Barangkali, apa yang dimaksud dengan memetik bonus demografi itu sedang terjadi di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya). Menagapa tidak, bercermin dari peristiwa transformasi politik di Abdya lima tahun terakhir, sederet anak muda, tepatnya kelahiran 1990-an mendapat kepercayaan dalam posisi strategis pembanguan politik daerah. Di Abdya, ada banyak kepala desa diisi oleh anak muda. Ada banyak anak muda Abdya bergelut memimpin arah dagang dan kewirausahaan. Ada banyak anak muda di Abdya sebagai poros kunci pemenangan politik. Ada ruang bagi anak muda menduduki ketua lembaga penyelenggara pemilu (KIP dan Bawaslu Abdya), termasuk pula posisi yang dicapai Dedi Saputra hari ini.
Apa yang terjadi di dunia politik anak muda Abdya hari ini, termasuk apa yang dialami oleh Dedi Saputra hari ini bukanlah suatu yang jatuh begitu saja dari langit. Melainkan hadir sebagai akibat pilihan dalam serangkaian proses berliku. Jika dicermati, anak muda di Abdya hari ini yang mendapat posisi strategis, kecenderungan dahuluya mereka adalah aktivis mahasiswa sekaligus aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Sebut saja Dedi Saputra, saya mengenalnya cukup baik semenjak ia aktif berorganisasi di HMI Cabang Banda Aceh, tepatnya ia kader HMI Komisariat Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry. Selama ber-HMI, sedikit banyaknya telah membentuk jiwa-jiwa kepemimpinan, gestur politik dan cara merangkul publik. Di organisasi besar itu pula Dedi Saputra terus memanfaatkan peluang untuk membangun jejaringan politik bersama politisi-politisi seniornya. Dari titik kilas balik dunia aktivisme Dedi inilah awal bagi Dedi terus menekuni jalan perjuangan di jalan politik.
Setelah menyelesaikan gelar sarjananya, Dedi pulang kampung, pulang ke Abdya dengan mengemban amanah sebagai bagian dari Partai Gerindra Abdya. Dedi dikenal dekat dengan para pimpinan partai politik di Abdya, bahkan Safaruddin yang kini serius mencalonkan diri sebagai calon bupati Abdya pada pilkada 2024 adalah salah satu mentor politiknya. Untuk menjadi seorang anggota legislatif di Abdya sudah memang menjadi targetnya Dedi pada saat memilih jalan pulang kampung. Pulang kampung untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat dan memajukan daerah kelahiran adalah tekad bulat Dedi untuk berlabuh bersama Partai Gerindra.
Tidak lama lagi, Dedi akan menduduki kursi parlemen Abdya. Ia memperoleh suara sebanyak 1470 suara di pemilihan legislatif 2024. Amanah dan kepercayaan yang diletakkan pada pundaknya senantiasa membuat Dedi cukup paham apa yang hendak diperjuangkan untuk daerah pemilihannya. Wawasan dan kemampuan politiknya sebagai kader HMI pada masanya membuat diri Dedi cukup paham bagaimana menjalankan tiga fungsi parlemen di Abdya.
Dalam beberapa kesempatan diskusi, tampak kegigihan yang kuat pada Dedi bahwa dirinya ingin sekali merubah citra politik di kalangan generasi muda, terutama di Abdya. Dedi berpandangan bahwa politik itu tidaklah horror. Apa yang ia perjuangkan bersama kawan-kawan, masyarakat dan seniornya senantiasa akan mengubah paradiqma bahwa kursi Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten(DPRK) ramah dan dapat diwarnai oleh anak muda.
Sebagai anggota legislatif termuda di Abdya, apa yang dialaminya hari ini bukanlah titik akhir, perolehan suara yang menghantarkannya sebagai anggota DPRK Abdya menjadi dirinya semakin terpanggil untuk merangkul anak-anak muda di Abdya untuk mampu menjadi panglima penggerak bagi lintas generasi Abdya, agar mampu menyesuaikan dengan tantangan perkembangan zaman. Pada posisi inilah Dedi perpandangan bahwa setiap momen atau ruang pengambilan keputusan/kebijakan mesti melibatkan aspirasi anak muda.
Berdasarkan tren politik elektoral di Abdya kekinian, gerakan politik anak muda sedang dibuka lebar, tampaknya masyarakat sedang menaruh harapan perbaikan untuk Abdya lebih maju. Pada peta politik Abdya sedemikian kini mencuat gosip politik bahwa Dedi sedang masuk dalam tahapan kompromi politik mencapai kursi pimpinan DPRK Abdya. Apakah posisi sedemikian cukup dini bagi Dedi? Barangkali jawabannya tidak. Sebab partai yang dinaungi Dedi ini adalah partai pemenang pilpres. Demikian juga kekuatan politik yang ikut menyokong Dedi juga erat kaitannya dengan dominasi politik kontestasi pada Pilkada Abdya ke depan. Demikian pula dari sisi mentalitas dan rekam jejak Dedi sebagai aktivis HMI Cabang Banda Aceh pun tidak diragukan lagi untuk menciptakan pengaruh di parlemen Abdya.
Jika dicermati secara sosiologi politik, memang cara politik Dedi bergerak senyap, bukan berarti tiba-tiba jadi anggota dewan. Melainkan karakter rendah hati dan tertib dalam berpolitik menjadikan diri Dedi disenangi publik dan politisi senior di Abdya. Hal ini tampak pada tipe kepribadian dan kepemimpinan Dedi, ia tidak banyak bicara namun banyak mendengar. Ia tidak banyak berteori namun gemar bergagasan dan bertindak. Dengan karakter dan kepribadian Dedi sedemikianlah tampaknya bersama Dedi kita menaruh harapan untuk Abdya kembali menoreh sejarah besarnya, prestasi dunianya. Akhirnya, Selamat mengemban amanah untuk Dedi Saputra! Jalan tempuh perjuangan masih panjang dan penuh tikungan tajam berjurang.
Leave a Review