Oleh Syarifuddin Abe
Apakah anda tidak mau memiliki rasa humor? Apa yang anda takutkan apabila anda juga memiliki rasa humor? Apa yang dimaksud dengan gaya humor? Kenapa setiap kita mesti memiliki gaya humor? Apakah gaya humor yang anda miliki akan mematikan pandangan orang terhadap anda? Apakah anda takut dianggap tidak serius dan dewasa hanya karena anda memiliki gaya humor? Apa yang menyulitkan diri anda, hanya karena anda dianggap banyak humornya?
Bagi seseorang, memiliki gaya humor (humor style) itu rahmat dan anugerah. Tidak semua orang memiliki gaya humor dalam hidupnya. Bahkan tidak semua orang tahu, apa itu humor sebenarnya? Masak ada orang, sepanjang hidupnya sama sekali tidak pernah bersentuhan dengan humor. Semua orang yang memiliki gaya humor pasti disukai orang, walau ada anggapan orang yang memiliki gaya humor dianggap tidak serius. Gaya humor adalah suatu reaksi atau sikap menggunakan lelucon dalam keseharian seseorang. Yang menganggap orang yang memiliki gaya humor tidak serius adalah orang-orang yang memiliki sisi gelap dalam hidupnya, mereka takut bersentuhan dengan humor hanya karena mereka hidup dalam kekakuan. Dari sisi humor, orang yang hidup penuh kaku adalah orang-orang yang kehidupannya penuh kesempitan, tidak berkembang, wajahnya susah selalu. Apa guna banyak harta, dengan harta anda tidak mampu tersenyum dan tertawa. Apa guna banyak amalnya (menurut anggapan anda sendiri ya?) kalau hidup anda tegang dan memikirkan neraka melulu?
Anda akan menjadi aneh dalam hidup anda, ketika anda berpikir humor telah mencekik hidup anda, humor telah menelantarkan hidup anda, padahal humor selalu membantu anda untuk hidup dalam keluasan kebahagiaan. Humor itu, tak ada bedanya dengan piknik yang anda sering lakukan di akhir pekan. Orang yang memiliki gaya humor dalam hidupnya pasti orang yang bahagia, orang bahagia adalah orang yang hidupnya gembira melulu. Bagaimana anda bisa tersenyum dan tertawa kalau anda tidak bahagian dan gembira. Humor tidak pernah mengenal istilah senyum atau tertawa palsu. Di luar humor, seperti politik, keamanan, budaya dan lain sebagainya, ada bersentuhan dengan hal-hal yang palsu, misalnya janji palsu, hidup penuh kepalsuan.
Makanya tidak perlu takut dengan humor, bagi yang merasa banyak harta, biarkan mereka hidup dalam menikmati berkelimpahan dan bergelimang harta. Bagi kita yang hidup penuh humor, telah menemukan makna hidup secara hakiki, biarkan dalam bergelimangnya humor, yang penting happy. Biarkan kebahagiaan orang diukur dengan emas dan harta, biarkan orang bingung melihat kita karena kita merasa bahagia dengan gelimang humor. Harta seseorang dapat diukur banyaknya, humor yang kita miliki siapa yang mampu mengukurnya. Harta boleh dihambur-hamburkan, ujung-ujungnya stress karena kehabisan harta. Biarkan kita menghambur-hamburkan humor, nantinya orang yang kehabisan harta mencari kita hanya ingin mendengar dan menyaksikan kita menghambur-hamburkan humor. Kita akan tersenyum dan tertawa dalam kebahagiaan dan mereka akan tersenyum dan tertawa dalam kepalsuan hidupnya.
Orang memang suka yang aneh-aneh dan orang kadang cenderung berbuat yang aneh-aneh. Yang aneh-aneh biasanya menjadi mudah untuk diingat. Dalam masyarakat Aceh khususnya, yang aneh pada diri seseorang itu sering menjadi tanda bagi seseorang, yang aneh itu menjadi ciri pada seseorang, menjadi mudah diingat bahkan tidak jarang yang aneh itulah menjadi nama sematan dan panggilan seseorang. Yang aneh itu boleh macam-macam, karena kelakuannya, karena kebetulah ia melakukan sesuatu atau ada tanda sesuatu di tubuhnya. Berdasarkan kelakuan, misalnya seseorang yang sering menyebutkan kata ‘oh’, maka dipanggillah dia si ‘Amat oh’. Yang lain misalnya setiap jumpa seseorang suka mencolek orang, maka dipanggilah ia dengan ‘si Udin colek’, seperti di kampung saya, ada yang bernama Lukman, karena sering menyebut kata ‘goh’ maka dipanggil ‘Lukman goh’ dan sebagainya. Demikian juga orang yang berbeda sesuatu pada tubuhnya, misalnya ada tahi lalat di dahi yang menyerupai orang India, maka dipanggil ‘Bang Gani India’, makanya di Indonesia ada Didi Petet, karena matanya sipit atau petet. Ada Tukul Arwana, karena memiliki kumis seperti kumis lele. Ada Opi Kumis karena kumisnya dianggap besar, ada Darto helm karena kebetulan sebagian rambutnya rontok dan menyerupai helm dan sebagainya.
Setiap orang perlu memiliki ciri khasnya, selama ciri khasnya itu positif, untung-untung ciri khas itu membawa keberuntungan bagi seseorang. Orang capek-capek menggantikan namanya hanya karena dianggap nama yang baru itu mudah diingat, sudah menjadi panggilannya serta membawa hoki dalam hidupnya. Tidak semua ‘panggilan’ itu tidak baik sifatnya, selama orang itu suka dipanggil dengan nama yang aneh-aneh bukan menjadi masalah, apalagi kalau nama panggilan barunya itu dapat mendatangkan kebahagiaan dan mendatangkan rezeki berlimpah.
Humor tidak hanya berkaitan dengan senyum dan tawa. Humor yang baik menurut saya adalah yang apabila orang bersentuhan dengan humor, orang tidak langsung tertawa, melainkan berpikir dan merenung terlebih dahulu, setelah beberapa saat kemudian baru tersenyum lalu tertawa. Biasanya, tertawa seperti ini lama melekat, bukan hanya tersenyum dan tertawa sesaat. Humor harus sedapat mungkin memberikan sesuatu yang orang lain tidak menemukan, namun setelah mereka merenung dan berpikir mereka menemukan sesuatu itu. Orang bijak itu bukanlah yang minum tolak angin, orang bijak adalah yang mampu menemuka gaya humor pada dirinya. Banyak manfaat yang didapatkan dari humor itu, di antaranya mengenal diri sendiri melalui gaya humor.
Gaya humor itu sikap yang dimiliki oleh seseorang dalam menerapkan humor, sehingga orang dapat menerapkannya sesuai dengan keinginannya. Apakah untuk mengembangkan dirinya, sebagai cara berhubungan dengan orang lain, atau hanya sebagai alat untuk menyenangkan dirinya sendiri. Maka humor sebenarnya adalah sebagai alat cerminan karakter seseorang. Humor yang melekat pada diri seseorang menjadi ciri khas seseorang dalam berkomunikasi. Ketika gaya humor yang menjadi pilihannya maka itulah diri seseorang. Dalam penggunaannya, gaya humor dapat berubah dan itu sesuai kebutuhannya, bahkan boleh diubah secara sadar, hal ini dilakukan untuk memberi manfaat bagi seseorang dan orang lain.
Setidaknya ada empat gaya humor, sebagaimana dijelaskan Yasser Fikry dan Novrita Widiyastuti (2022) yang dicetuskan oleh Rod A. Martin yang dapat digunakan dan menjadi pedoman oleh siapa saja.
Affiliative Humor
Suka menceritakan sesuatu yang dianggap lucu, boleh berupa lelucon atau olok-olok tapi cerdas,diharapkan dapat menjadi penghibur orang lain, tertawa bersama-sama dan menjadi media dalam memperkuat hubungan satu sama lainnya. Gaya humor ini dapat digunakan untuk meningkatkan kekompakan kelompok dan membangun hubungan dengan orang lain. Gaya humor ini cenderung mengajak diri dan orang lain supaya bisa tertawa bersama-sama.
Gaya humor afiliatif digambarkan sebagai penggunaan humor dengan tujuan untuk menjadi lebih dekat dengan orang lain, meningkatkan suasana hati dengan menghibur orang lain. Tujuannya adalah menjadi lebih menarik dihadapan orang, yaitu menghibur mereka dengan menggunakan humor yang penuh kebajikan dan kebaikan serta penerimaan terhadap orang lain. Bentuk humor ini tidak hanya dapat mempererat persahabatan yang sudah ada, memudahkan orang dalam mencari teman baru, juga dapat membantu menyelesaikan konflik sosial di tengah komunitas dengan lebih mudah.
Self-enhancing Humor
Humor berguna untuk mengembangkan diri. Humor di sini digunakan untuk menghibur diri seseorang, mengurangi stress atau hal-hal lain yang membuatnya sumpek dan bosan dengan melakukan hal-hal yang lucu dan jenaka. Tidak hanya untuk mengurangi stress, melainkan juga sebagai sebuah mekanisme dalam mengatasi permasalahan dengan tetap berpandangan positif terhadap persoalan yang sedang dialami dan dihadapi.
Gaya humor ini lebih menonjolkan diri dan tidak berbahaya. Pengguna gaya ini lebih untuk mendukung dan memberdayakan diri sendiri dengan menggunakan humor sebagai sebuah strategi manajemen stres atau mekanisme pertahanan. Dengan cara ini, siapa saja dapat menjauhkan diri dari keadaan buruk dan mengatasi permasalahannya dengan cara menghadirkan sesuatu yang lucu tanpa meremehkan orang lain. Penggunaan humor yang meningkatkan diri ini, dapat dikaitkan dengan tingkat neurotisme yang lebih rendah, dapat membantu siapa saja dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi yang kunjung selesai. Jadi, humor ini mirip dengan gaya humor afiliatif, humor yang meningkatkan diri ke arah positif dengan kesehatan mental dan kesejahteraan diri sendiri.
Aggressive Humor
Humor pada posisi ini sebagai media untuk mengkritis seseorang dengan cara sarkasme, merendahkan, mengejek, menyerang, meremehkan, menghina serta mempermalukan orang lain. Kebanyakan, humor di sini digunakan oleh seseorang yang memiliki jabatan atau digunakan oleh orang yang merasa memiliki superioritas dalam rangka menegaskan posisinya, demikian juga dipakai oleh orang-orang di sebuah kantor untuk mengukuhkan dan meneguhkan posisinya di depan anak buah atau stafnya. Dalam beberapa situasi, gaya humor agresif cenderung merugikan, sebab tidak semua orang suka atau bersedia menjadi obyek tertawaan, apalagi di depan publik. Namun di sisi lain, agresif humor seringkali punya tingkat kelucuan yang lebih tinggi dibanding gaya humor lain dan lebih sering digunakan dengan orang-orang yang sudah sangat dikenal. Orang yang tertawa kadang karena terpaksa, lebih kepada menyenangkan pimpinan pada sebuah perkumpulan.
Seseorang yang menggunakan humor ini akan bersikap pura-pura menjadi orang yang lucu, ia akan berusaha membuat dirinya terlihat baik, namun sikap baiknya berbeda 100% dikarenakan suka meremehkan dan merendahkan orang lain secara agresif. Penggunaan humor agresif ini akan menimbulkan sikap permusuhan dan menyebabkan eskalasi konflik, yang tidak diinginkan secara sosial bahkan dapat membahayakan hubungan yang sudah ada. Pengguna gaya humor ini cenderung melahirkan banyak perasaan negatif, hal ini dapat dikaitkan dengan psikopati dan sikap-sikap sadis atau kejam. Humor ini pada prinsipnya tidak ada hubungan sama sekali dengan kesehatan mental, walau akibatnya merusak diri sendiri.
Self-defeating Humor
Pada tahap ini menggunakan humor yang menjadikan diri sendiri sebagai korban dalam lelucon dan kelucuan yang dibuat-buat. Orang dengan penuh suka-cita menceritakan hal-hal yang lucu tentang dirinya, humor dihadirkan dengan rela mengolok-olok dirinya sendiri hanya untuk membuat orang lain tertawa. Hal ini dilakukan dengan alasan agar orang lain dapat menerima dirinya. Dalam dunia kerja, humor dapat membuat pimpinan menjadi dekat dengan para karyawan yang levelnya lebih rendah.
Gaya humor yang merugikan diri sendiri yaitu dengan sengaja meremehkan diri sendiri dengan cara menghadirkan lelucon di depan orang lain, hal ini dilakukan hanya untuk mendapatkan pengakuan orang lain dengan mengorbankan diri sendiri. Cara semacam ini dapat digambarkan sebagai upaya salah arah dalam pengurangan stres. Penggunaan gaya humor ini telah dikaitkan dengan tingkat neurotisisme yang lebih tinggi dan masalah penyesuaian psikologis, lebih banyak perasaan negatif, tingkat kesepian, depresi, kecemasan, dan gejala kejiwaan yang lebih tinggi; dan tingkat harga diri yang lebih rendah. Gaya humor ini merugikan diri sendiri, bersifat negatif dengan kesehatan mental dan kesejahteraan diri sendiri.
Hati-hati juga, gaya humor anda dapat menjadi sesuatu yang tidak menguntungkan atau merendahkan anda, apabila gaya humor yang anda terapkan tidak pada tempatnya, tidak mengindahkan nilai-nilai adab dan etika. Sebagai orang yang memiliki posisi di suatu tempat dan masyarakat, gaya humor sangat diperlukan, namun harus pandai memposisikan gaya humor anda. Dengan gaya humor yang anda miliki justru akan menjadikan diri anda terlihat akrab dan disenangi oleh orang-orang yang berada di bawah dan disekitar anda. Anda malah dianggap cool oleh orang-orang, walau anda orang yang humoris justru anda akan terlihat sopan, berwibawa, berkharisma hanya dikarenakan gaya humor yang anda miliki di samping sebagai media pendekatan juga sebagai simbol keakraban anda.
Mempersiapkan diri sebelum menentukan gaya humor, memilih yang dianggap cocok adalah bagian dari kebijaksanaan terhadap diri sendiri. Alangkah baiknya, sebelum mentertawakan diri orang lain, mentertawakan diri sendiri merupakan kebijakan dan kebaikan yang jitu. Mengenal gaya humor untuk diri sendiri akan menentukan keberadaan diri seseorang dihadapan orang lain. Gaya humor ini menjadi penting apabila anda mampu menunjukkan diri anda sesuai dengan apa yang anda pahami pada diri anda. Gaya humor juga akan menentukan diri anda dihadapan orang banyak. Menciptakan humor itu tidak mesti lucu, tidak mesti orang lain tertawa, setidaknya anda memiliki gaya humor yang membuat orang lain menjadi senang kepada anda. Yang penting humor yang anda tampilkan tidak anda buat-buat, hal ini akan menjadikan diri anda terjebak.
Leave a Review