Sudah menjadi tren politik pemerintah, di awal menjabat tampil sejumlah proyek-program mescusuar. Hal ini terjadi karena masih hangat-hangatnya ketika jabatan sedang diduduki setelah rentang kampanye tidak begitu lama. Bercermin dari beberapa presiden Indonesia sebelum Presiden Prabowo Subianto, memang di awal pemerintahan mereka politik proyek mercusuar tersebut masih segar bahkan memiliki dampak visioner-memicu optimisme publik. Namun, seiring berjalannya waktu, tingkat kesegaran yang dimaksud secara bertahap justru menampakkan kelesuannya. Sehingga proyek mercusuar tersebut bernasib sama seperti ekor tikus, makin di ujung, semakin mengecil.
Tanpa mendetailkan contoh atau sebutan dari semua proyek mercusuar tersebut, dapat dinalarkan melalui pertanyaan bagaimanakah nasib proyek mercusuar yang digarap oleh beberapa presiden sebelum Presiden Prabowo Subianto? Dengan belajar dari peradaban politik Indonesia dari masa ke masa, dapat kita tarik benang merah bahwa ada tren politik nasional di Indonesia bahwa ada kesan proyek mercusuar rata-rata keropos ke bawah. Artinya, meskipun program-program pemerintah tampak begitu megah dengan sejuta tawaran solusinya untuk kesejahteraan rakyat, namun pada akhirnya tidak sesuai dengan realitas yang dialami oleh rakyat Indonesia.
Lantas, apa penyebabnya? Sehingga proyek-proyek mercusuar tersebut pada akhirnya menjadi keblablasan dan merugikan rakyat dan negara (menguntungkan sekelompok elite). Salah-satu faktornya adalah ada penikung di tengah jalan atau penyusup-pemburu rente sudah meneropong keuntungan sepihak saat perencanaan proyek mercusuar tersebut.
Politik penyusupan dalam agenda pembangunan oleh pemerintah tersebut sejatinya menjadi tantangan bersar bagi Presiden Prabowo Subianto dalam mengendalikan politik para “pembantunya” yang saat ini sedang bergembira dengan sejumlah anggaran yang menggemuk dengan ditambah jumlah kementerian dan lembaga setingkat kementerian.
Memang tidak bijak ketika kita terlalu dini menilai arah kebijakan politik Presiden Prabowo Subianto saat ini, terlebih menilai dari sisi cerminan presiden-presiden sebelumnya. Namun demikian, bukan berarti sejarah politik Indonesia kontemporer tidak bisa dijadikan alat untuk para pembantu Presiden Prabowo Subianto agar tetap waspada dari apa yang dimaksud proyek mercusuar namun keropos.
Faktanya, dari sejarah politik pembangunan Indonesia belakangan ini, kita sama-sama telah menyaksikan sudah berapa kali Indonesia gagal dalam proyek swasembada dan ketahanan pangan? Sudah berepa kali Indonesia terbengkalai dalam membangun insfrastruktur? Sudah berapa banyak proyek mercusuar tidak berlanjut setelah pergantian presiden? Tak terhenti di situ, sudah berapa banyak program kementerian yang hanya hanya bersifat mentereng di dunia maya, tetapi babak belur di dunia nyata. Sudah berapa banyak pula mafia diberantas di setiap kementerian/lembaga yang ada?
Dalam konteks ini pula, di awal pemerintahan Presiden Prabowo Subianto ini pula dengan berbagai lawatan luar negerinya yang begitu berwibaya di mata dunia, namun jangan sempat keropos akibat para menterinya yang tidak mewaspadai gejala proyek yang katanya mersusuar namun tidak benar-benar nyata berpihak kepada rakyat.
Leave a Review