Makna Merdeka dan Kaitannya dengan Mahasiswa

Zahwa Agustina Ardianto
Kader HMI Komisariat Universitas Bangka Belitung

Pada dasarnya, manusia adalah makhluk (ciptaan/hamba) yang mencintai kemerdekaan/kebebasan. Namun berbicara kebebasan, idealnya seorang makhluk ialah tidak bebas.  Manusia tidak akan bisa merdeka seutuhnya, karena ia memiliki aturan-aturan Tuhan/Allah SWT yang harus ditaati selayaknya seorang makhluk Tuhan.

Kemerdekaan/kebebasan dan kekuasaan yang absolut hanya milik Allah SWT. sebagaimana sifat sifat Ketuhanan. Hanya Dia yang maha berkehendak, berkehendak menciptakan apapun termasuk berkehendak memerintahkan hamba-hambanya.

Saat ini kita memasuki bulan Ramadhan, bulan suci bagi umat Islam, dimana dibulan ini diturunkannya
risalah Al-Qur’an kepada utusannya yang terpilih, yakni Nabi Muhammad Saw, Allah ta’ala berfirman :

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu yang hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu. Dan barangsiapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain dst.” (QS. Al-Baqarah [2]: 185).

Sebagai seorang mahasiswa muslim hendaknya kita menjalankan ibadah puasa (dibulan Ramadhan),
berpuasa dengan kesadaran diri. Sadar bahwa kita hidup di dunia tidak selamanya, dan hidup yang kekal adalah diakhirat kelak. Kita hidup di dunia adalah salah satu tahapan untuk hidup yang abadi, maka amal sholeh (sebagai bekal) dalam hal ini puasa dibulan Ramadhan adalah satu diantara yang lain.

Puasa adalah salah satu dari rukun Islam dan puasa memiliki arti menahan. Menahan dari dorongan untuk menuruti keinginan-keinginan semu yang tiada habisnya, karena sifat manusia adalah serakah/tidak pernah puas.

Dalam konteks mahasiswa, apabila kita berpuasa kita dituntut untuk menahan keinginan/dorongan kesenangan yang bersifat sementara, seperti makan makanan yang banyak, minum yang banyak, ataupun bersantai sehingga tidak produktif (belajar/berkarya). Dan apabila kita selami lebih dalam, saat berpuasa kita juga diharuskan untuk menahan segala kebiasaan-kebiasaan buruk, seperti berkata kasar, kotor, menjelekkan orang lain atau menzolimi sesama teman/orang (perbuatan).

Dan apalagi kita sebagai seorang Tholabul Ilmi (pencari ilmu), sudah sepantasnya kita merdeka dari hal-hal yang semacam itu. Tidak hanya di bulan Ramadhan saja, tetapi di bulan-bulan yang lain. Para cendikiawan muslim zaman dulu, dalam proses mencari/menuntut ilmu pengetahuan, sangat menjaga didalam berperilaku dan kebiasaan.

Seperti kisah Syekh Abdul Qodir AL-Jailani yang membiasakan diri dengan berpuasa, kisah Imam Bukhari yang mencari 1 (satu) Riwayat Hadist sampai berkilo-kilo meter atau kisah Syaikhona Kholil Al-Bangkalani yang menjaga adab saat akan membuang hajat waktu belajar di tanah haram dan masih banyak lagi. Mereka merdeka dari berkata kotor, menggunjing, niat jahat, banyak makan, minum ataupun tidur. Maka tidak heran mereka menjadi maha guru dan manusia yang paripurna (Berpengetahuan luas dan berperilaku luhur)
serta menjadi pengayom bagi masyarakatnya.
Ya meskipun saat iniperubahan zaman dan kultur sosial yang terus berkembang semakin pesat, ditambah pengaruh budaya asing yangnegatif mulai masuk ke Nusantara tidak menjadikan kita pesimis untuk kembali sebagai seorang pencari ilmu yang baik, dan merdeka dari perilaku atau kebiasaan yang buruk.

Kita (Mahasiswa) harus sadar bahwa kita tidak akan bisa mencapai kebebasansejati, karena kita diciptakan sebagai makhluk. Tugas makhluk adalah mengabdikan diri kepada Tuhannya, tidak lebih dari itu. Maka perjuangan kita tidaklah mencapai kebebasan yang tiada batas, karena itu tidak mungkin, yang benar ialah kesadaran dalam perjuangan bagaimana kita mencapai titik merdeka dari kebiasaan yang buruk dan perilaku yang tercela sebagai makhluk dan juga sebagai seorang mahasiswa (penuntut ilmu), baik ketika dibulan Ramadhan maupun diluar bulan Ramadhan, meskipun tidak mudah.

(Dibuat saat masih bulan Ramadhan)

KataCyber adalah media siber yang menyediakan informasi terpercaya, aktual, dan akurat. Dikelola dengan baik demi tercapainya nilai-nilai jurnalistik murni. Ikuti Sosial Media Kami untuk berinteraksi