Oleh Muhammad Aidil
Siswa SMA N 1 Kutacane/Kami Sahabat Leuser
Saat pertama kali sampai di Leuser, saya sangat terkejut dengan udara yang ada disini, udara yang sangat segar dan sejuk, berbeda dengan di kota-kota, dari sini saya sadar bahwa betapa pentingnya menjaga kelestarian hutan. Selain itu air yang jernih dengan angin sepoi-sepoi membuat saya sangat nyaman berada di hutan Leuser ini.
Kami di undang oleh tim forum konservasi Leuser (FKL) untuk meneliti dan mengobservasi flora dan fauna di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) selama tiga hari dua malam. Sebelum sampai di kawasan ekosistem Leuser kami menghadapi tantangan yang lumayan besar yaitu menyebrang sungai dengan kereta gantung yang goyang-goyang, kapasitas yang bisa dinaiki hanya dua orang sekali jalan, dan kami menunggu semuanya menyeberang kurang lebih satu setengah jam, karena kereta gantung yang dinaiki tidak terlalu cepat dan menyebabkan kehilangan banyak waktu.
Kami dari siswa SMA Negeri 1 Kutacane berjumlah 12 orang, tuuh laki-laki dan lima perempuan, dan ada juga member lain yang berasal dari SKM (sekolah kita menulis) Cabang Aceh Tenggara yang berjumlah sepuluh orang. Kami semua menjadi satu kelompok untuk field trip di kawasan ekosistem Leuser. Setelah membagi kamar untuk istirahat kami bersiap untuk treking pertama ke salah satu ikon yang mendunia, yaitu ke pohon besar bernama pohon perlak, selama perjalanan kami banyak diberikan informasi berbagai hal, seperti cara menentukan cuaca dengan manual yang dilakukan pada saat jam enam pagi dan jam enam sore.
Selain itu treking yang ada di kawasan ekosistem Leuser ini ditandai dengan titik-titik koordinat dengan kode-kode yang teratur, sehingga memudahkan bagi peneliti untuk mengeksplor kawasani Leuser ini. Selain itu kami sangat lah beruntung karena baru setengah perjalanan kami menemukan burung yang bisa dibilang langka yaitu burung rangkong, kami sangat lah excited saat melihatnya. Seolah-olah tidak percaya bisa melihat burung yang sangat indah dengar warna yang menawan, tapi untuk bisa melihat burung itu kami tidak boleh berisik agar burung rangkong itu tidak terbang.
Setelan itu kami sampai di pohon perlak pohon itu sangatlah besar dan tinggi, diameternya setara dengan 30 orang bersatu untuk mengelilingi pohon tersebut. Abang pemandu banyak memberi informasi terkait mendunia nya pohon perlak, banyak berbagai warga negara asing yang pengen melihat langsung keindahan pohon perlak. Kami tidak mau rugi kami banyak mengabdikan kenangan di pohon perlak tersebut. Karena sudah mulai gelap kami kembali ke camp untuk bersih-bersih dan menerima materi dari panitia FKL atau Kami Sahabat Leuser (KSL), setelah menerima materi dan melakukan tes awal, kami beristirahat agar bisa melakukan penelitian kedua di esok harinya.
Hari kedua, tepat pada hari Minggu 25 Februari 2024. Kami makan di kantin dengan makanan yang sangat enak yang diberikan, setelah makan kami bersiap untuk melakukan field trip kedua. Tapi kali ini kami di bagi menjadi dengan dua tim dengan rute yang berbeda, kami di tugaskan untuk mencatat flora dan fauna dan ada yang mendokumentasikan flora dan fauna yang dijumpai.
Kami bergerak pada pukul 09:30 sepanjang perjalanan kami banyak menjumpai pepohonan yang buahnya menjadi makanan Orang Utan, dan kami juga menjumpai kaki seribu yang mirip dengan trenggiling yang jika terancam akan berubah menjadi bentuk bola. Ada Juga akar bajakah yang dulu sempat viral karena khasiatnya yang sangat banyak seperti obat kanker, karena itu banyak penebangan liar untuk memotong akar bajakah untuk dijual karena harganya sangat tinggi.
Yang paling sering kami jumpai adalah yang membuat saya tertarik dengan aneka macam jenisnya yaitu jamur, itu adalah salah satu flora yang sangat membuat saya penasaran karena sepanjang perjalanan banyak macam jenis yang saya liat. Setengah perjalanan kami menjumpai sungai kecil yang sangat jernih. Kami menelusuri sungai kecil itu sampai di ujung dan ujungnya, ternyata ada air terjun yang lumayan besar, kami berhenti sejenak untuk menikmati keindahan air terjun, dan jernihnya air tersebut. Kami melanjutkan perjalanan dan lagi-lagi menjumpai jamur yang lumayan menarik. Jadi, kalau pembaca penasaran terkait petualangan kami ini sebagai siswa, maka respons saya adalah sorry yee.. haha
Leave a Review