Oleh : Maulana
Mahasiswa Konsentrasi Pemikiran Dalam Islam Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh
Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa Aceh adalahprovinsi terbarat dari Indonesia berada di paling ujung PulauSumatera. Daerah yang memiliki aset besar bagi tumbuhkembangnya republik menjadi salah satu penyumbangterbesar berdirinya negara kesatuan. Kekayaan Aceh tak perludiragukan lagi, masyarakat yang hidup didalamnya begitudamai dan sentosa tanpa perpecahan, semuanya bersatu–padusaling menguatkan satu sama lain, benar adanya slogan “Aceh Bansa Teuleubeh”.
Kebanyakan kita ketika mendengar nama Aceh disebutterbayang sudah kalau dikawasan ini Syari’at Islam menjadisalah satu hukum yang legal dijalankan oleh pemerintahbersama rakyat Aceh. Tidak buruk, tetapi kita mengakuibahwa kompleksitas permasalahan di Bumoe Aceh ini patutmenjadi keresahan kita bersama khususnya sebagai wargaAceh. Beberapa hari yang lalu kita semua sempatmendapatkan kabar kalau di Aceh masih ada orang yang korup, masih ada pemuka agama yang belum totalitasberagama, masih ada politisi yang sibuk dengan balihopemenangan, masih banyak anak-anak Aceh yang lupadengan sejarah dan permasalahan lainnya.
Dari semua problema tersebut bukanlah untuk kita sangsikandengan tanpa aksi penyelesaian. Kita mengerti pemerintahhari ini sedang mengupayakan perubahan dan perbaikan, dengan dukungan kita semua semoga terwujud sebagaimanaharapan rakyat pada umumnya. Tetapi disini saya melihatbahwa tahun-tahun politik ini sedang hangat-hangatnyapembicaraan tentang politik yang dimana beberapa harikedepan kita akan memasuki tahun pemilihan pemimpin dan wakil rakyat menuju parlemen yang akan mewakilimasyarakat untuk memperjuangkan aspirasi.
Saya jadi percaya kalau para pemimpin yang kita pilihnantinya amanah dalam bekerja sebagaimana pengutaraanjanji-janjinya maka Aceh akan menemukan gerbangkeberhasilan pembangunan dan kesejahteraan. Namunmasalahnya adalah berapa presentase dari orang–orang terpilihitu dalam maksud saya politisi yang bekerja dengan baikadalah yang paling layak dipilih.
Sebelum kita melaju lebih jauh, baiknya ada sedikit waktuuntuk melakukan refleksi mendalam dan bersama akanbagaimana wajah politik Aceh hari ini. Politik adalah bagianyang tidak bisa dipisahkan dari manusia berakal budi, setiaphari manusia melakukan aksi–aksi politis dalam menjalanikehidupan, hanya saja sadar atau tidak kita melakukannya. Politik bukan satu diksi kotor yang tanpa makna, menuruthemat saya politik adalah jalan terbaik untuk menjunjungtinggi martabat manusia.
Fenomena yang tidak baru lain pun terjadi, diantaranya sepertibanyak politisi yang berjanji namun tidak ditepati, politisiyang katanya berjuang demi rakyat tapi nyatanya demikepentingan pribadi, hal ini miris. Belum lagi kelicikandidalam politik sering kali terjadi, cara politisibergentayangan kesana kemari mencari penghidupan melaluipengesahan dikebijakan. Baru saja kita mendengar di media ada kalimat yang menggema “Oleh karena saya tidakberkuasa, maka tidak jalan saya punya usaha, bangkrutkarena kebijakan itu disahkan bukan atas kepentingan saya”, kalimat ini membuat kita masyarakat bawah bisa menilaikalau mereka yang terpilih mewakili kita tidak semuanyabenar–benar ingin memperjuangkan aspirasi darimasyarakatnya namun sebatas tercapai kepentingannya saja.
Jadi, kesimpulan sementara saya bahwa bukan politik yang kotar justru orang-orang yang menjalankan politiklah yang takbermoral. Moralitas pemimpin sangat penting karena tanpastandar moral yang dijalankan dalam politik dipastikanmereka akan menjadi Politisi Burong Tujoh dikemudian hariyang saban hari kerjaannya membohongi, menakuti, menggertak, dan atau bahkan sewaktu-waktu tega menyiksarakyatnya.
Dalam mitologi Aceh, Burong Tujoh digambarkan selalumengerikan dengan mengenakan gamis panjang dan berwajahlayaknya hantu-hantu di film horror, saya membayangkannyaseperti kuntilanak yang lain sama sekali. Burong Tujoh adalahsebuah istilah horor dengan tanda kecemasan dan ketakutanjika sampai berhadapan dengannya, bahkan katanya diamemiliki gerombolan berkawanan sampai tujuh burongsebagaimana istilahnya Tujoh.
Secara etimologi burong dalam bahasa Indonesia adalahburung; yang bisa terbang dan memilki sayap, yang dalambahasa Aceh burung ini memiliki beragam makna dantaranyaCicem dan Burong. Istilah Cicem sering dinisbatkan kepadaburung pada umumnya yang bersayap dan terbang sebagaimana burung pada umumnya. Sedangkan Burongsering dialamatkan kepada kepribadian setara hantu yang takbertuan berjalan dimalam gelap sering betengger dipohonbesar hingga mengusili orang sesukanya. Adapun Tujoh dalambahasa Indonesia adalah Tujuh; angka 7.
Secara terminilogi, Burong Tujoh adalah gerombolan hantuyang hidupnya gentayangan keluar dimalam hari lalu pulangdisubuh hari setelah menjajaki bumi mengganggu orang-orang tak bersalah. Bisa menjaili orang tua, muda, kecil, bayi, ataubahkan orang hamil sekalipun, sungguh mengerikan bukan. Burong Tujoh ada ditempat-tempat tertentu karena tidaksemua orang mampu mendeteksinya ada, kecuali Paranormal, Tengku Caröng, Dukon, atau Ureung Meurajah handal. Mereka punya cara unik tersendiri untuk bisa mengetahuikeberadaan mereka.
Tetapi ada satu keanehan yang sebagai Ureung Aceh mungkinkita bertanya-tanya “Kenapa sampai hari ini Burong Tujohini masih terus menjadi misteri dari generasi ke generasiberikutnya tanpa ada seikat bukti?”. Selalu dibicarakannamun tak kunjung ada penampakan badan. Inilah misteri darijawaban lain yang bisa kita kaitkan dengan politik hari ini, apakah Burong Tujoh yang kita cari itu telah bertranformasikedalam partikel-partikel politik?, sebuah pembahasan yang menarik untuk ditelisik.
Saya tidak bermaksud menggabarkan seorang politisilayaknya Burong Tujoh, tetapi saya memiliki inisiatif untukmendeteksi sekaligus menelusuri apakah dalam politik Aceh ada politisi yang berpendirian layaknya Burong Tujoh?.
Bagi saya politisi itu mulia karena berperan sebagaipenyambung lidah rakyat, sebagai orang yang diamanahi lalumenyelesaikan amanahnya. Namun yang saya ragukan adalahbagaimana jika ada seorang politisi yang punya banyak janjikemudian mengkhianati orang mengamanahi jabatan yang terhormat kepadanya untuk lima tahunan.
Disnilah lanskap politik menjadi buruk disebabkan oleh karakter mereka tak terpercaya maka lahirlah politisi-politisiberakal burong, bagaimana tidak?, uang rakyat dibawa lari, kebijakan yang disahkan sembunyi–sembunyi, karena merekakita rakyat pontesial dibohongi. Politisi ini bergentayanganlayaknya burong dimalam hari yang menempel dirumah-rumah warga dengan sedikit usil menakut–nakuti agar merekamemilihnya. Politisi berakal burong ini akan terus hidupdalam gerilyanya berlari kesana-kemari, masuk tanpa izinkeluar via ventilasi begitu tidak bermoralnya mereka, tapiberuntung kita bisa mendeteksi keberadaannya sesekali.
Mereka menjelma menjadi seseorang yang baik saat pemilutiba dengan memberikan bantuan seadanya kepada rakyat agar mengasihaninya kalau mereka benar-benar bersamarakyat sebagaimana yang tampak saat itu, tiba-tiba memintadidukung tapi ketika terpilih rakyat hanya menerima kabargentanyangan dari mereka, setelah terpilih jangankan untukmenyambagi desa tempat lumbung suaranya dulu, sebatasuntuk peduli aja dipastikan tidak akan lagi ada, inilah yang saya maksud dengan Politisi Burong Tujoh.
Langkah-langakah jahat yang dijajaki oleh Politisi BurongTujoh ini mengingatkan kita akan bahaya besar jika kita salah dalam memberikan amanah dipemilu nanti, bisa jadi kalaukita salah mengutus maka rakyat akan digentayangin selamadia memimpin, atau bahkan bangsa ini akan diperjual–belidisaat kita terlelap dimalam hari, sebuah malapetaka yang sangat tidak kita harapkan.
Untuk itu rakyat memerlukan cara terbaik untuk mendeteksiapakah mereka benar-benar politisi baik atau Siluman PolitisiBurong Tujoh, dua hal yang berbeda namun hampir sama.Sebagai masyarakat yang cerdas, masyarakat harus menjadiTengku Caröng agar bisa menerawang dengan pasti apakahdia seorang politisi tersebut berjubahkan Burong Tujoh atautidak, masyarakat harus menjadi Detektif Caröng agar tidakdibohongi oleh janji–janji manis politisi Burong ini dan sempurnanya kita semua masyarakat Aceh harus menjadiTeungku Rajah Caröng agar kiranya bisa merukyah PolitisiAkal Burong ini supaya tidak kebablasan mengganggu dan merasuki banyak warga Aceh.
Leave a Review