Humor dan Tertawa, 1

Oleh: Syarifuddin Abe.

Apakah semua hal yang berkaitan dengan humor harus ketawa? Setiap orang tertawa, apakah karena humor? Terus, apakah kalau ada orang ingin tertawa harus ada humor terlebih dahulu? Menurut saya, tidak semua tertawa berkaitan dengan humor dan tidak semua humor memang harus tertawa. Kalau demikian, berarti sah-sah saja orang yang tertawa harus ada humor dan tertawa tidak mesti dikarenakan oleh humor. Ketika orang ingin tertawa tidak mesti mencari seseorang untuk menceritakan sesuatu yang berkenaan dengan humor, kemudian orang itu baru tertawa terbahak-bahak. Kalau anda ingin tertawa, ya tertawa saja. Tidak dilarang. Tidak usah takut dianggap gila, apalagi tidak semua orang juga mampu tertawa seperti halnya anda tertawa?

Tertawa itu macam-macam, semuanya tergantung tujuan dari tertawa itu. Saya pikir, tidak mungkin orang tertawa kalau tidak ada tujuannya. Jangankan tertawa, yang lain juga harus ada tujuannya, yang besar sampai yang kecil pasti ada tujuannya. Dilihat dari segi nilai, semuanya juga harus ada nilainya, termasuk tertawa. Makanya, tertawa itu macam-macam; boleh saja tertawa sebagai sebuah refleksi terhadap rasa senang, rasa simpati, mendukung atau boleh juga meledek, rasa sinis, mengejek, menghibur, karena rasa tidak enak, kecut, bahkan bisa saja tertawa itu sama sekali tidak ada maknanya, alias tertawa karena gila bin sinting and sedeng. Kemudian, banyak juga bentuk tertawanya, dari hanya sekadar ha-ha-ha sampai tertawa yang hihihi, dari yang terkekeh-kekeh sampai yang terbatuk-batuk atau keselek, terpingkal-pingkal, terjungkal-jungkal hingga kaki ke langit, terbahak-bahak, atau teraduk-aduh sampai keluar kencing.

Tertawa merupakan sebuah fenomena yang sangat esensial dalam kehidupan manusia. Bayi merespon sesuatu dengan tertawa di samping dengan menangis. Bayi yang tertawa biasanya merespon kepada sesuatu yang menyenangkan sedangkan menangis merespon yang sebaliknya. Semakin umur manusia menuju pada suatu perkembangan, maka tertawa semakin memiliki makna dan tujuannya. Tertawa itu dapat menyehatkan. Tertawa dapat menstimulasi berbagai organ yang ada di dalam tubuh. Dengan tertawa dapat meningkatkan asupan udara yang kaya dengan oksigen. Dengan tertawa dapat memicu kerja jantung, paru, dan otot, hal ini menjadi baik bagi tubuh. Tertawa juga dapat meningkatkan endorfin yang dilepaskan oleh otak. Berarti dengan tertawa dapat menstimulasi organ-organ dalam tubuh sehingga kita tetap sehat dan bugar.

Saya pikir, tidak ada orang yang tidak pernah tertawa. Kalau ada orang yang tidak pernah tertawa sepanjang hidupnya di dunia, itulah kematian kehidupannya, orang seperti ini boleh dibilang mati sebelum mengalami kematian. Bila suatu waktu orang seperti ini tiba-tiba tertawa, mungkin juga, setelah tertawa itu selesai; orang itu langsung mati. Tidak mungkin orang tidak pernah tertawa, mustahil itu, walau ia hanya tertawa dalam kesunyian hidupnya. Seserius apa pun hidup seseorang, pasti ada tertawa. Tidak mungkin juga orang menghitung tertawanya. Kalau ada orang yang dalam hidupnya mampu menghitung berapa kali ia tertawa? Orang ini termasuk makhluk langka; tapi tetap tidak mungkin orang mampu menghitung jumlah tertawanya dan pasti orang tidak akan percaya!

Ada pepatah yang mengatakan, tertawa itu dapat menjadi obat. Semua manusia dalam kehidupannya pasti mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan. Walaupun hal ini lumrah dan manusiawi, tapi tidak semua manusia mampu menghadapi ketika mengalami peristiwa seperti ini. Kalau tidak, tidak mungkin ada manusia yang mau mengorbankan nyawanya alias ada orang yang mau bunuh diri dengan seutas tali atau mengibaratkan dirinya seperti superhero, alias lompat dari sebuah gedung, tapi gagal dapat terbang. Lalu mati, darahnya berhamburan, lidahnya menjulur keluar, serta matanyan terbelalak seperti ikan asin kebingungan yang dikerasi, lalu ditumpuk jadi rebutan orang-orang.

Ada juga orang yang kala hidupnya dalam tekanan, rasa stress tak ada obat untuk mengatasinya; mulai dari persoalan rumah tangga, beban tugas yang berjubel, hubungan asmara yang rumit dan menyesakkan dada, termasuk orang yang ijazahnya di tangan kiri dan beban masa depannya di tangan kanan alias khawatir dengan masa depannya. Hal yang demikian ini, apabila dibiarkan tanpa ada solusi, akan menjurus kepada permasalahan yang serius, mungkin akan berdampak kepada segi-segi yang lain dari hidupnya, termasuk gangguan terhadap kesehatan.

Hidup tanpa pernah tertawa, seperti hidup yang penuh kehampaan. Hidup tanpa pernah tertawa, seperti orang yang menghadapi kelaparan. Kalau manusia tidak ada yang tertawa di dunia yang fana ini, maka berhantulah dunia ini. Apa tidak takut manusia mendengar tertawa hantu? Maka humor adalah bagian terpenting dari hidup, agar tertawa menjadi bermakna. Humor dan tertawa akan memicu pusat emosional di otak, melepas dopamin. Serotonin yang mengangkat suasana hati; dan endorfin yang mengatur rasa sakit dan stres dan menyebabkan euphoria. Dopamin adalah zat kimia yang terdapat di dalam otak yang dapat meningkat kadarnya saat seseorang mengalami sensasi yang menyenangkan. Adapun aktivitas yang menyenangkan di antaranya adalah selalu mengonsumsi makanan yang enak dan lezat serta sedap, melakukan dan menikmati aktivitas seksual dengan baik serta sehat dan sebagainya. Sedangkan fungsi dari dopamin itu sangat banyak, di antara sangat berperan besar dalam mempengaruhi emosi, gerakan, sensasi kesenangan, konsentrasi dan merasakan rasa sakit.

Kata Fahruddin Fais (2021), humor itu penting dan tertawa juga penting. Hanya manusialah satu-satunya makhluk yang dapat tertawa dan sekaligus juga diterwatakan. Manusia yang paling pandai dan pintar adalah menertawakan orang lain, tapi jarang memiliki kemampuan untuk menertawakan dirinya sendiri. Padahal, tertawa yang paling tinggi nilainya adalah kemampuan menertawakan diri sendiri. Kalau ada orang yang mampu menertawakan diri sendiri, itulah manusia yang kemampuannya tidak tertandingin, manusia terbaik. Hal ini sama juga dengan kemampuan orang dalam melihat dan menilai kesalahan yang dilakukan oleh orang lain.

Tertawa harus pada tempatnya, juga harus ada batasnya. Tidak mungkin orang tertawa terus menerus tanpa pernah berhenti; dan ini masalah. Makanya, tertawa itu dilakukan dalam komunitas, jangan tertawa sendirian. Tertawa sendirian, bila dilihat oleh orang lain, maka anda akan dianggap bermasalah. Jangan-jangan anda sudah mulai tidak sadarkan diri, jangan-jangan anda sudah mengidap penyakit gila, jangan-jangan, jangan-jangan…

Tertawa adalah suatu bentuk berupa gejala dan reaksi fisik pada seseorang yang menerima sesuatu yang bersifat lucu. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa tertawa dapat membuat manusia sehat, sangat baik terhadap fisik, mental bahkan terhadap suasana-komunikasi. Tertawa dapat juga membawa kepada suasana tidak sehat bahkan sangat berbahaya terhadap kejiawaan serta dapat mengganggu hubungan yang selama ini terjalin dengan baik antarmanusia, hal ini apabila tertawa tidak pada tempat dan saatnya. Tertawa dapat mengganggu kesehatan, seperti sesak nafas, kejang perut, sampai kepada wabah penyakit (Jaya Suprana: 2019).

Tertawa juga dapat mendukung sekaligus dapat mengancam kedudukan bahkan status sosial pada diri seseorang atau pada suatu masyarakat, sebagaimana yang terjadi pada tradisi ritual duel ejek-mengejek pada suku Eskimo. Oleh karenanya, tertawa tidaklah menjadi satu-satunya reaksi fisik yang diakibatkan oleh rangsangan humor. Sebagaimana dijelaskan oleh Jaya Suprana (2019), tidak perlu takut kalau kita tidak bisa tertawa sebagaimana mestinya, masih dapat dilakukan dengan senyum yang dikulum, senyum terang-terangan atau bahkan boleh juga dalam bentuk menangis, siapa takut?

Apa yang kadang terjadi pada diri pelawak, dapat juga terjadi pada siapa saja. Karena kurang kontrol, atau kurang dapat menempatkan lawakannya, akhirnya berujung kepada humor yang mengancam kedudukan sekaligus statusnya, bisa-bisa akan dicemoohkan, kalau tidak menjadi penghuni hotel prodeo walau hanya beberapa saat saja. Sebut saja, kasus-kasus yang dialami oleh artis atau pelawak, yang semula ingin sekadar membuat lucu, tapi nyatanya salah menempatkan kelucuannya, sehingga berujung kepada proses hukum. Humor harus terkontrol, sebagaimana halnya tertawa juga harus terkontrol. Humor harus sehat, sebagaimana halnya tertawa juga dapat menyehatkan. Humor harus segar, sebagaimana tertawa yang membuat manusia menjadi segar. Oleh karenya, humor juga dapat mengantarkan siapa saja, terkhusus bagi orang-orang yang menggemari humor, mengantarkan mereka pada tingkat menyenangkan, merasa puas yang pada akhirnya menjadikan orang bahagia.

Walapun humor tidak mesti tertawa, tapi tertawa itu akan memberikan kepuasan tersendiri kepada humor. Dengan humor akan mengantarkan orang pada rasa, kalau kata Jaya Suprana (2019), kepada rasa keharuan, sebagaimana halnya keharuan pada sebuah peristiwa estetis, yang dari sana oleh seseorang mampu menangkap suatu makna keindahan. Orang akan tercengang, timbul kekaguman yang tidak dapat dilukiskan, timbul rasa wow yang tak terbayangkan, sehingga keindahan yang ada di depan mata, seperti sebuah mimpi yang tak pernah dialami. Humor yang masuk dalam wilayah nilai tertinggi, yaitu humor yang mampu mengantarkan nilai keindahan di dalamnya. Di sinilah seorang yang humoris seharusnya harus matang intelektualnya, kuat logikanya, bahkan memahami dan memiliki wawasan tentang seni yang tinggi. Sehingga humor-humor yang lahir darinya mencakup semua itu. Ingat, humor itu harus jenius!

Demikian juga dengan tertawa, setiap orang yang tertawa karena humor, harus ada sesuatu yang tinggal diujung tertawanya. Orang tertawa bukan karena tertawa, lalu selesai, selebihnya hanya tertawa saja. Menurut saya tidak demikian, tertawalah seperti anda baru pulang dari suatu majelis ilmu yang anda sukai dan gemari. Tertawalah seperti halnya anda selesai makan pada sebuah restoran yang lezatnya tidak bisa anda bayangkan. Makanya; humor harus terhormat dan akan menghasilkan tertawa yang terhormat pula. Siapa yang tidak tersanjung, ketika ada orang yang tertawa, lalu ada seseorang diam-diam memperhatikan tawa kita. Siapa yang tidak menjadi bahagian, lalu seseorang tersebut berkata pada temannya yang kebetulan juga temannya itu teman kita juga, “siapa yang tertawa itu, tawanya manis sekali?”.

KataCyber adalah media siber yang menyediakan informasi terpercaya, aktual, dan akurat. Dikelola dengan baik demi tercapainya nilai-nilai jurnalistik murni. Ikuti Sosial Media Kami untuk berinteraksi