtibmas dan Babinsa. Saya pikir, ketika hal ini dijalankan sebagaimana mestinya 80% dari 100% dari pemuda-pemudi Aceh Tenggara tidak akan terseret atau terjerumus mencicipi barang haram tersebut. Setidaknya lahir pemuda-pemudi yang bisa menyadarkan rekan-rekan lainnya.
Memang, menumbuhkan kesadaran terkait penyalahgunaan narkoba di kalangan masyarakat dan generasi muda saat ini sungguh besar tantangannya, terlebih lagi Forkopimda Aceh Tenggara lebih harus berusaha keras lagi akan hal ini. Yang jelas, api semangat mencerdaskan kehidupan bangsa tidak boleh padam, terlebih lagi padam di masa kini, akibat ulah oknum elit politik yang sengaja menanam bibit kebodohkan di Tanoh Alas Bumi Sepakat Segenep ini. memori generasi mudanya yang kosong dan dirancang untuk terus terjebak diri di jalan kesenangan partisan yang sifatnya hanya sesaat.
Terakhir, saya sendiri menyakini masih banyak di antara banyaknya oknum yang duduk di singgasana Aceh Tenggara yang masih memikirkan dan peduli terhadap generasi muda dan regenerasi secara akal sehat untuk Aceh Tenggara saat ini dan masa depan. Untuk itu, (kami) generasi muda Aceh Tenggara siap menjadi mitra terdepan dalam meberantas narkoba di Aceh Tenggara meskipun barangkali pemerintah Aceh Tenggara sendiri sebagai dalangnya.
Leave a Review