Oleh Ahmad Yusuf, Presiden mahasiswa Universitas Serambi Mekah (USM)
Bonus demografi yang selalu menjadi pemuas bibir diberbagai pembicaraan publik terjadi kontradiktif dengan situasi dilematis yang dialami anak muda Aceh saat ini. Bonus demografi merupakan peluang emas yang diharapkan dapat membawa Indonesia, termasuk Aceh, menuju kejayaan pada tahun 2045.
Pada tahun tersebut, puncak bonus demografi akan tercapai di mana jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) mencapai angka maksimal. Ini adalah momentum yang sangat strategis, mengingat dominasi generasi muda yang diharapkan mampu menjadi motor penggerak pembangunan ekonomi dan sosial khususnya Aceh.
Namun, apakah pemuda Aceh saat ini siap menyambut kesempatan ini ?, di era disrupsi teknologi pemuda aceh mengalami disorientasi terhadap perkembangan teknologi ? Dimana hampir seluruh negara didunia sudah mengarah ke teknologi dan melakukan akselerasi upaya mendesain generasi tangguh.
Saat ini, kita tidak bisa menafikan kenyataan bahwa pemuda Aceh, seperti pemuda di seluruh dunia, sangat terikat dengan teknologi seperti gadget. Aktifitas sehari-hari pemuda aceh sering kali didominasi oleh aktivitas di dunia maya, mulai dari media sosial hingga game online. Meskipun teknologi digital membawa banyak manfaat, kecanduan gadget juga bisa menjadi bumerang yang menghambat produktivitas dan kreativitas pemuda Aceh.
Dalam konteks kesiapan menghadapi bonus demografi dan mencapai generasi emas 2045, tampaknya pemuda aceh masih kurang siap dalam menyambut momentum berharga itu. ketergantungan semacam ini harus menjadi perhatian secara kritis oleh generasi muda dan tentunya pemerintah Aceh dalam hal ini bertanggung jawab penuh dalam mengakselerasi penguatan kapasitas SDM dan insfratuktur.
Kesiapan generasi muda Aceh untuk menyambut bonus demografi masih dipertanyakan, dan ini dapat diukur melalui beberapa indikator penting: pendidikan, keterampilan, dan partisipasi dalam pembangunan. Data menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di Aceh masih menghadapi tantangan serius, dengan banyaknya anak yang putus sekolah dan kualitas serta fasilitas pendidikan yang masih perlu ditingkatkan.
Di sisi lain, pelatihan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan zaman menjadi sangat penting, mengingat perhatian pemerintah terhadap penguatan kapasitas SDM dengan pasar kerja global juga masih belum optimal. Kemampuan pemuda dalam bidang teknologi informasi perlu dikembangkan agar lebih produktif, misalnya melalui pelatihan literasi, leadership, digital marketing, dan keterampilan lainnya yang dapat mendukung kapasitas generasi muda Aceh.
Untuk mencapai generasi emas 2045, perhatian kita tidak hanya pada aspek pendidikan dan keterampilan teknis. Soft skills seperti kepemimpinan, kerja tim, dan kemampuan beradaptasi juga menjadi krusial. Generasi muda Aceh harus didorong untuk aktif dalam kegiatan sosial dan kemasyarakatan yang dapat mengasah kemampuan ini. Organisasi kepemudaan, komunitas kreatif, dan inisiatif lokal harus diperkuat sebagai platform untuk mengembangkan potensi pemuda Aceh.
Pemerintah dan stakeholder harusnya lebih concern terhadap situasi dan kondisi pemuda aceh hari ini. Kebijakan yang mendukung akses pendidikan berkualitas, pelatihan keterampilan yang relevan, dan pemberdayaan pemuda harus diimplementasikan secara tepat dan konsisten. Selain itu, perlu ada regulasi yang mengatur penggunaan gadget secara sehat, misalnya melalui program literasi digital yang mengajarkan cara memanfaatkan teknologi secara produktif dan bijak. Ini merupakan bentuk keseriusan pemerintah Aceh dalam mendesain generasi emas pemegang estafet mendatang.
Di sisi lain, pemuda Aceh tampaknya tidak mengambil inisiatif, membangun Kesadaran akan pentingnya memanfaatkan waktu secara efektif. Pendidikan karakter yang menekankan kedisiplinan, tanggung jawab, dan komitmen terhadap cita-cita besar menjadi bagian integral dari upaya mendesain generasi muda Aceh yang unggul. Apakah ini sudah dilakukan?
kita harus menyadari bahwa bonus demografi adalah peluang yang disertai dengan tanggung jawab besar. Generasi muda Aceh memiliki potensin yang tidak bisa di abaikan untuk membawa perubahan positif dan mencapai generasi emas 2045, namun ini hanya akan terwujud jika anak muda Aceh siap secara intelektual, emosional, dan spiritual.
Dengan mengatasi tantangan ketergantungan teknologi dan fokus pada pengembangan diri yang holistik, pemuda Aceh dapat menjadi pilar utama dalam menciptakan masa depan Aceh yang gemilang. Kesiapan mereka harus ditingkatkan melalui pendekatan yang komprehensif, melibatkan pendidikan, pelatihan keterampilan, dan pembentukan karakter yang kuat, agar cita-cita besar itu menjadi sebuah keniscayaan.
Leave a Review