Katacyber.com Aceh Tenggara – Merespons berbagai persoalan akut yang melanda Kabupaten Aceh Tenggara, sejumlah pemuda Aceh Tenggara menggelar diskusi santai bertemakan “Upaya dan Peluang Merawat Akal Sehat pada Generasi Muda Aceh Tenggara” yang diselenggarakan di kantor Sekolah Kita Menulis (SKM) Cabang Aceh Tenggara, Sabtu (27/01/2024)
Sejumlah pemuda yang hadir menjadi pemantik diskusi tersebut di antaranya adalah Abdullah (Ketua Umum KAMMI Aceh Tenggara), Widia Anggraini (Ketua Kohati HMI Cabang Kutacane), M. Fauzan (Ketua LDK STAISES), Apriadi Rama Putra, Eko Widiyanto dan Afwan Jayar.
Menurut Abdullah, problem akut yang hinggap di Aceh Tenggara ini juga disebabkan lepasnya peran kontrol oleh generasi muda Aceh Tenggara sendiri, sehingga berdampak pada lepas kendali dalam tatakelola sektor ekonomi dan pendidikan.
“melihat pemuda Aceh Tenggara ini, bukan menjust ya, sosial kontrolnya memang lemah, sebagai agen perubahan kita masih nyaman dengan posisi kita hari ini, seharusnya pemuda Aceh Tenggara tidak boleh berpangku tangan, ya baik dalam hal melihat sektor ekonomi, pendidikan lan lainnya” kata Abdullah
Selain itu, dari sektor perempuan, Widia menyatakan bahwa upaya memperbaiki Kabupaten Aceh Tenggara tidak lepas dari kemampuan generasi mudanya yang mampu berliterasi dan bercermin diri.
“untuk membetuk masyarakat yang berdaya, tentu pemuda pemudi di Aceh Tenggara terus membersihkan diri terlebih dahulu, artinya bagaimana sih kita mampu merubah kabupaten ini (Aceh Tenggara) tanpa dimulai oleh kalangan generasi muda sendiri” ujar Widia
Selanjutnya, M. Fauzan tampak menyorot bahwa untuk memberbaiki Kabupaten Aceh Tenggara, generasi mudanya tidak boleh mentolerir sikap acuh tak acuh generasi muda dalam melihat kelakuan peguasa yang menerapkan kebijakan secara semena-mena.
“yang harus kita antisipasi menurut saya bagaimana menghilangkan sikap apatis dari pada generasi muda Aceh Tenggara, yaitu menghilangkan sikap tidak peduli. Untuk itu setiap kita harus menjadi inisiator dan eksekutor di daerah atau di desa kita (pemuda) masing-masing, sehingga penguasa tersebut tidak seenaknya berbuat semena-mena” kata yang akrab disapa Fauzan
Senada dengan pemantik diskusi selanjutnya, Eko Widiyanto lebih cenderung menyoalkan aktivitas generasi Aceh Tenggara yang kurang produktif sebagai mahasiswa di Aceh Tenggara.
“sekarang lihat mahasiswa sekarang, jangankan membaca buku, diskusi saja tidak pernah dilakukan di kampus-kampus se-Aceh Tenggara. Mereka lebih suka kuliah pulang-kuliah pulang. Mereka tidak minat bagaimana kuliah yang benar bagaimana? dan tujuan setelah masuk kampus untuk apa? mereka hanya memikirkan ijazah, ijazah dan ijazah. Bagaimana mindset ini harus dirobah, meski cara merubahnya tidak instan” kata Eko
Sisi lainnya, Apriadi lebih menyorot mental perkulihan di Aceh Tenggara yang diklaimnya sebagai bentuk tidak berada dalam koridornya pendidikan.
“Mengikuti perkuliahan untuk bekerja, syarat administrasi. Nah sedangkan kita lihat secara luas, perkuliahan itu menciptakan lapangan kerja. Bukan syarat mencari pekerjaan. Nah, untuk Aceh Tenggara kita lihat sendiri itu pendidikan itu sengaja dibodohkan” kata Apriadi
Acara diskusi berjalan dengan lancar dengan dihadiri oleh berbagai kalangan pemuda lintas organisasi kepemudaan se-Aceh Tenggara.
Benar, generasi muda lah yang bisa mengontrol kebijakan publik