Siapa Calon Gubsu Ideal Untuk Pemuda?

Oleh: Brimob Ritonga
Mahasiswa S2 FH UISU sekaligus pemuda asli Sumut.

Dalam Pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Utara yang akan dilaksanakan sebentar lagi (27 November 2024) telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum Sumatera Utara (KPU Sumut) dua pasangan calon. Dua pasangan calon tersebut sama-sama kita ketahui adalah tokoh publik yang telah memiliki pengalaman dan prestasinya masing-masing di dalam mengelola birokrasi pemerintahan. Kedua pasangan calon tersebut juga pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Dalam pemilihan nanti, suara pemuda sangat menentukan siapa yang akan menjadi pemenang dalam pemilihan tersebut. Mengapa demikian, karena jumlah pemilih dari kalangan kaum muda di Sumut hampir mencapai setengah dari jumlah seluruh pemilih di Sumut. Artinya hampir 50% suara pemuda berpartisipasi memberikan hak suara pilihannya kepada salah satu pasangan calon. Jika ini dimaksimalkan maka sangat signifikan untuk mempengaruhi basis suara kemenangan yang dimiliki dari usia pemilih yang tua. Suara pemuda yang sangat signifikan ini harus diperhatikan dengan merangkul, mendengarkan aspirasi mereka, dan menyusun program yang sesuai dengan pemuda di Sumut.

Pun demikian, pemuda tidak hanya sekadar memilih, dan jangan sampai menyianyiakan hak pilihannya, sebelum menentukan pilihan, kita sebagai seorang pemuda, melihat pilihan calon gubernur yang cocok yang didasarkan pada visi, program, dan komitmen pasangan calon terhadap kepentingan generasi muda, inovasi, pendidikan, peluang kerja, dan calon yang selalu memberdayakan atau berkolaborasi dengan anak-anak muda.

Pemuda Sumut dapat menentukan pilihan yang ideal kepada calon pemimpin yang mendukung inovasi dan kolaborasi. Selain itu memperhatikan calon mana yang mampu beradaptasi dengan teknologi digital, memajukan infrastruktur, memajukan kewirausahaan, serta pengembangan ekonomi kreatif, karena ini adalah bagian dari dunia anak muda saat ini. Di era perkembangan teknologi digital saat ini, kita membutuhkan pemimpin yang tidak lelet teknologi.

Kita harus melihat calon mana yang melibatkan pemuda dalam pengambilan sebuah kebijakan terkait kepemudaan. Kemudian, calon gubernur yang mendorong partisipasi publik, mendukung forum-forum diskusi anak muda, dan memberikan ruang kolaborasi bagi pemuda untuk berkontribusi dalam kebijakan daerah adalah sosok yang cocok untuk dipilih.

Saat ini, pemuda sangat membutuhkan pekerjaan. Angka pengangguran di Indonesia menunjukkan bahwa tercatat sebanyak 7,2 juta orang pengangguran, di antara jutaan orang tersebut mayoritas adalah pemuda berusia 20-an. Pada Februari 2024, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada 408 ribu orang pengangguran di Sumut. Ini artinya pemuda membutuhkan lapangan pekerjaan dan kesempatan untuk berwirausaha. Maka di sini perlu untuk seorang calon mendorong pembangunan industri kreatif, memberikan akses modal kepada pengusaha muda, serta menciptakan ekosistem bisnis yang mendukung pertumbuhan startup jika ingin mendapatkan suara pemilih pemuda. Terkhusus anak muda, harus memperhatikan apakah hal tersebut menjadi program prioritas pasangan calon.

Urgensi Pemimpin Muda
Dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan nasional dan daerah, terkhususnya pembangunan berbasis kepemudaan diperlukan pemimpin muda. Pemimpin muda ini memiliki peran yang sangat penting dalam pemerintahan dan proses pembuatan kebijakan berbasis kepemudaan. Pemimpin muda tidak hanya membawa perspektif baru, tetapi juga dapat membantu menjawab tantangan kontemporer dan menciptakan perubahan yang positif. Inilah yang dibutuhkan saat ini di Sumut. Pemimpin Muda yang peduli pada pemuda, representasi anak-anak muda, mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi, visioner, kreatif, inovatif dan memiliki semangat kolaborasi.

Pemimpin muda memiliki pandangan segar dan inovatif tentang cara menangani masalah yang ada. Ia cenderung berpikir di luar kebiasaan dan dapat memperkenalkan kebijakan yang lebih progresif dan relevan dengan kebutuhan masyarakat saat ini. Pemimpin muda dapat melahirkan dan menawarkan solusi kreatif untuk tantangan sosial dan ekonomi yang kompleks, yang mungkin belum dipertimbangkan oleh generasi yang lebih tua. Pemimpin muda akan lebih memahami kebutuhan dan aspirasi generasi muda, yang merupakan bagian penting dari populasi Indonesia yang pesat perkembangannya saat ini, khususnya di Sumut. Ia dapat memperjuangkan kebijakan yang sesuai dengan harapan dan kepentingan kelompok usia muda yang akan lebih mendominasi secara populasi kependudukan. Dengan adanya pemimpin muda yang memimpin Sumut, pemerintahan dapat lebih efektif karena melibatkan generasi muda dalam proses politik dan pembuatan kebijakan.

Dalam mengatasi tantangan kontemporer yang bersentuhan dengan kemajuan teknologi digital, pemimpin muda akan lebih terampil dalam teknologi digital dan dapat lebih cepat beradaptasi untuk mengadopsi teknologi terbaru sehingga meningkatkan efisiensi dan transparansi menjalankan roda pemerintahan. Pemimpin muda dapat menjadi teladan bagi generasi berikutnya, menunjukkan bahwa keterlibatan dalam pemerintahan dan pembuatan kebijakan adalah jalan yang mungkin dan bermanfaat. Ia dapat menginspirasi pemuda lainnya untuk terlibat dalam politik dan layanan publik, memperluas basis partisipasi politik.

Sehingga melihat kondisi saat ini di Sumut, pembangunan yang selama ini belum berbasis kepemudaan, atau dengan kata lain belum memfokuskan pada bagaimana pembangunan melibatkan anak-anak muda menuju Indonesia Emas 2045, kita kaum muda menginginkan yang akan memimpin Provinsi Sumut adalah representasi pemuda itu sendiri. Dan saat ini dilihat di antara kedua pasangan calon yang selama ini telah berhasil membuktikan kepemimpinannya, dan tidak melupakan kepedulian pada anak-anak muda. Ini adalah alasan obyektif mengapa kita harus menginginkan pemimpin muda untuk memimpin Provinsi Sumatera Utara ke depan.

KataCyber adalah media siber yang menyediakan informasi terpercaya, aktual, dan akurat. Dikelola dengan baik demi tercapainya nilai-nilai jurnalistik murni. Ikuti Sosial Media Kami untuk berinteraksi