Antara Nezar dan Mualem

Foto: Dari kiri, Nezar Patria, Muzakir Manaf (Mualem).

Oleh Zulfata, Chief Executive Officer (CEO) Media Katacyber.com

Berkaca dari pilpres 2024, sedikit tidaknya dapat mempengaruhi siapa calon potensial Gubernur Aceh pada pemilihan gubernur 2024. Kini, terdapat dua nama mencuat di kalangan elite pemerintah pusat. Dua nama tersebut telah familiar di telinga masyarakat Aceh, yaitu Nezar Patria dan Muzakir Manaf (Mualem).

Siapa yang tidak kenal Nezar Patria, namanya semakin melejit ketika dipercayakan menjabat sebagai Wakil Menteri dan Komunikasi. Karirnya di duia aktivis dan jusrnalistik telah menjadikannya sebagai salah satu wakil menteri yang berprestasi. Dengan kecakapannya membangun kumunikasi di tingkat nasional dan global, Nezar Patria dipandang serius dalam menjalankan program dalam menghadapi tantangan di dunia Artificial Intelligence (AI). Hal ini terasa relevan karena Asia Tenggara sedang gencar-gencarnya menggelar investasi di bidang AI. Tidak terhenti di situ, Nezar Patria juga dapat disebut sebagai simbol yang dapat mempertemukan dan mengurai benang kusut komunikasi politik antara pemerintah pusat dengan pemerintah Aceh.

Demikina halnya dengan Muzakir Manaf, namanya semakin disorot karena terlibat aktif atau pasang badan dalam memenangkan pasangan Prabowo-Gibran. Ditambah lagi dengan kemesraan poltik partai lokal yang dipimpinnya dengan Partai Gerindra dan Partai Demokrat. Dengan modal sejarah dan kharisma kepemimpinan di kalangan kader internalnya, sungguh memungkinkan Mualem kembali bertarung di panggung Pilgub Aceh 2024. Sebagai sosok yang memiliki pengalaman sebagai Wakil Gubernur Aceh dan pernah gagal dalam Pilgub Aceh sebelumya, kekuatan politik Mualem dipandang masih mentereng di Aceh, serta masih dijadikan referensi politik bagi elite nasional untuk memahami Aceh.

Mencermati postur politik pada dua sosok tersebut (Nezar dan Mualem), secara kasat mata memang Nezar dikenal sebagai sosok pemimpin yang akan membawa harapan baru untuk kemajuan Aceh ke depan. Jaringan politiknya yang semakin kuat di dalam pemerintahan maupun luar pemerintah menjadikannya sebagai tokoh Aceh yang mampu membangun martabat Aceh dalam menghadapi tantangan global. Kiprahnya sebagai aktivis 1998 patut diuji sebagai Gubernur Aceh ke depan. Berbagai pengalaman organisasi level nasional yang diembannya menjadikan nama Nezar termasuk sebagai tokoh nasional yang berpengaruh bagi politik pemerintahan Indonesia. Inilah tangkapan opini masyarakat Aceh terkait sosok Nezar hari ini.

Dari sisi yang berbeda, Mualem juga tidak kalah menarik. Daya tarik kemepimpinan kombatannya secara tidak langsung terlihat Mualem telah menjadi sahabat politiknya Prabowo Subianto. Hubungan erat ini bukan saja dibangun sejak pilpres 2024, namun demikian Mualem juga pernah disebut-sebut sebagai “orang dalam” Partai Gerindra yang dikomando oleh Prabowo Subianto. Kemudian, posisi menyatunya mantan presiden Susilo Bambang Yodhoyono (SBY) dengan Prabowo-Gibran pada pilpres 2024 justru menjadikan posisi tawar Mualem tak tergoyahkan. Meski Mualem dan SBY lebih awal dikenal dekat saat SBY menjabat sebagai Presiden RI, namun saat ini juga terlihat Mualem instens membangun komunikasi degan SBY maupun partainya SBY melalui Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Hal ini terlihat saat Mualem juga pernah langsung mendukung AHY saat partainya SBY mengalami “kudeta gagal” oleh Moeldoko.

Inti dari memperlihatkan kisi-kisi dibalik dua orang sosok calon potensial Gubernur Aceh (Nezar dan Mualem) adalah dominasi dukungan pemerintah pusat tidak lepas dari dua orang tersebut. Elite dan relasi politik yang dimiliki oleh kedua orang tersebut jika ditelusuri alurnya secara tidak langsung terlihat titik temunya ada di tangan Prabowo Subianto. Pada posisi inilah Nezar dan Mualem terus dicermati oleh elite dari berbagai pertimbangan ekonomi, hukum dan politik lainnya. Sebab, Nezar dan Mualem juga sosok yang adaptif dalam menjalin komunikasi dengan pemerintah pusat, terlebih di masa kepemimpinan Jokowi presiden RI dua periode.

Jika dicermati secara politik kelas kerakyatan, telah terlihat bahwa popularitas Nezar saat ini cedenrung melejit di kalangan akademisi, aktivis, milenial hingga para pelaku dan pengusaha pers. Nama besar Nezar di dunia pers menjadi salah satu faktor yang membuat Nezar semakin dikenal dan membuka celah bagi setiap generasi muda di Aceh untuk mengenal siapa itu Nezar Patria dan sepak terjangnya di Indonesia. Mengenai partai pendukung untuk Nezar, meskipun ini bersifat sembari berjalan, PAN dan PKB serta Nasdem tentu akan membuka ruang politik untuk Nezar maju ke jabatan nomor satu di Aceh.

Kepribadian Nezar yang cerdas, komunikatif, kolaboratif serta diterima oleh semua kalangan membuat sosok Nezar sebagai angin segar terhadap kepemimpinan di Aceh yang selama ini cenderung kaku diplomatisnya. Paling tidak, memalui Nezar Patria dapat membuka ruang perubahan dari dimensi kepemimpinan Aceh yang resistensi berubah menjadi soft-diplomasi dalam membangun harkat dan martabat Aceh.

Memang secara kepribadian dan intelegensi ada perbedaan yang mencolok antara Nezar dan Mualem, namun demikian kepribadian Mualem diakui atau tidak telah menjadi simbol politik bagi kader Partai Aceh. Karena dalam persilatan politik kepribadian bukanlah menjadi faktor utama dalam pemenangan politik. Justru kerja serta juang kolektiflah yang menghantarkan siapa paling diterima oleh elite di pusat dan masyarakat di Aceh.

Dari analisa politik yang disampaikan di atas dapat ditarik benang merah bahwa tiket politik Nezar dan Mualem untuk menjadi calon Gubernur Aceh telah di depan mata. Hanya saja apakah salah satu mereka akan mengalah dan saling dukung, atau melampaui itu, berdampingan sebagai  calon gubernur dan wakil gubenur Aceh.

KataCyber adalah media siber yang menyediakan informasi terpercaya, aktual, dan akurat. Dikelola dengan baik demi tercapainya nilai-nilai jurnalistik murni. Ikuti Sosial Media Kami untuk berinteraksi