Menanti Rekontruksi Kaderisasi HMI dalam Menyongsong Indonesia Emas 2045

Oleh : Dodi wahyudi
Ketua Umum HMI Komisariat Fapet IPB

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merupakan salah satu organisasi mahasiswa tertua di Indonesia, HMI berdiri pada tanggal 5 februari 1947 dengan latar belakang yang kompleks mulai dari menanggapi isu kemunduran islam di dunia hingga kondisi bangsa Indonesia saat itu. HMI terbentuk atas keresahan-keresahan adanya kemunduran pemikiran islam dunia, ancaman terhadap kemerdekaan bangsa Indonesia, kondisi mikrobiologis umat islam di Indonesia dan kondisi perguruan tinggi yang cukup mengkhawatirkan.

Berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam telah melewati berbagai fase yang cukup Panjang untuk tetap bertahan dan menjalankan Gerakan pembaharuan dengan tujuan mulia sebagai mana termaktub dalam pasal 4 Anggaran Dasar HMI yang berbunyi “Terbinanya Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi, Yang Bernafaskan Islam dan Bertanggung Jawab Atas Terwujudnya Masyarakat Adil Makmur Yang Diridhoi Allah Subhanahu Wa Ta’ala”.

Sejarah Panjang dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia dari segala ancaman baik internal maupun eksternal tak lepas dari peran HMI yang terus bekomitmen untuk menjaga dan merawat kemeredekaan tersebut. Komitmen tersebut adalah keindonesiaan dan keislaman yang sampai hari ini masih menjadi semangat dan terus digaungkan oleh segenap kader HMI. Namun apakah Himpunan Mahasiswa Islam saat ini masih relevan guna menyonsong visi Indonesia emas 2045? Gerakan HMI saat ini terkesan semakin jauh dari jalan menuju tujuan, sepinya perkaderan di kampus-kampus besar, minimnya gagasan serta adanya pergeseran minat mahasiswa yang belum menjadi concern HMI dalam sistem pengkaderannya. Oleh karena itu perlu adanya formula baru dalam sistem kaderisasi HMI yang menyesuaikan dengan kebutuhan zaman untuk memastikan agar HMI senantiasa memberikan manfaat kepada umat dan bangsa di segala lini kehidupan.

Benarkah adanya pergeseran minat mahasiswa?
Pada awal tahun 2020 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI resmi meluncurkan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang menjadi salah satu referensi bagi perguruan tinggi dalam aktivitas belajar. Dilansir dari laman kampus merdeka, program ini telah diikuti oleh lebih dari 725.000 mahasiswa dan 1.300 perguruan tinggi di Indonesia. Artinya program ini sukses menjadi daya tarik mahasiswa di seluruh Indonesia untuk mengikuti berbagai program dari MBKM ini.

Bukan tanpa alasan, program ini dibuat atas perubahan sosial, budaya, dunia kerja dan kemajuan teknologi yang pesat dan mengharuskan kompetensi mahasiswa wajib disiapkan untuk memenuhi kebutuhan zaman. Adanya program ini turut berdampak pada organisasi kemahasiswaan, dilansir dari beberapa media informasi bahwa salah satu penyebab menurunnya minat terhadap organisasi mahasiswa adanya program MBKM yang mampu memberikan manfaat secara langsung dan jangka Panjang.

Lalu apakah organisasi mahasiswa dapat menjaga eksistensinya dalam dunia kemahasiswaan? Apakah organisasi kemahasiswaan khususnya Himpunan Mahasiswa Islam masih relevan dalam menyonsong Indonesia emas 2045?

MBKM seakan-akan menjadi mimpi buruk bagi HMI, kenapa tidak semenjak program tersebut diluncurkan HMI semakin redup dikalangan mahasiswa. Terlebih dikampus negeri, HMI hanyalah organisasi renta, gerakannya lambat, terbata-bata dan terkesan diam ditempat. Tidak ada daya tawar yang dapat menarik minat mahasiswa untuk berproses di HMI, bahkan banyak mahasiswa yang tidak tahu apa itu Himpunan Mahasiswa Islam.

Hal tersebut tentunya menjadi fenomena yang tak seharusnya terjadi, mengingat HMI adalah organisasi tertua dan terkemuka di Indonesia bahkan dunia. Peran dan perjuangan HMI dalam mempertahankan dan mengisi ruang-ruang kosong kemerdekaan bangsa Indonesia tak perlu diragukan lagi, perlu adanya gerakan terstruktur, sistematis dan massif dalam rangka mengembalikan HMI pada jalan menuju tujuan.

Rekontruksi Kaderisasi HMI Visi Indonesia emas 2045
merupakan acuan dalam rangka mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara yakni mewujudkan indonesia yang berdaulat , maju, adil dan makmur. Cita-cita tersebut dapat dicapai melalui 4 pilar visi Indonesia emas 2045 yakni Pembangunan Manusia serta Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan, Pemerataan Pembangunan dan Pemantapan Ketahanan Nasional dan Tata Kelola Kepemerintahan.

Maka sebagai organisasi kader dirasa perlu untuk merekontruksi kaderisasi HMI yang dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut :

  1. Re-Branding Lembaga Pengembangan Profesi HMI
    Sebagai organisasi mahasiswa, HMI harus mampu menyesuaikan dan mengetahui karakter setiap anggotanya. Sebab setiap generasi memiliki karakter yang berbeda dan memasuki tahun 2024 ini generasi z yang paling banyak jumlahnya sehingga perlu banyak penyesuaian untuk menarik minat mahasiswa saat ini. Program MBKM menjadi pilihan utama bagi mahasiswa karena berfokus pada karir pasca kampus, maka sebagai organisasi kemahasiswaan HMI pun harus mampu berbenah menanggapi tantangan-tantangan yang ada. Hal-hal sederhana yang dapat dilakukan melalui berbagai LPP adalah Meningkatkan branding digital, mengubah nama Lembaga menjadi nama yang lebih menarik seperti Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam (LEMI) mungkin dapat disesuaikan nama tersebut menjadi Starup School HMI, Membuka dan meningkatkan kegiatan pelatihan-pelatihan seperti data analityc, desain grafis dan lain sebagainya.
  2. Optimalisasi jenjang training HMI
    Jenjang training HMI terdiri dari training formal dan non formal, training formal terdiri dari Basic Training, Intermediate Training serta Advanced Traing sedangkan training non formal terdiri dari Senior Courses, Latihan Khusus Kohati, Pelatihan Kekaryaan dan lain sebagainya. Beragamnya jenjang training di HMI ini menjadi salah satu keunggulan dibandingkan dengan organisasi lainnya, maka perlu dilakukannya optimalisasi pada setiap jenjang training mulai dari membuat branding yang kreatif untuk menarik minat calon kader, memberikan materi muatan lokal sesuai dengan minat mahasiswa seperti kewirausahaan, karir pasca kampus dan lain sebagainya. Selain itu, kegiatan pasca training juga harus menjadi perhatian dengan memberikan follow up materi dan memfasilitasi kegiatan mentoring sesuai minat dan bakat.
  3. Restrukturisasi HMI
    Struktur kepengurusan HMI sampai saat ini masih menganut struktur konvensional (kuno) karena komposisinya terlalu gemuk sehingga sering kali terjadi tumpeng tindih jobsdesk, perlu adanya penyederhanaan dan penyesuaian agar dapat efektif dan efisien. Struktur kepengurusan perlu menjadi perhatian sebab, efektif dan efisien suatu kepenguruan akan berdampak pada program-program yang akan dikeluarkan. Sedikit program tapik efektif lebih baik, daripada banyak program tetapi tidak ada output yang nyata.
    Himpunan Mahasiswa Islam adalah tempat menghimpun harapan-harapan, Visi indonesia emas 2045 harus dicapai dalam menanggapi bonus demografi yang dimulai sejak tahun 2015 hingga puncaknya pada periode 2030-2045, maka Himpunan Mahasiswa Islam harus hadir dalam menyukseskan visi besar tersebut melalui pemikiran, karya dan inovasi-inovasi.
    Sejarah telah mencatat bahwa sumbangsih HMI dalam kemajuan bangsa ini cukup besar, oleh karena itu proses kaderisasi harus di formulasikan dengan sebaik mungkin dan harus menyesuaikan dengan kondisi serta kebutuhan zaman.
    Sudah saatnya HMI membuat trobosan-trobosan baru, membangkitkan Marwah sebagai pencetak intelektual-intelektual yang berkualitas, mampu melihat permasalahan yang ada menjadi suatu tantangan, dapat beradaptasi dengan arus digitalisasi yang begitu cepat terjadi serta mampu mendorong segenap kader HMI untuk dapat menghasilkan inovasi-inovasi baru yang bermanfaat bagi umat dan bangsa.

KataCyber adalah media siber yang menyediakan informasi terpercaya, aktual, dan akurat. Dikelola dengan baik demi tercapainya nilai-nilai jurnalistik murni. Ikuti Sosial Media Kami untuk berinteraksi